#2

176 27 2
                                    

Aku sedang latihan scene dengan Kak Sy dan Megan. Tau Megan kan? Iya! Lawan mainku di film Backstage. Aku dekat dengannya karena film ini, ia sudah seperti kakakku di sini. Kakak ketemu gede, hihi.

"Yuk, istirahat bentar," kata Ka Sissy, kami pun mengangguk dan duduk di pinggir ruangan. Megan keluar sebentar, entah ngapain, sedangkan kakak sibuk dengan Ka Irma. Alhasil, aku, mau gak mau sibuk dengan handphone-ku. Malas, sih. Tapi bosen, gak ada orang untuk diajak ngobrol.

Aku mulai membalas chat whatshapp-ku yang kutinggali dari tadi. Lebih banyak notifikasi group chat, beberapa teman SMAku, oh, dan Omara. Tau apa yang Omara dari kemarin cerita padaku? Kemarin-kemarin ia cerita bahwa Iqbaal sudah pulang, memyuruhku setidaknya untuk memberikan selamat atau sekedar salam atas kepulangannya.

Sungguh, kalau bawa-bawa nama itu, moodku bisa benar-benar turun drastis. Rasanya hatiku sesak, rindu, takut, senang, sedih, semua jadi satu. Tapi aku sudah lebih kuat dari yang dulu. Aku tidak lagi sering menangis saat malam, atau saat melihat berita tentangnya. Aku sudah lebih kuat, aku tidak mau jatuh lagi. Menyeramkan.

"Nih, Sha,"
Megan memberikan botol air mineral padaku, dan kuterima dengan senyum sumringah.
"Hehe, makasih!"
Megan sekarang duduk di sebelahku, kami banyak ngobrol ngalor-ngidul. Apapun kami bahas. Megan orangnya benar-benar asik jadi teman ngobrol, kapan-kapan kukenalin ke kalian, ya!

"Tadi kenapa kok mukanya sedih lagi?"
Aku mengerutkan kening, eh?
"Hah, mana ada," kataku
Megan meminum airnya, menatapku dalam-dalam, lalu tersenyum tipis.
"Kamu gak bisa bohong, Sha, and I know you," aku tersenyum kecut, membuang pandangan dari arahnya, diam, tidak membalas apapun. "Dia lagi?" Aku menengok ke arahnya, menyadari tatapan Megan masih sama, dalam, seperti mencari jawaban dari mataku. Apa yang bisa dilihatnya, ya? Aku masih diam, tidak mau membenarkan, karena aku tidak mau orang tau karena aku-sebenarnya-bohong-dan-aku-masih-vanesha-yang-sama.

Masih cengeng
Masih gampang baper
Masih suka sate padang
Masih rindu
Masih berharap.

Aku merasakan tangannya di atas kepalaku sekarang. Mengusap pelan rambutku dengan tangannya yang besar. "Udah, Sha," katanya pelan. Aku tau, maksudnya 'udah, jangan mikirin dia lagi' atau 'udah, sekarang sudah berubah'. Aku juga mau begitu.

"Iya, aku tau,"
Kuharap Megan tidak sadar, suaraku terdengar bergetar.

--

Setelah makan, ngobrol, dan istirahat, kami mulai shooting beberapa scene. Semuanya menyenangkan sekali, ditambah mengingat ini film perdanaku main dengan kakak. Jadi aku sebisa mungkin melakukan acting dengan perasaan baik. Gak boleh sedih, Sha! Ini seperti spell sihir untuk diriku sendiri.

Sekitar jam 8, kami kembali break shooting. Aku sedang asik ngobrol dengan Megan saat notifikasi mengejutkan ini muncul.

Namanya muncul di handphone-ku.

Iqbaal sent you a message

Aku sempat membeku sesaat, membuat Megan sedikit bingung dengan reaksiku. "Bentar ya, Gan," kataku sambil melangkah mencari tempat yang lebih sepi.

Hai, Sha?

Oh, God.
Aaaaaa!
Aku gak mau!
Apa apaan ini.
Kenapa dunia selucu ini?
Aku sudah susah payah berusaha melangkah dan tidak mengingatmu lagi.
Kenapa hanya pesan sependek ini bisa membuat hatiku seperti mau keluar?!

Aku benar-benar speechless saat ini. Tanganku membeku, tidak tau harus membalas apa. Astaga, Vanesha.

Oke oke, balas se-cool mungkin!

Eh, hai juga Baal. Kenapa?

Sent!
Duh, kok kayaknya jutek banget, ya?
Oh my God! Semoga Iqbaal gak males bales setelah baca balasanku.

Lagi di mana, Sha? Aku udah balik dari Melbourne. Hehe

Huaa, dia bales! Oke bales lebih santai, Sha. Kamu bisa!

Eh? Aku lagi di lokasi shooting, Baal.
Iya aku tau. Selamat pulang, Baal! Hahaha
Kenapa nih?

Aku sedikit tersendat saat mau menekan tombol sent di handphone-ku. Selamat pulang? Pulang ke Jakarta, sih, bukan di sini lagi. Ah biarin aja! Dia juga nggak perduli!

Ketemuan yuk?

Aku reflek membulatkan mataku dan menutup mulut. Astaga. Astaga. Astaga!! Balas apa ya?

Mau!!!
Semangat banget, Sha? Delete delete delete
Mau ngapain?
Duh, jutek amat! Delete delete delete
Sekarang?
Delete delete delete

Aku menutup mukaku, setengah berteriak. Perasaanku campur aduk. Benar-benar seperti ada pekarangan bunga lengkap dengan kupu-kupu di perutku. Okay, back to your sense, Sha! Udah bales aja!

Um.. boleh, Baal. Kapan?

Sekarang.
Aku di parkiran lokasi shooting kamu.

Aku membelakkan mataku. Tidak percaya apa yang aku baca. Tapi aku tau Iqbaal tidak sebercanda itu kadang, dan aku harap kali ini ia memang tidak bercanda, karena aku seperti orang yang menang kuis berhadiah, aku berjalan sangat cepat mencari kak Irma untuk izin keluar sebentar.

"Kak, aku keluar bentar ya,"
Kak Irma memandangku lalu tersenyum lebar, "Ada apaan emang di luar?"
"Yah gak tau mau keluar aja bentar pokoknya,"
Kak Irma terkekeh, lalu mengangguk. Membuatku sadar kalau sepertinya ia sudah tau atau bahkan bersekongkol dengan Iqbaal sebelum ini. Aku tersenyum lebar, lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Sha!"
Tanganku ditarik tiba-tiba, membuatku hampir kehilangan keseimbangan.
"Megan! Jangan iseng, deh! Hampir jatuh, tau!" Kataku nyerocos.
Megan tampak terengah-engah, seperti habis mengejarku.
"Kenapa, Gan?" Tanyaku heran.
"Jangan pergi,"

Deg.
Maksudnya?

"Ja-jangan ketemu dia,"

"Please,"

Aku terpaku di tempatku.
Melihat Megan di depanku dengan tatapan heran, dan kaget. Kenapa?

"A-aku gak mau kamu sakit hati lagi,"
"I can be with you, you can lean on me, but please don't go. Stay here,"

Aku benar-benar kaget. Aku melepaskan tanganku yang masih ia pegang dengan perlahan. Aku tau maksudnya.

Kupegang kedua tangannya, lalu tersenyum tipis.

"I don't want you to get hurt anymore"

Aku mengangguk.
"I hope so too. I'll be back, Gan. Sorry,"
Kataku sambil tersenyum, lalu meninggalkan Megan terpaku ditempatnya.

--

Aku harap ia masih ada di mobilnya.
Please.
Please.
Please.

Ah! Ketemu.

Aku berjalan menghampiri mobilnya diantara mobil-mobil lain. Jantungku berdegup sangat kencang, entah karena gugup, atau karena aku habis berlari.

Toktoktok.

"Hai," sapaku.

------

And the story goes on like the first chapter!
Ini cuman Sasha's POV 😝.
Hope you guys enjoy this as much as I do!

Malibu NightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang