Sebuah kamar hotel terlihat lebih berantakan dibanding saat mereka datang, beberapa baju berserakan dengan terpisah mulai dari pintu masuk hingga tempat tidur. Suara sepasang suami isteri yang baru saja menikah kemarin malam tengah beristirahat dengan wajah puas satu sama lain, mengambil nafas sebanyak-banyaknya untuk kembali mengumpulkan tenaga setelah kegiatan melelahkan sekaligus menyenangkan.
Ji Soo menarik selimut lebih tinggi untuk menutupi tubuhnya yang tidak memakai baju lalu menghadap ke arah Hae In yang sudah jauh lebih rileks setelah pelepasan mereka tadi, "Saranghae."
Hae In tertawa bahagia lalu berpaling menghadap Ji Soo dan kembali mencium bibirnya dengan lembut, "Nado saranghae, nan gwaenchana?" tanya Hae In merasa sedikit khawatir akan reaksi tubuh Ji Soo kali ini.
"Oppa melakukannya dengan lembut, sejauh ini aku baik-baik saja." Ji Soo menyingkirkan selimut untuk bisa memeluk Hae In, "...ternyata suamiku pria yang hebat diatas ranjang."
Hae In hanya bisa tersenyum manis, "Sesungguhnya saat di pesawat tadi aku tidak sabar untuk menyentuhmu, tapi yang ku ingat adalah ini pertama kalinya untukmu. Jadi dengan sekuat tenaga aku menahannya karena ingin melakukannya ditempat yang benar, senang membuatmu terus meneriakan namaku berkali-kali."
Wajah Ji Soo memerah mengingat kepuasan pertamanya yang justru didapatkan dalam pesawat, dengan jari dan bibir suaminya. Di atas ketinggian 1000 mill dari daratan, sensasi yang menegangkan juga mencenangkan.
"I don't think so... ini tidak sebanding jika aku nanti melahirkan anak-anak kita nanti."
Hae In mendesah, "Bisakah kita hanya punya Mo Yeon saja?"
"What?" tanya Ji Soo mulai panik.
"Aku tidak mau melihatmu kesakitan baby, lagi pula Appa dan Eomma sudah terlalu banyak mempunyai cucu. Bo Young tengah hamil anak ketiga, Ji Yeong... aku merasa dia diam-diam merencanakan hamil anak kedua dan Ji Won baru dua bulan melahirkan Seo Jin. Lihat keluarga kita sudah banyak."
PLAK
"Jangan mengaduh!" Ji Soo langsung menyuruh Hae In untuk tidak berteriak setelah telapak tangannya dengan mulus mendarat pada kening Hae In, meninggalkan jejak 3 jarinya pada wajah tampan suaminya.
"Hh... neeehhh." Balas Hae In sambil mengusap keningnya yang masih terasa panas.
Ji Soo kemudian menarik telinga Hae In dengan paksa dan berbisik mengancamnya, "Jika oppa tidak bisa membuatku hamil dalam satu tahun ini, akan kupastikan aku akan mengurus rumah duka untuk oppa, secepatnya."
Mendengar ancaman itu membuat Hae In langsung merinding, tenggorokannya menelan udara kering dan secara reflek dia langsung mengangguk cepat.
"Ne, sajangnim."
Ji Soo kembali merebahkan kepalanya pada dada bidang Hae In, sedikit mengusap perut laki-laki yang dua bulan lalu dilamarnya dan satu bulan kemudian mereka melangsungkan pernikahan dengan mewah juga megah.
Bukan Kim Hae In yang tidak bisa membuat heboh media Korea Selatan, setelah prestasinya yang membuat hotel berbintang cukup banyak ditambah dengan membangun shopping toys center lalu ditutup dengan rencana pernikahan yang berisikan dengan beberapa artis ternama. Sesungguhnya Ji Soo tidak mengharapkan cepat menikah dengan Hae In lantaran umurnya yang masih muda, tapi usaha kakak dan adiknya Hae In yang membuatnya berubah pikiran.
Bagaimana dia tidak bisa menolak permintaan Hae Won, Ji Yeong dan Ji Won yang bertubi-tubi membujuknya untuk segera menikah dengan Hae In. Dia ingat ketika Hae Won selalu mengajak Mo Yeon untuk bermain dengan Ae Ra setiap hari karena umur mereka yang sama, dan menggunakan Bo Young sebagai alasan tidak bisa menjaga Ae Ra dan Do Hyun begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
#3 Taking Over Me
Fanfiction- Kim Hae In - Pria tampan yang seumur hidupnya hanya mempunyai satu cinta untuk pasangan hidupnya, dengan semangat belajar dan dukungan dari keluarganya membuat semua impian Hae In terwujud dengan cepat. Hanya saja dia selalu jatuh cinta setiap kal...