Bab 22

61 3 1
                                    

Happy reading and (always) stay healthy ;)

>><<


Mobil mewah terparkir di halaman rumah minimalis. Yang tidak lain tidak bukan merupakan rumah paman Nuno, Om Pram. Nuno yang tinggal sementara disana sejak meninggalnya ibunya, kontan menggeser gorden untuk melihat siapa gerangan tamu di sore hari itu.

Seorang pria keluar dari pintu pengemudi. Dilihat dari penampilannya, sepertinya pria itu kaya dan mapan. Terdengar pamannya menyambut tamu. Nuno kembali di posisi semula dan memasang headset di telinga.

Kepalanya bergerak pelan mengikuti irama lagu. Beberapa menit kemudian tenggorokannya terasa kering dan butuh cairan. Dia akhirnya beranjak dan menuju dapur untuk minum air.

Saat meneguk air, samar-samar ia mendengar suara percakapan di teras belakang yang terhubung ke dapur. Meskipun pintu itu tertutup, telinga tajam Nuno dapat mendengar jelas pembicaraan dua orang disana.

"....jujur Surya?" ini suara paman Pram.

"Aku takut dia tak bisa menerima kenyatan ini." kalo ini pasti tamu itu.

Kenyataan apa? Batin Nuno penasaran.

"Kamu belum mencoba Surya, cobalah dulu baru bisa menyimpulkan. Siapa tahu hasilnya baik?"

Kenyataan? Hasil? Nuno semakin tidak mengerti. Namun ia tetap memasang telinga baik-baik dan tidak menimbulkan suara apapun.

"Dia bisa saja senang, mengetahui siapa ayahnya yang sebenarnya."

Nuno terpaku di tempat. Bukan, mereka pasti tidak sedang membicarakan tentang dirinya. Belum tentu 'kan? Tapi siapa yang mereka maksud? Langkah kaki Nuno mundur menjauhi pintu belakang. Masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

🍇🍇🍇

"No, ada yang ingin kami bicarakan."

Lelaki dengan baju santai itu menghampiri sang paman dan pria yang tempo hari adalah tamu mereka. Ia duduk di single sofa yang berhadapan dengan dua pria setengah baya tersebut.

"Kenalin, ini Om Surya."

"Surya."

"Nuno, om."

Suasana canggung luar biasa. Tangan Surya mendadak basah dan dingin. Seolah ini antata hidup dan mati.

"Sebenarnya, om Surya ini.."

"...adalah ayah kamu."

Mata Nuno menatap terkejut, jadi benar dugaannya? Sosok yang selama ini selalu di carinya kini ada di hadapannya.

"Iya Nak, saya ayah kamu."

Ucapan Surya semakin menyadarkan bahwa Nuno ada di dunia nyata.

"Kalo benar begitu, kenapa ibu tidak pernah membicarakan, ehm Ayah?"

Alis Surya mengerut sedih, mengingat kejadian di masa lalu.

"Dulu, kamu hadir karena kesalahan. Ayah mabuk karena frustasi mendapati pacar ayah selingkuh. Ayah menghamili ibumu tanpa ikatan. Ayah juga sudah berkata akan bertanggung jawab. Namun ibumu tidak mau, karena dia merasa tidak pantas menikah dengan orang kaya seperti ayah. Dia takut orang tua ayah akan menolak dirinya sebagai menantu."

Air mata pria itu mengalir deras. Membuka memori lama membuat hatinya tersentuh.

"Dia memutus kontak antara kita, ayah sudah membujuknya kalo dia memang tidak ingin menikah, setidaknya ayah akan menanggung biaya hidup kalian selamanya. Dia tetap menolak tapi meminta agar kamu di sekolahkan sampai perguruan tinggi. Ayah segera menyetujuinya. Setidaknya ada hal yang dapat ayah lakukan untuk kalian."

Nuno beranjak dari duduknya dan memeluk erat sang ayah. Awalnya ia marah karena mengira ayahnya sudah membuang dirinya karena terlihat bahwa ibunya tidak menyukai sang ayah.

Namun setelah mendengar penjelasan dari Surya, batinnya terasa lega, seolah beban berat terangkat dari tubuhnya.

🍉🍉🍉


Terima kasih telah membaca! Cerita ini akan tamat di bab 25 ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenya dan NunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang