Halaman Ketiga

323 60 9
                                    

14 Februari

Dear diary

Apa.. sentuhan selalu mengalirkan efek bak disengat listrik seperti ini?

...

Sepertinya tidak ya..

Lalu kenapa?

Yang disentuh pipi, tapi malah bergetar sampai ke hati..


******************************************************

Jihoon memutar bola matanya malas saat mendengar suara gaduh di luar sana, berasal dari Kwon Soonyoung yang dengan santai melompati balkonnya untuk menyelundup masuk ke dalam kamar Jihoon.

"Apa yang kau kerjakan?"
Tanya Soonyoung dengan wajah tanpa dosa, tidak mempedulikan raut tak ingin diganggu milik Jihoon. Sebelah tangan pemuda Kwon itu sibuk menenteng sebuah kantong kertas yang berukuran cukup besar.
Yang sudah bisa ditebak oleh Jihoon isinya apa.

"Tugas kimia. Aku harus menyelesaikannya sebelum matahari terbenam, jadi lebih baik kau dan cokelat-cokelat hadiah valentine dari penggemarmu itu segera angkat kaki dari sini."
Ujar Jihoon cuek tanpa menoleh ke arah Soonyoung yang kini memasang tampang sedih.

"Kau sedang ada masalah? Kenapa kau jadi begitu sensitif?"
Tanya lelaki sipit itu sambil meletakkan kantongnya di ranjang Jihoon dan mendekat untuk memeriksa raut wajah si mungil.

Namun, dengan menolehnya Jihoon ke arah Soonyoung yang berada sangat dekat dengannya membuat posisi wajah keduanya hanya terpisah sejauh 15 cm.

'Mundur Jihoon.. ini terlalu dekat.
Kau bahkan dapat merasakan hembusan nafas Soonyoung di pori-pori wajahmu, astaga..'

Dengan begitu Jihoon nyaris terjungkal ke samping karena gerakan menghindar tiba-tibanya yang cukup ekstrim.

"Satu-satunya masalahku adalah merasa muak lantaran harus membantumu menghabiskan semua makanan manis itu setiap tanggal 14 Februari."
Protes Jihoon setelah menetralkan deru nafasnya dan menjauhkan tubuhnya dari Soonyoung.

"Aku selalu membuang pemberian gadis-gadis itu tapi sendirinya malah membantumu menghabiskan milikmu.
Bukankah itu konyol?
Maka dari itu aku akan berhenti melakukannya mulai sekarang."
Sambung Jihoon.

Tidak terdengar kalimat balasan apapun dari Soonyoung.

"Sayang tahu.."

Kepala Jihoon menoleh ke belakang, tepatnya ke arah ranjangnya dimana Soonyoung berbaring dengan santai disana.

"Membuang-buang makanan itu tindakan buruk Jihoon. Padahal banyak orang yang tidak bisa makan di luar sana.."

'Ugh..'

Nasehat Soonyoung yang selalu lelaki itu ucapkan dengan nada pelan selalu lebih mampu untuk menyentil Jihoon ketimbang ucapan dengan nada mengintimidasi.

Mungkin Itulah kenapa kadang ia sangat menghargai ucapan berisi petuah Soonyoung meski menyebalkan.

"Tapi aku tidak pernah meminta mereka memberiku sesuatu seperti itu.. bukan salahku jika aku tidak mau menerimanya.."
Soonyoung tersenyum begitu mendengar nada bicara Jihoon memelan, dan terdengar memelas.

Ateen | SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang