Selamat pagi
Dengan perlahan sang surya mulai muncul. Menampakkan semburat cahaya kuning untuk menghangatkan. Setiap pagi dalam bangunan itu sudah memperlihatkan kesibukannya. Setiap orang dengan cekatan mengurus sesuatu sesuai dengan bidangnya. Banyak orang berlalu lalang untuk membersihkan rumah dan memasak. Di mana lagi kalau bukan di rumah salah satu konglomerat ternama di negerinya. Di rumah salah satu pengusaha terkenal di tanah air. Tapi itu semua tak berarti untuk putri dari pemilik bangunan tersebut. Bahkan setiap suara bising yang ditimbulkan akibat aktivitas para pelayan pun tak mengusik tidur lelapnya.
Toktoktok
Suara ketukan pintu berkali-kali terdengar dan tak ada sahutan sama sekali dari penghuni di dalamnya. Dengan sangat perlahan salah satu pelayan pun memasuki ruangan itu.
"Nona,bangun dan bersiaplah. Anda harus segera berangkat ke sekolah." Ujar pelayan itu
Terlihat tak ada reaksi dari nona muda tersebut, pelayan itu mulai menyentuh tangan gadis itu dan mengusapnya dengan lembut.
"Elisa,bangunlah sayang. Apa kau ingin terlambat di hari senin ini ?" ucapnya lagi.
Ia menghadirkan sebuah kehangatan kecil untuk nona muda yang tak pernah merasakan hal tersebut dari ibunya. Setelah beberapa saat, mata indahnya mulai terbuka. Dengan perlahan ia berusaha untuk duduk dan menyempurnakan penglihatannya. Sebuah senyum hangat senantiasa menyambutnya di kala pagi. Walaupun bukan dari sosok seorang ibu,ia tetap merasakan ketulusan di dalamnya.
"Selamat pagi,Bi. Sudah aku katakan,jangan memanggilku nona. Bibi sudah aku anggap seperti ibuku sendiri. Jadi panggil saja dengan namaku." Ujarnya
"Baiklah jika itu mau mu. Sekarang cepatlah bersiap dan segera turun untuk sarapan. Papa dan kakakmu sudah menunggu di meja makan." Jawab sang Bibi.
Dengan langkah malasnya,ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Semua perlengkapan untuk sekolah juga sudah disiapkan para pelayan. Walaupun hidup dalam kemewahan, Elisa sangat menghormati siapa pun yang bekerja di rumahnya. Ia menganggap mereka semua seperti keluarga. Hal tersebut tentu merupakan hal yang wajar, karena sejak kecil orang tuanya sudah sangat sibuk dan jarang memiliki waktu di rumah. Ralat,bukan kedua orang tuanya. Hanya sang ayah saja. Setelah beberapa saat, Elisa sudah selesai mandi dan bersiap-siap.
Taptatap
Langkah kakinya terdengar tak beraturan. Elisa langsung menuju meja makan dimana ayah dan kakaknya berkumpul. Ia tak ingin membuat dua orang yang sangat ia sayangi itu menunggu lebih lama lagi.
"Wah,nona muda kita sudah bangun." Ejek Erja,kakak laki-laki Elisa.
"Diamlah,Kak. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu."
"Hei hei,sudahlah. Kalian ini selalu saja bertengkar saat bertemu. Tapi selalu merengek ingin bertemu jika berpisah." Sahut Yanu,ayah Elisa.
"Ya, Papa! Kak Erja yang duluan memulai. Dia juga yang selalu merengek jika merindukanku." Ucapnya dengan sedikit menahan tawa.
Erja yang namanya disebut hanya bisa menutup wajahnya karena malu. Meskipun terlihat tidak akur saat bertemu, Erja sangat menyayangi adiknya. Ia selalu melindungi adiknya dan tak membiarkan seseorang membuat adiknya menangis. Saat ini Erja memang sudah bekerja. Ia bekerja di kantor milik ayahnya. Erja juga merupakan pewaris dari perusahaan ayahnya.
Saat ini mereka bertiga tengah menikmati sarapan dengan diiringi beberapa candaan ringan. Yanu yang jarang melihat hal seperti itu hanya melihatnya dengan tersenyum.
"Papa, Elisa sudah selesai makan. Elisa akan segera berangkat ke sekolah."
"Elisa,hari ini kami tak bisa mengantarmu. Ada rapat pagi ini. Jadi,kau berangkat dengan sopir saja ya." Jawab Erja.
"Baiklah,aku akan segera berangkat."
"Elisa,apa kau sudah meminum obatmu ?" Tanya sang Ayah.
"Elisa akan meminumnya saat di perjalanan nanti, Papa." Ucap Elisa.
Dengan cepat ia berdiri untuk meninggalkan ruang makan. Tak lupa untuk bersalaman dan mencium pipi ayah dan kakaknya itu.
"Semoga kau mampu melewati semua ini,Elisa." Batin Yanu (Ayah Elisa)
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Erja, ia berangkat ke sekolah bersama sopirnya. Elisa sangat menikmati setiap perjalanan yang terlewati. Tak membutuhkan waktu yang lama, mobil Elisa telah sampai di depan gerbang sekolahnya. Terlihat banyak remaja yang berlalu lalang. Elisa dengan cepat keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam sekolah.
Elisa bersekolah di salah satu sekolah swasta terbaik di kotanya. Tak hanya dikenal karena biayanya yang mahal,sekolah ini juga dikenal karena prestasi dari anak didiknya. Wajar saja jika Ayah Elisa mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah ini. Selain memiliki paras yang cantik,rambut bergelombang, dan proporsi tubuh yang pas, Elisa juga termasuk salah satu siswa dengan prestasi yang membanggakan. Bahkan ia sering mewakili sekolahnya dalam sebuah olimpiade.
Jarak antara gerbang utama dan kelas Elisa cukup jauh. Ia harus berjalan sekitar 3 menit untuk pergi ke kelasnya.
"Wah, Elisa udah datang nih."'ucap Riska sambil menggandengn tangan Elisa.
Riska adalah salah satu sahabat Elisa sejak kecil. Orang tuanya lah yang mengenalkan mereka karena kedua orang tuanya adalah rekan bisnis. Sejak pertama kali bertemu, bahkan sampai hari ini pun mereka selalu bersama. Mereka sangat dekat sehingga banyak yang mengira bahwa mereka adalah saudara.
"Kau ini selalu saja membuatku terkejut." Ketus Elisa.
"Hei hei,jangan marah padaku. Hari ini ada kabar yang bagus untukmu. Aku yakin saat kau mendengarnya,kau akan terkejut sekaligus merasa senang." Jawab Riska.
"Memangnya ada apa lagi ?"
"Sudah berapa lama kau tak bertemu dengan Kevin ?" Tanya Riska
"Kenapa kau malah membahas hal itu ? Bukannya kau sudah tahu hal itu, Ris ?" jawabnya dengan kesal.
"Aku hanya memastikan saja. Apakah benar kalian tak berkabar sama sekali ?" ucap Riska
"Tentu saja itu benar. Untuk apa aku harus berbohong padamu. Bahkan sampai saat ini kau juga tahu bagaimana perasaanku untuknya, bukan ?" Jelas Elisa.
"Apakah Kevin benar-benar melupakan Elisa begitu saja ?" Batin Riska
"Hei Riska,kenapa malah diam saja ? Sebenarnya ada apa ?" Tanya Elisa sambil sedikit mengguncang lengan Riska.
"Hari ini akan ada murid pindahan dari Eropa. Kau pasti akan sangat menyukainya, El." Jawab riska.
"Memang orang sepenting apakah dia ?" Tanya Elisa dengan sedikit kebingungan.
"Lihatlah, siswa yang sedang berjalan di depan itu adalah murid baru." Jelas Riska.
Elisa merasa tidak asing dengan orang yang berjalan tak jauh di depannya. Dengan langkah terburu-buru ia segera menghampiri pria tersebut. Dan betapa terkejutnya Elisa saat ia telah berdiri tepat di hadapan pria tersebut. Perlahan air mata Elisa terjatuh dan dengan sigap tubuh Elisa memeluk sosok pria yang berdiri tepat di depannya. Elisa memeluk pria tersebut dengan erat untuk menyalurkan kerinduannya.
"Kevin ?"
"Selama ini kau kemana saja ?"
"Kau tahu aku sangat merindukanmu. Aku selalu menunggumu."
"Kenapa kau hanya diam saja, Kevin ?" Tanya Elisa sekali lagi
Dari sekian banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh Elisa, tak ada satu pun yang terjawab. Pria itu sedang berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Karena Elisa merasa tak ada reaksi sama sekali, dengan perlahan ia melepaskan pelukannya. Elisa kembali menatap wajah lelaki tersebut dengan manik sendunya.
"Kau ?"
"Maaf, siapa kau sebenarnya ?"
"Kenapa kau memelukku secara tiba-tiba ?"
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ?" Jawab pria tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Maze
Teen Fictionmaap masih pemula :) Up : Sabtu/Minggu ~ Penyesalan terbaik adalah sebuah kehilangan. -YPA