02. sebuah takdir

29 3 7
                                    

.
.

Dengan keterpaksaan Nuri membawa pria itu masuk ke dalam apartemen nya.

mendudukan pria aneh itu di lantai lalu
menyenderkan tubuh pria itu pada dinding.

Mata Nuri terus menerus menatap sayap itu, sayap yang bersih dan putih, walau terlihat agak kotor karna bercak darah.

"Itu pasti sakit..." Gumam Nuri melihat luka yang cukup membuat ia merinding.

"Aghh" pria itu mengeluh kesakitan.

"A-aku.. harus gimana" Nuri bingung.

Pria itu menatap sayu sembari menahan rasa sakitnya.

"A-aaku.. akuu bakal cari obat" Nuri beranjak mencari kotak p3k di seluruh kamarnya.

Nuri mencari kotak itu dengan tangan yang gemetar, entah kenapa tiba tiba ia blank dan lupa dimana ia menyimpan kotak p3k itu.

Pria lemah yang melihat Nuri kesusahan segera memejamkan matanya lalu jari jentiknya menunjuk ke sebuah kotak kecil di atas lemari.

Nuri menoleh melihat ke arah jari itu menunjuk, ia melotot kaget. Ternyata kotak p3k itu ada di atas lemari.

Segera mungkin ia mengambil kotak obat itu dan menghampiri pria yang terkapar lemah di lantai.

" B-bagaimana ini..." Nuri kebingungan melihat darah yang terus menerus mengalir di bagian punggung sayapnya.

Nuri yang terus kebingungan hanya terus terdiam dan berpikir sembari melihat pria yang memejamkan matanya dan mulut yang bergumam kesakitan, tidak tahu kenapa mata ia selalu di buat untuk melihat pria aneh di depannya.

"Khem" deheman keras itu membuat Nuri melonjak keget, ia segera ngambil handuk dan air hangat

Setelah handuk, air hangat dan kotak p3k sudah ada Nuri lalu membersihkan seluruh noda noda darah dan sesekali membersihkan lukanya di sayap itu

walau pria itu mengeluh kesakitan Nuri terus memaksanya untuk diam dan nurut padanya. Alhasil pria itu menurut pada Nuri agar terdiam jika sedang di obati.
.
.

Selesai sudah...  Nuri sudah mengobati pria di depannya, luka di sayap pria itu juga sudah ia bungkus sedemikian rupa.

"Aku sudah mengobatimu, silahkan pergi dari sini" ucap Nuri sembari membereskan peralatan tadi.

Pria itu hanya terdiam menatap tajam Nuri. "Figo, panggil aku Figo" ucap pria itu.

Nuri terdiam sebentar dari pekerjaannya membereskan kotak obat, tapi dua detik kemudian ia kembali menyibukkan dirinya dengan kotak obat itu. "Aku tidak peduli namamu siapa, aku hanya ingin kamu pergi dari sini, aku tidak mau mempunyai masalah".

"Apa aku merepotkan mu?" Tanya Figo.

"Kamu sudah merepotkan ku pria jadi jadian!"

Degg!!...

"Pria jadi jadian katamu?!" Figo menatap tajam Nuri.

"Ya? Apalagi? Kamu itu bukan manusia, silahkan pergi dari sini." Nuri berdiri dan menaruh kotak obat itu di tempat semula.

Figo berdiri dengan susah payah, tangannya memegang tembok di belakangnya. "Hey wanita sombong. Aku juga tidak mau disini, hanya saja aku terjebak disini".

"Apa katamu?! Aku sombong?! Ya!! Aku memang sombong dan aku tidak peduli denganmu. Cepat pergi pria jadi jadian!" Tegas Nuri mendorong Figo keluar lewat jendela.

Figo pasrah

ia keluar dan terdiam di balkon. Sedangkan Nuri sudah mengunci jendelanya dari dalam.

My mysterious angels ⁷'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang