Signature

1K 103 12
                                    

Musim dingin sudah menunjukkan tanda-tanda kehadirannya.

Angin yang berhembus cukup kencang dimalam itu masih membuat siapapun merapatkan mantel dan jaket yang dikenakan. Termasuk pria berambut hitam cepak dengan snapback bertengger dikepala. Dua tangannya sedari tadi berada dalam saku mantel.

Dia berdiri disamping sebuah sepeda.

"Kenapa kau kesini? Sudah kubilang jangan menjemputku. Diluar kan dingin sekali." ujar seorang perempuan berbalut sweater abu-abu kebesaran.

Gadis ini baru saja keluar dari sebuah gedung dan berhenti tepat didepan tubuh jangkung si pria. Sepasang puppy eyesnya mengerjap khawatir.

"Park Chanyeol!" sahutnya karena tak juga mendapat jawaban.

"Dingin!" Chanyeol menjawab singkat.

Asap putih yang keluar dari mulutnya itu makin membuat Baekhyun merasa cemas. Pasti Chanyeol sudah menunggunya cukup lama diluar gedung teater tempatnya berlatih. Tanpa menimpali jawaban sang kekasih, Baekhyun merogoh saku sweater lalu mengeluarkan sekotak hotpack dari sana dan menaruhnya disalah satu saku mantel Chanyeol.

"Tidak membaca pesanku, ya? Nanti selesai latihan aku akan menemuimu di kafe. Kau malah kemari." katanya.

"Kalau kau datang, kafe sudah tutup. Yang ini masih dingin." kata Chanyeol memperlihatkan sakunya yang kosong.

"Tapi kan kau masih bisa menungguku disana dan tidak kedinginan begini. Aku hanya punya satu hotpack. Kuambilkan dulu didalam."

"Tidak usah." tiba-tiba satu tangan Chanyeol menarik jari-jari mungil Baekhyun yang hendak masuk kembali ke dalam gedung dan membuat keduanya bertatapan beberapa saat. "Kau lebih hangat." katanya.

"Dasar. Jongin pasti menularkan otak mesumnya juga padamu."

Chanyeol tertawa pelan. "Latihannya sudah selesai? Atau aku mengganggumu?"

"Bagianku sudah. Kalau tadi aku tidak melihatmu dari jendela, pasti kau akan terus menungguku sampai aku selesai. Mau berlagak pahlawan ya, berdiri diluar dengan suhu sedingin ini?"

Belum sempat menjawab, Chanyeol menarik tangan Baekhyun untuk mendekat kemudian memasukkan sebelah tangan mungil itu ke salah satu mantel yang berisi hotpack. Mereka duduk bersebelahan di salah satu pilar beton panjang yang mengelilingi gedung bertingkat tersebut.

"Aku memang sudah jadi pahlawan yang menyelamatkanmu dari Sehun effect nyaris dua tahun lalu."

"Sehun effect?"

"Hm. Kau sempat menyukainya, kan? Untung aku datang disaat yang tepat. Karena kalau tidak, kau pasti akan menjadi gadis-gadis genit yang selalu datang ke kafe hanya untuk melihatnya saja. Nona Byun, meskipun aku hanya bermodal sepeda gunung, aku juga tidak kalah keren dari seorang Oh Sehun. Pria yang sekarang menjadi suami sahabatmu itu."

"Aigoo...tak usah cemburu begitu. Benar! Park Chanyeolku sangattt keren!" kata Baekhyun dengan satu senyuman manis.

Pria jangkung didepannya itu balas tersenyum.

Tangannya yang berada didalam saku menggenggam erat tangan mungil Baekhyun dengan menautkan jari-jari mereka. Kemudian seolah menilai penampilan cuek sang kekasih, mata besar Chanyeol menilik baju hangat yang saat itu Baekhyun kenakan. "Kau masih sering memakainya?" tanyanya.

Baekhyun menunduk mengecek pakaiannya sendiri. "Aku suka sweatermu. Hangat!" jawabnya ceria.

"Hangat atau kau sebenarnya rindu dengan wangi tubuhku?"

Just MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang