CHAPTER 01

61 6 9
                                    

Ketika itu  seorang anak perempuan memakai seragam olahraga sekolah, waktu itu jam menunjukkan sekitar pukul 15.00  waktu untuk anak SMA pulang kerumah masing-masing. Dia mengayuh sepeda gunung abu-abu miliknya dengan sekuat tenaga. Rasa ingin segera cepat pulang,  menahan lapar, ingin segera masuk kedalam kamar kesayangannya untuk melepas penat dari pelajaran yang sangat melelahkam pikirannya.

Dia Laras Hafna Azzahra anak kelas 1 SMA sekolah di salah satu SMA Negri Elit Bandung ya sebut saja namanya SMA NEGRI BAHTERA BANDUNG Anak yang memiliki rambut hitam panjang yang terikat cantik oleh kuncir kupu-kupu biru, matanya elok, dengan kulit putih bersih membuat dirinya sangat menjadi primadona di kelasnya.

Bukan tanpa sebab dia menjadi gadis cantik, ayahnya campuran dari darah turki dan Manado sedangkan Ibunya asli orang Jawa  timur tepatnya di kota Malang. Begitu pula Kakak laki-lakinya yang bernama Arjuna Hafna Al Ghazi, seperti namanya sosok Arjuna menggambarkan laki-laki berparas tampan dan gagah. Sama seperti gambaran itu, Arjuna memiliki hidung mancung besar dan keras, postur tubuh yang tinggi serta kulit putih yang ia miliki membuat dia menjadi Idola tetangganya serta seluruh Siswa di SMA nya sangat mengagumi ketampanannya.

BRUGHHHH....

Sepeda Laras terjatuh di depan halte yang sepi hanya saja ada seorang laki-laki yang berdiri tak mempedulikan keadaan Laras.

"Aduh...  Bunda Laras jatuh" rengeknya sambil memegang sikunya yang berdarah.

Pemuda itu masih berdiri hanya melihatnya tanpa melangkah mendekati Laras. Laras lalu membenarkan keadaannya.

"Eh kamu! Tau ada orang jatuh malah diliatin aja, seru gitu?" Cetus Laras sambil berkacak pinggang. Pemuda itu hanya tersenyum melihat Laras marah-marah.

"Sini biar saya bantu," tawar pemuda itu.

"TELAT!" bentak Laras.

Ia melihat bed nama dan bed kelas laki-laki itu. Ia membaca satu persatu huruf itu.

"M P a n g e r a n M? K e l a s sembilan Wah adik kelas?" Tanyanya menatap bingung kepada laki-laki yang bernama Pangeran.

Dia hanya tersenyum menanggapi Laras yang sangat teliti membaca namanya di bad yang terpasang di seragam putihnya.

"M depan sama M belakang singkatannya apa?"

"Cih dasar cewek kepo," ucapnya dengan nada datar. Dengan sengaja sambil melihat bed nama sekolahnya Laras.

"Dasar adek kelas nggak punya sopan santun. Untung nggak adik kelas satu sekolah dengan saya kamu, kalo bener iya ya jangan sampek deh amit-amit punya adek kelas yang nggak punya rasa kemanusiaan, dan nggak peduli denga kakak kelasnya." Cetus Laras lagi lagi ia berkacak pinggang.

Pangeran masih dalam posisinya hanya tersenyum dan tersenyum. Seru rasanya melihat cewek secerewet Laras. Lagi pula dia beruntung sudah tahu lokasi sekolah Laras.

"Udah? Kalo udah saya pulang dulu ya Kak Laras, makasih ceramahnya sampai bertemu saya di sekolah Kak Laras nanti."

"Yah tau lagi nama aku,"

Pangeran pergi setelah taxi datang menjemputnya..

"Hih sebel! Udah jatuh ketemu adik kelas yang sok baik, sakit pula kaki sama tanganku.  Huhuhu Bunda,"

LARAS DAN PANGERANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang