Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa ini hal yang paling kamu inginkan?"
(Nama) menatap Levi datar. Lembaran kertas di tangannya digenggam erat hingga menciptakan kusut dipinggiran. Suasana malam yang hening ditambah lampu yang remang mencipta ruang yang mencekam.
"Aku tidak pernah meminta banyak padamu, tidak juga banyak melarang. Apa aku yang begitu telah menjadi alasan buatmu untuk memiliki wanita lain?"
Levi diam, hanya meluruskan pandang.
Ini bermula sejak sore tadi, ketika tiba-tiba seorang wanita merangsek masuk kedalam apartemen mereka, berakhir menampar (Nama) yang tidak tau apa-apa. Diserahkannya sebuah surat yang menyatakan wanita itu hamil, dengan benih yang katanya milik Levi.
(Nama) tidak pernah menyangka jika bahtera rumah tangganya yang harmonis berakhir tragis. Dipikirnya semua yang didedikasikan untuk sang suami cukup untuk membentengi perasaan mereka. Namun nyatanya ia masih kecolongan. Levi, suaminya main belakang, dan kini ditambah kehamilan sang selingkuhan.
"Maaf"
(Nama) memejamkan matanya erat, kepalanya mendadak pening. Dadanya sesak tapi ia tidak bisa menangis. Perlahan diletakkannya kertas dalam genggamannya ke meja, kemudian ia berbalik. Mencoba untuk menenangkan dirinya sebelum berakhir menampar Levi.
"(Nama).."
"Sebentar Levi, biarkan aku menenangkan diri."
Levi bungkam, menatap punggung sang istri yang perlahan menjauh dari pandangan.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.