TWELVE

1.5K 249 7
                                    


Sasuke melepas kacamata kotaknya, lalu mengacak-acak rambut klimisnya yang sempat ia olesi dengan pomade saat akan berangkat ke sekolah.

Lelaki itu membasuh mukanya berulang kali, kemudian ia keluar dari kamar mandi setelah menyimpan kacamatanya dalam saku celana.

“Kok dicopot lagi?”

Naruto yang bersandar pada dinding langsung menegakkan badannya guna melihat wajah sahabatnya yang tampak menahan emosi.

“Percuma rasanya.”

“Kok percuma? Kan dia yang minta.”

Sasuke menghela nafas, dan membalas dengan enggan, “Entah, kayaknya gak sesuai harapan dia.”

Naruto menggeleng pelan saat melihat Sasuke melangkah menuju kelas dengan gontai.

“Ribet bener dah. Untung gua gak punya cewek.”

“Itu sih karena gak ada yang mau sama lo.”

Sasuke mendengus geli sedangkan Naruto berusaha untuk memiting kepala sahabatnya yang bermulut pedas itu.

“Kampret!”

° ° °

Kening Sasuke mengernyit, lelaki itu melirik Karin yang masih duduk diam ditempatnya. Akhir-akhir ini gadis itu bersikap aneh. Yah, walaupun setiap harinya juga bertingkah aneh. Namun kali ini lebih aneh lagi. Kemana sifat blak-blakannya itu?

Kedua kaki Karin bergerak ditempat, membuat bangku yang mereka duduki bergetar hebat. Sasuke menyadarinya, gadis itu tengah gelisah rupanya.

“Mau ngomong apa Rin?”

Terpaksa Sasuke yang memulainya. Ia tidak ingin membuang waktu lebih lama di taman belakang sekolah. Ia ingin cepat pulang.

“Em... Anu Sas—”

Sasuke kembali melirik Karin, dan yang dilirik langsung menunduk seketika.

“—Sasuke gua suka sama lo.”

Masih dengan kepala tertunduk, Karin bergumam dengan cepat. Memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya.

“Gua juga.”

“Eh serius?”

Gadis itu mendongak, menatap wajah kaku Sasuke.

“Iya, tapi cuma sebatas teman.”

Karin meneguk ludahnya dengan susah payah, ia berusaha tersenyum namun tidak bisa. Gadis itu langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

“Karin, lo gak papa?”

“Gak papa gimana? Anjir emang lo Sas! Huweeee gua ditolak....”

“Aduh, kok nangis?” Sasuke syok. Ia bingung cara menenangkan Karin yang menangis begitu keras.

“Habisnya... Gua kesel tau! Gua tuh suka banget sama lo dari dulu tapi lo sukanya sama cewek lain. Lo deketin gua juga pasti buat manas-manasin dia doang kan? Hiks...”

“Maksud?”

Wajah Sasuke yang sebelumnya kaku semakin bertambah kaku jadinya.

“Lo cuma jadiin gua pelampiasan karena ditolak sama Sakura. Iya kan?”

“Anjir, siapa juga yang ditolak!”

Sasuke menghela nafas. Hebat. Sudah berapa kali ia menghela nafas dalam sehari?

“Karin, dengerin gua...”

“.....”

“Gua deketin lo karena ingin. bukan mau buat pelampiasan atau apapun itu. Tapi gua gak bisa suka sama lo lebih dari teman.”

“Karena lo masih ada rasa sama Sakura?”

Sasuke mengangguk, tangannya bergerak mengelus pucuk kepala Karin sampai gadis itu merasa tenang.

° ° °

“Haaaah~”

Sakura menghela nafas panjang. Meraup udara sekitar dengan kasar. Gadis itu baru menyadari bahwa sedari tadi ia tengah menahan nafas.

Apa sih? Kenapa gua lega lihat Karin ditolak sama sasuke?’

Sakura menegakkan tubuhnya pada batang pohon tempatnya bersandar. Gadis itu berbalik, matanya menatap kepergian Sasuke dan Karin dengan wajah murung.

“Harusnya gua gak perlu ngikutin mereka tadi.”

Iya, harusnya begitu. Tujuannya tadi adalah toilet. Namun saat tak sengaja melihat kejadian Karin yang tengah menyeret Sasuke itu membuatnya penasaran. Dan berakhir dengan Sakura yang membuntuti mereka sampai ke taman belakang sekolah.

TRING!

Sebuah notifikasi muncul dari ponsel miliknya. Sakura merogoh saku roknya dan melihat sebuah pesan dari Sasuke.

Sasuke
Dimana? Ayo pulang

Gadis itu tersenyum, lantas berlari menuju ke arah parkiran sekolah setelah membalas pesan tersebut.


° ° °

Sasuke memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam kantong celananya. Lelaki itu menatap spion motornya dan menata rambut belah tengahnya yang sedikit berantakan.

Tak lama kemudian suara cempreng memekakkan telinga muncul dari arah belakang. Sasuke menoleh saat mendengar suara yang sangat ia kenali tersebut.

“SASUKEEEE!”

“Sakura, jangan lari.”

“AH—”

Dengan sigap Sasuke menangkap tubuh Sakura yang oleng karena tersandung oleh kakinya sendiri. Lelaki itu dengan gemas mengangkat gadis itu dan mendudukkannya di atas jok motor.

“Kenapa kok lari-lari?”

Sasuke menangkup wajah Sakura, mata mereka saling bertatapan.

“Sasuke—”

Jeda sejenak,

“—Ayo kita balikan!”

GLIMPSE OF US ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang