"Kau ?"
"Maaf, siapa kau sebenarnya ?"
"Kenapa kau memelukku secara tiba-tiba ?"
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya ?" Jawab pria tersebut.
____________________________________________________________________
Elisa dibuat semakin kebingungan dengan reaksi dari Kevin. Dengan perlahan ia melangkahkan kaki untuk menjauh. Tatapan yang tadinya berbinar kini padam begitu saja. Tatapan yang kosong dan air mata yang terus mengalir. Ia tak pernah mengira akan dipertemukan dengan Kevin dalam situasi seperti ini.
Kevin sungguh menatap Elisa dengan keheranan. Pasalnya ini adalah hari pertamanya di sekolah. Tepat di pagi ini ia yang secara tiba-tiba dipeluk oleh orang yang sama sekali tak dikenal. Kevin merasa bahwa ia sama sekali tak pernah bertemu dengan Elisa. Tapi tiba-tiba seorang wanita datang dan memeluknya dengan erat. Pelukan yang terasa sangat nyaman membuat ia seperti merasakan déjà vu yang tak bisa diartikan.
Dengan cepat Riska segera menghampiri sahabatnya.
"Kevin ?"
"Apa yang kau katakan ?"
"Bercanda mu sungguh buruk,kevin." Jawab Riska
Kevin berusaha mencerna apa yang sedang terjadi di hadapannya. Semakin ia berpikir,kepalanya akan terasa semakin pusing. Tak mau merusak suasana di hari pertama sekolah, ia hanya menanggapi dengan apa adanya.
"Bercanda ?"
"Aku bahkan tak mengenal kalian. Ini adalah hari pertama ku sekolah setelah aku pindah ke Indonesia." Jawab Kevin
Riska yang mendengar jawaban dari lawan bicaranya itu juga dibuat semakin tak mengerti. Menurutnya, sosok pria yang berdiri di hadapan mereka adalah sosok yang sama dengan orang yang meninggalkan Elisa beberapa tahun lalu. Dengan cepat Riska berusaha meraih tubuh Elisa yang kian melemas. Riska tahu jika pagi ini Elisa belum meminum obatnya. Tak lama setelah itu,pandangan Elisa menghitam dan ia tak sadarkan diri. Riska yang melihat Elisa pingsan pun segera meminta bantuan. Meskipun Kevin masih merasa bingung atas apa yang baru saja ia alami,namun hatinya tergerak untuk menolong Elisa. Ia segera membopong tubuh mungil Elisa ke dalam UKS. Sesampainya di UKS,Elisa segera ditangani oleh dokter jaga. Riska menemani Elisa dengan perasaan yang campur aduk. Entah mengapa Kevin masih tetap berdiri di sisi Elisa dengan raut wajah yang tak dapat diartikan dan menyimpan berjuta pertanyaan.
"Kenapa kau masih di sini ?"
"Bukankah kau tak mengenalnya ?"
"Lantas untuk apa kau berdiri di sini sekarang ?" Tanya Riska dengan nada kesalnya.
"A..aku hanya ingin menemani dan meminta maaf setelah dia sadar." Jawab Kevin
"Kau tak perlu melakukan itu semua. Percuma saja kau menunggunya di sini tapi kau sama sekali tak mengingatnya. Dan sekarang tolong pergilah,aku tak ingin saat Elisa sadar dia akan menangis lagi." Jelas Riska.
Dengan berat hati, Kevin pergi meninggalkan keduanya. Menurutnya ini adalah kesan yang buruk di hari pertama sekolah dan membuatnya dihantui oleh rasa bersalah yang entah berasal dari mana.
"Sebenarnya apa yang terjadi ?"
"Apa benar Kevin tak kenal Elisa ?"
"Apa dia benar-benar Kevin atau hanya mirip ?" (Batin Riska)
Pertanyaan tentang Kevin selalu berputar di otaknya. Ia masih berusaha mencerna apa yang telah terjadi. Atensi nya kembali untuk Elisa. Wajah yang gusar dan kini manik Riska tak kuasa menahan air matanya. Karena Elisa tak kunjung sadar, akhirnya ia berusaha untuk menghubungi keluarga Elisa.
Setelah hampir satu jam menunggu, Erja dan Yanu tiba di sekolah. Rasa khawatir jelas terpancar dari raut wajah keduanya. Erja menatap Elisa dengan manik sendunya. Segala ingatan buruk akan adanya kehilangan satu persatu menghantui pikirannya. Yanu yang menyadari hal tersebut langsung meraih pundak putranya.
"Jangan terlalu khawatir. Elisa akan baik-baik saja."
Erja hanya menatap keheranan pada Ayahnya
"Apa maksud Papa ?"
"Papa tahu semua yang terjadi dan resiko yang akan dialami."
"Tapi kenapa Papa masih bisa mengatakan bahwa kita tak perlu khawatir ?"
Semua perkataan yang spontan dilontarkan Erja berhasil membuat Sang Ayah bungkam. Sebenarnya Yanu juga khawatir dan terlalu takut untuk memikirkan resiko yang akan dihadapi oleh putri satu-satunya. Setelah berdebat dengan Erja, Yanu memutuskan untuk membawa Elisa ke rumah sakit.
"Om,apakah Riska boleh ikut bersama kalian ?"
"Tidak,nak. Lebih baik kau masuk ke sekolah dulu. Nanti Om akan menyuruh supir untuk menjemputmu dan bertemu dengan Elisa." Jawab Yanu
"Baiklah,kalau begitu Riska akan segera masuk kelas." Ucapnya
Dengan cekatan,Erja membopong tubuh adiknya menuju mobil. Sepanjang perjalanan hanya raut wajah khawatir yang terpancar di keduanya. Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka tiba di rumah sakit. Elisa langsung mendapat perawatan karena keluarganya adalah pasien VIP dengan pemilik saham terbesar di rumah sakit. Kedua nya menanti Elisa yang sedang ditangani di depan ruang pemeriksaan. Setelah 20 menit, lampu ruangan padam. Hal itu menandakan bahwa pemeriksaan telah selesai dan dokter segera keluar.
"Bisakah saya bicara dengan anda,Tuan ?" Tanya dokter itu.
"Baiklah" jawab Yanu.
Ruang dokter
"Apa yang terjadi pada Elisa ?" Tanya Erja
"Untuk saat ini kondisinya tidak terlalu kritis. Sebentar lagi Elisa akan segera sadar. Mungkin telah terjadi hal yang membuatnya terlalu terkejut ditambah lagi pagi ini belum meminum obat. Tapi jika kondisi demikian terus-terusan terjadi,kesehatannya akan semakin memburuk. Jadi tolong pantau Elisa dengan sangat hati-hati." Jelas dokter
Setelah mendengar penjelasan dari dokter tersebut, kakak dan ayahnya langsung masuk ke ruang perawatan Elisa. Di sana nampak seorang gadis dengan seragam sekolah yang sedang duduk di ranjang dan menatap kosong kea rah jendela. Atensinya teralihkan saat mendengar suara pintu yang terbuka. Kedua lelaki itu segera menghampiri Elisa dan memeluknya.
"Kakak, bisakah jangan terlalu erat saat memelukku ?"
"Aku tak bisa bernapas jika kau terus-terusan seperti ini." Ucap Elisa dengan kesal
Mau tak mau Erja harus melepas pelukannya. Yanu hanya menatap Elisa dengan senyuman yang hambar. Ia sangat bersyukur karena Tuhan masih memberikan Elisa kesempatan.
"Kenapa kau tak meminum obatmu ?"
"Bukankah sudah Papa bilang agar kau minum obat ?" Tanya Yanu.
"Maafkan Elisa,Papa." Cicit Elisa
"Sebenarnya apa yang terjadi sampai membuatmu pingsan seperti itu ?" Potong Erja.
"Tidak ada. Mungkin aku hanya terlalu lelah." Jawab Elisa
"Benarkah begitu ?" Selidik Yanu.
"Iya,Papa. Lihatlah sekarang aku baik-baik saja dan kalian tak perlu khawatir lagi. " Jawab Elisa
"Bagaimana mungkin kami tak khawatir. Di tengah-tengah rapat kami mendapat kabar bahwa kau pingsan dan tak kungjung sadar." Jawab Erja
"Maafkan aku."
"Aku memang selalu merepotkan kalian." Riska menatap sendu dua pria yang berdiri di samping ranjangnya.
"Itu sudah tanggung jawab kami. Lagipula mana ada keluarga yang merasa direpotkan saat membutuhkan satu sama lain." Cerocos Erja.
"Terima kasih." Ucap Elisa
Senyuman hangat tak pernah luntur dari paras Elisa. Walaupun ia menahan rasa sakit yang ada, ia akan selalu tersenyum saat bersama kedua malaikat pelindungnya.
"Ada satu orang yang akan menganggap bahwa aku adalah beban."
"Dan sebenarnya aku memang sedang tidak baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Maze
Teen Fictionmaap masih pemula :) Up : Sabtu/Minggu ~ Penyesalan terbaik adalah sebuah kehilangan. -YPA