Untukmu terima kasih telah berada disisiku dan mengisi ruang kosong itu.
^-^
"Kang Hyewon," panggil suara laki-laki di barengi suara ketukan pintu.
Dengan malas aku berjalan membuka pintu, padahal sedang ada waktu senggang untuk menonton drama Korea. Jika bukan hari minggu, sudah tidak ada lagi kesempatan untuk bersantai. Kalau bukan sesuatu yang penting akan kuhabisi orang ini.
Saat aku membuka pintu, makhluk menyebalkan bernama Dowoon sudah berdiri persis menghadapku dengan tas laptop diselempangkan dan kedua tangan yang membawa tumpukan laporan yang sepertinya hasil revisi. Cukup menyedihkan melihatnya dengan hoodie hitam dan celana pendek yang biasa digunakannya untuk tidur. Aku sangat yakin dia hanya mencuci muka dan berganti baju sehabis tidur.
"Apaan sih?" tanyaku kesal dan dia hanya tersenyum.
"Bantuin gue ngerevisi tugas besar," jawabnya dengan kekehan menyebalkan.
Aku hanya mendelik malas lalu berniat menutup pintu. Namun, dia dengan cepat mendorong pintu dan memasuki kamar kosanku. Lihat bagaimana menyebalkannya makhluk ini, dia sudah duduk di kasur dan mengeluarkan laptopnya. Aku bahkan belum mengizinkannya.
"Udah bilang ke Bu Eunbi belom?" tanyaku takut jika dimarahi oleh ibu kosanku itu.
Bu Eunbi sebenarnya memperbolehkan lelaki masuk ke kawasan kosan putri dengan persetujuannya terlebih dahulu, dan dia selalu memantau dengan beberapa CCTV yang terpasang disetiap lorong kamar.
Dowoon hanya mengangguk dan mulai sibuk dengan laptopnya.
"Do di depan aja ya, gua takut sama Bu Eunbi," ajakku sambil mengambil handphone dan earphone agar bisa melanjutkan drama yang kutonton tadi.
"Mager Won, di dalem kan enak adem," jawabnya yang malah tidur di atas kasurku.
Aku pun mengambil bantal dan melemparkan ke wajahnya.
"Milih di luar apa ga gue bantuin?!" teriakku kesal.
Dowoon langsung bangun dan membereskan barang bawaannya untuk dibawa keluar. Aku mengikutinya di belakang dan dia sudah duduk di teras kosan yang memang khusus untuk tempat kerja kelompok.
"Ibu Kang, gue mau nanya bagian ini?"
Aku baru saja duduk dihadapannya dan dia sudah mulai bertanya. Diperlihatkan kertas dan menunjuk coretan merah yang membulat besar di kertas itu.
"Gila revisi semua, lu ngerjain apaan waktu itu," aku meliriknya tajam.
"Gue ngerjainnya SKS waktu itu, mau nanya tapi lu lagi ribet sama acara jurusan,"
"Lu kan bisa nanya ke Yena," dia hanya tersenyum tanpa menjawab ucapanku.
Aku berdecak kesal, padahal dia bisa menanyakan tugas ini ke temannya yang lain atau Yena. Yena adalah temanku selain Dowoon. Namun, dia selalu saja mengandalkanku. Mungkin dia merasa dunia perkuliahan penuh dengan orang-orang yang memiliki kepribadian individualis dan aku juga mersakan hal itu, tetapi hal yang paling kupercayai adalah rasa malasnya untuk bertanya dan beruntung aku atau Yena selalu membantunya hingga bekerja sama berbagi tugas.