๑Prolog

14 3 7
                                    

Bermulanya hidup mereka dengan tenang penuh canda tawa, senyum yang selalu terpatri di setiap wajah. Namun kenyataannya senyum itu tidak bertahan lama.

Gangguan bermunculan dari Shifa, yang di mulai dari melihat sosok yang mengerikan muncul di hadapannya.

Brukk

Shifa yang tiba-tiba terjatuh dari bangku yang di dudukinya. Devan yang sebangku dengannya dengan sigap menuju ke hadapannya lalu bertanya.

"Kau kenapa?"

"D-Devan itu a-apa?!"

Kata Shifa yang terbata-bata dengan tangan yang menunjuk ke arah sudut kelas.

"Apa?"

Tanya Devan yang bingung dengan apa yang dimaksud temannya yang sedang ketakutan itu.

"Itu kenapa aku di tatap seperti itu?"

Jawabnya sambil menatap sesuatu yang dilihatnya.

"Siapa yang menatap hm?"

Belum sempatnya menjawab pertanyaan dari Devan, Shifa malah kehilangan kesadarannya -pingsan- ditempat.

Keesokan harinya Shifa terus melihat hal-hal yang tidak semua orang lihat. Mereka berlima terkejut dengan apa yang terjadi dengannya.

Sore hari mereka ber-enam pergi ke lapangan basket untuk mengikuti kegiatan sekolah.

Saat berjalan tiba-tiba langkah kaki Shifa terhenti, kelima dari mereka sontak kaget dan langsung menghampirinya.

"Kau kenapa Shif?"

Tanya Carlen dengan merangkul pundaknya.

"Apa kau melihat sesuatu lagi?"

Tanya Devan sambil berdiri di sampingnya.

"kenapa dia terus mengikuti ku? Apa aku punya salah dengannya?"

Ujar Shifa sambil melihat sesuatu yang menghalangi jalannya untuk melangkah.

Dari saat itu Shifa terus melihat sesuatu yang aneh dan sahabat nya tidak percaya akan hal itu. Setiap berkumpul ataupun sendiri dia selalu bertingkah aneh seolah-olah dia melihat monster di hadapannya.

Dan pada suatu hari, tepat di malam Jum'at Kliwon.

Sore hari waktu matahari tenggelam langit mulai gelap dan suara daun yang saling bergesekan dari pohon yang tertampar oleh angin.

"Apa kalian tidak percaya denganku bahwa aku bisa melihat apa yang tidak kalian lihat?"

Tanya Shifa dengan raut kecewa terhadap teman-temannya yang tidak mempercayainya.

Jantung yang berdebar dengan cepat, keringat dingin yang bercucuran keluar dari pori-pori dan pikiran-pikiran buruk yang muncul dalam benak Shifa.

"Bukan begitu Shif, kita hanya ingin membuktikan"

Kata Zian dengan beraninya demi teman-temannya supaya tidak merasakan ketakutan sama sekali.

"Iya, kita kan juga ada disini"

Sambung Vano menyakinkan Shifa supaya tidak takut dengan semua ini.

"T-tapi kalian-"

Kalimat yang keluar dari mulut Shifa pun terpotong dengan ucapan Carlen.

"Jangan takut Shif, kita akan menemanimu"

"Iya benar kata Carlen, kita akan menemanimu"

Kata Carlen dan Reynar yang diangguki oleh ketiga pemuda yang berada di samping ketiga gadis tersebut.

...

"AAAAA!!!!"

"T-TO--TO! LONGG AKUU!!!"

"AAAA!!!"

"KALIAN TENANG JANGAN TAKUT!!"

"SH**T KITA HARUS BAGAIMANA?!!"

"JANGAN JANGAN!!!"

"STOPP!!"

"SESEORANG HENTIKAN INI TOLONGG!!!!!!"

"CUKUPP!!!"

Tak.. Tak.. Takk...

Krekk...

Langkah yang terus-menerus mendekat dan suara lantai kayu yang seperti dilewati oleh langkah kaki yang besar.

"Ki-kita ha- hmph!!"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya Vano dengan cepat membungkam mulut Reynar dengan tangannya.

"Ssttt!"

Suara Vano yang berbisik mengahadap Reynar dengan tangannya masih membungkam mulutnya.

Klek

Hitam tanpa ada cahaya, hanya hitam yang hanya bisa mereka lihat. Tidak ada kilatan cahaya satu pun yang dapat para remaja itu tangkap dalam ruangan tersebut.

Devan dengan Zian memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya menuju ke depan. Dengan niatnya mencari tombol lampu.

"Devan! Zian! jangan kesana!"

Kata Carlen dengan suara yang sangat ketakutan. Takut dengan keadaan dan takut jika teman-temannya terluka atau mungkin lebih dari itu.

"Jangan menghadap depan, tetaplah menunduk"

Entah apa yang di maksud oleh Reynar, kenapa dia bisa mengatakan itu?

"Apa kau juga mengetahuinya, Rey?"

Tanya Shifa yang tengah ketakutan memandang sesuatu yang ada di hadapan kedua temannya itu.

Dengan takut, air mata mengalir dari manik kembar Reynar dan dengan jawaban yang ia lontarkan.

"Iya"

"Tolong itu sangat menyeramkan"

Vano yang di dekat Reynar pun menenangkannya walaupun keadaan yang sangat gelap gulita.

"Apa kau baru saja menyentuhku Vano?"

Tanya Carlen yang berdiri diantara Shifa dan Vano.

"Tidak, aku sedang menenangkan Reynar"

"Apa kamu Shif?"

"Tidak, sekarang tubuhku sangat kaku. Bahkan aku tidak tahu bagaimana cara menggerakkannya"

"Lalu siapa yang menyetuh bahu ku dan mengusap kepalaku?"


©FiJoy

Disturbance of spiritsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang