satu

16 1 0
                                    

Renala Adhara Hengkara yang hari ini mengenakan hoodie putih itu berjalan santai melewati koridor SMA Nusantara. Earphone yang menancap pada telinganya seakan akan membantunya menulikan pendengarannya dari bisikan bisikan sekumpulan orang yang ia lewati . Hingga satu tangan menepuk bahunya pelan "Dhara."

Nala berhenti lalu melepas earphonenya, menatap laki laki si pemilik tangan yang kini sudah berada di depannya dengan satu alis terangkat seakan bertanya ada apa.

"Pagi Dhara, mau ke kelas kan? Ayo gue anter." Ajak Arka lalu melingkarkan tangannya pada bahu Nala berniat merangkulnya.

Nala hanya diam sama sekali tak melangkahkan kakinya, tangannya terangkat melepaskan rangkulan Arka.

"Gue bisa ke kelas sendiri, dan kalau lo mau ikutin gue jauhin tangan lo dari pundak gue." Nala melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Arka menghela nafasnya pelan lalu berjalan menjajarkan langkahnya dengan Nala.

Arka Dewantara adalah laki laki yang sudah menyukai Nala cukup lama, tetapi baru beberapa bulan lalu Arka mulai berusaha mendekati Nala. Hasilnya beginilah yang ia dapat setiap harinya, penolakan dan tatapan datar dari mata coklat itu.

Tapi itu semua Arka anggap sebagai tantangan, seakan membuatnya semakin semangat untuk menghangatkan antartika cantik itu. Sepertinya kapten basket SMA Nusantara itu menyukai tantangan.

Sampai di depan kelas bertuliskan 12 IPA 3 Nala berhenti, membalikkan badannya menatap Arka "Udah sampe kelas gue dan sekarang silahkan ke kelas lo, gausah ikutin gue sampe dalem."

Arka tersenyum menatap Nala lembut, tangan Arka yang terulur mengelus pipi Nala langsung ditepis. Arka masih tersenyum "Iyaa Dhara, semangat ya hari ini jangan lupa senyum ya cantik, gue ke kelas dulu, see you." Arka melangkah meninggalkan Nala.

"Aduh aduh Dhara pagi pagi udah dielus elus pipinya aja sama si kapten." Suara Aca si gadis Bali menyambut Nala yang baru saja mendudukan dirinya pada kursi di sebelah Freya.

"Kalau lo mau ambil aja."

"Nggak mau, nikung sahabat sendiri dong gue."

"Dia bukan gebetan atau pacar gue."

"Enggak Dhara enggak, nggak mau sama dia maunya sama Reksa aja Hehe." Aca menunjukkan deretan giginya kepada Nala. Nala menatap sinis Aca.

"Dhara biasa aja kali liatin guenya."

"Lo juga Ca, udah tau Dhara sensi sama Reksa." Nina yang sejak tadi diam berbicara.

"Iih Dharaaa, berapa kali aku bilang, Reksa enggak brengsek." rengek Aca.

"Semoga ucapan lo bener." jawab Nala cuek lalu mengeluarkan buku dari dalam tasnya karena teman temannya yang lain sudah heboh karena melihat kedatangan guru.

"Selamat pagi anak anak." Bu Sinta menyapa anak muridnya.

"Selamat pagi Bu."

"Oke, kalian saya beri waktu 15 menit untuk belajar, setelah itu kita ulangan, jika ada yang tidak kalian pahami bisa kalian tanyakan pada teman kalian, saya kembali ke ruang guru terlebih dahulu." Bu Sinta keluar meninggalkan kelas. Kehebohan tercipta beberapa detik setelahnya, bagaimana tidak, ulangan fisika  mendadak diadakan.

Ketika teman temannya sibuk belajar dengan panik, lain dengan Nala yang memilih membenamkan kepalanya pada meja dengan lipatan hoodie sebagai bantalnya. "Dhara belajar Dhar, ulangan fisika ini." Freya memperingatkan Nala.

"Males." jawab Nala tanpa mengangkat kepalanya.

"Astaga astaga Dhara lagi males terus kita nyontek siapa." seru Aca panik.

Jika Nala sudah berkata malas dengan ulangan ini, artinya Nala memang tidak akan mau mengerjakan ulangan ini dengan serius. Nala hanya mau mengerjakan sesuatu jika  sedang ingin, jika benar benar tidak ingin maka jangan harap Nala akan mengerjakan itu dengan serius. Walaupun terkadang ketidak seriusannya itu tetap saja menjadi sesuatu yang bagus, nilai ulangan misalnya.

"Feby." Nala akhirnya mengangkat kepalanya lalu menepuk bahu Feby yang duduk di depannya. "Gua males, biasa." lalu kembali membenamkan kepalanya. Feby yang sudah paham dengan maksud Nala hanya menganggukkan kepalanya.

Bel istirahat berbunyi, helaan nafas lega terdengar dari siswa kelas 12 IPA 3. Mereka satu persatu beranjak menuju meja guru lalu keluar meninggalkan kelas.

Nala, Freya, Aca, dan Nina melangkahkan kakinya menuju kantin. Menduduki meja kosong yang seperti biasa tidak ada yang berani mendudukinya. "Kenapa coba pada takut duduk disini? Padahal mah kita juga bisa duduk di tempat lain." ucap
Aca keheranan.

"Palingan pada takut sama nona es ini." Nina melirik kepada Nala, sedangkan yang dilirik hanya menarik salah satu sudut bibirnya seakan tak peduli.

"Gara gara Nina pacarnya si Dirga tukang marah marah juga." Aca menyebut nama Dirga.

"Yaudah sih ambil sisi positifnya aja, mau pesen apa kalian? Sekalian gue pesenin." Freya berdiri dari duduknya.

"Gue sama Aca mie ayam, Nala siomay, minumnya es teh."

"Oke."

Mereka diam tenggelam dalam ponsel mereka masing masing. Hingga Freya datang membawa nampan berisi makanan mereka, lalu memakannya hingga tandas. Freya membuka pembicaraan setelah makan "Dhar, kata mama rumah depan rumah lo ada yang nempatin."

"Gatau, gaada urusannya sama gue."

"Update info emak emak banget lo Fre, sampe gosip beda blok aja update lo." Aca tertawa. Rumah Nala dan Freya memang satu komplek perumahan, hanya berbeda blok.

"Anjir, gagitu juga Ca. Ish, dahlah balik kelas aja ayok." Mereka berdiri meninggalkan kantin.

^^^

Hai hai, semoga kalian suka ya heuheu
Jangan lupa vote sama komennya juga
Kalau mau ngasih kritik dan saran juga boleh, luvyu all
-❤yy

tacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang