Gadis itu duduk di pangkuan ayahnya sambil meminum susu kental manis yang diseduhkan neneknya tepat sebelum mereka semua berangkat menengok anak kelima yang baru melahirkan.
Anak keempat yang tinggal lebih dekat dengan rumah sakit, sudah datang lebih dahulu dan di amanahkan sebagai pembawa kabar oleh kakak-kakaknya.
Disaat hendak naik delman menuju tumah sakit, gadis kecil itu tiba-tiba merengek ingin minum susu hangat. Nenek menitipkan gadis kecil itu kepada ketiga anaknya dan buru-buru masuk lagi ke rumahnya yang sudah dikunci, lalu menyeduh apapun yang ada di dekat dispenser. Baguslah cucunya tidak sadar bahwa itu bukan susu yang biasa ibunya berikan.
Nenek tersenyum kecil mengingat kehebohan tadi di delman dan Pak Kusir yang mengernyitkan alisnya dengan sebal.
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka, datang seorang suster yang mendorong box berisi bayi. Anak dan menantunya mengerubungi box tersebut sampai bayi didalamnya menangis. Tangisannya memenuhi satu ruangan.
Gadis kecil yang tadi sibuk dengan minumannya, tiba-tiba marah dan merasa terganggu karena bayi baru lahir itu menangis dengan keras. Seperti tidak ingat, siapa yang menyumbang tangisan berisik sehingga neneknya sakit kepala sedari pagi.
Ayah gadis itu segera menggendong dan membawa anaknya yang bawel keluar ruangan. Banyak hal yang harus diajarkan kepada anak sulungnya.
Gadis kecil itu menggenggam kelingking ayahnya, saat ia keluar ruangan, ia mengintip sedikit ke kamar tempat seluruh keluarganya berkumpul.
Suasana keluarga besar yang sedari tadi pagi berwarna abu-abu tiba-tiba berubah menjadi cerah seperti hari saat ia dan ayah ibunya pergi ke pantai.
Pada saat itu ia belum mengerti, apa yang istimewa dari kelahiran seorang bayi.
Tapi kelak ia akan mengerti.