DUA PULUH TUJUH

8.4K 796 76
                                    

"Segera ambil tindakan Atta. Hari ini Arta yang di keroyok bagaimana jika nanti terjadi lagi dengan korban baru?" ujar Nilla. Wanita itu berdiri di sebelah suami-nya, sejak tadi berusaha menahan tangis sebab tidak kuat melihat Putra-nya yang habis di pukuli.

"Keluarkan mereka," lanjutnya tegas.

Grizelle menahan napas. Seketika pikiran buruk datang bersamaan memukulnya kuat. Gue gak mau kalau Ken di keluarin. Batinnya.

"Panggil Kenzo ke sini," titah Pak Atta.

"Saya di sini!"

Semua pasang mata mengarah ke arah pintu masuk. Di muka pintu Kenzo buru-buru mengenakan seragam putihnya dan me-lap darah di pelipisnya lalu melangkah masuk. Tak lama Pak Indra menyusul di belakangnya.

Dan kini Kenzo sudah berdiri di sebelah Grizelle dengan pandangan lurus tanpa takut. Memangnya ia mau takut dengan apa?

Nilla mendengus. "Ketuanya aja datang dengan wajah babak belur, itu berarti masalah tidak hanya ada di satu tempat dalam sekolah ini."

"Maaf Bu, tadi di depan ada beberapa penyusup masuk ke sekolah dan Kenzo yang melawan dan mengusir mereka semua," jelas Pak Wawan yang sejak tadi bersama Kenzo.

"Penyusupnya dari mana kalau bukan dari mereka sendiri? Siapa tau mereka adalah musuh geng anak-anak itu sehingga membuat mereka mengincar sekolah ini," balas Nilla lagi. Aska hanya bisa mengelus punggung istri-nya itu.

"Sudah," titah Pak Atta. "Hari ini saya akan mengambil keputusan."

Detik itu juga rasanya jantung Grizelle mau lepas. Rasa bersalah membuatnya tak berhenti merutuki dirinya yang menjadi penyebab masalah ini timbul. Ia sungguh tidak siap jika Kenzo dan teman-temannya di keluarkan.

Perlahan Grizelle mendekatkan dirinya ke Kenzo, memutuskan jarak bahkan lengan keduanya sudah bersentuhan membuat Kenzo menoleh. "Maaf," ucap Grizelle lalu tangannya di belakang menggenggam tangan Kenzo.

"Bukan salah lo," jawab Kenzo berbisik.

Mereka kembali menunggu keputusan Pak Atta dengan harapan sesuatu yang baik lah yang akan keluar.

"Semua murid yang terlibat dalam geng akan di keluarkan," Pak Atta.

Napas Grizelle tercekat. Bukan, bukan ini yang ia inginkan. Ia bisa merasakan genggaman Kenzo mengerat namun tak ia indahkan. Grizelle malah melepaskan genggaman itu dan maju selangkah. Helaan napas teman-teman Kenzo itu karena Grizelle, ia membuat semua orang menanggung masalah.

Dengan lantang Grizelle berkata, "Saya ikut keluar Pak, bersama mereka."

Lantas siapa yang tidak terkejut mendengar ucapan yang begitu lantang dan ringan itu. Sekilas terdengar ringan padahal sebenarnya saat itu juga Grizelle seolah sudah melepas mimpinya. Grizelle adalah perempuan yang memegang tekad penuh dalam hal apapun, dan tak pernah mengambil langkah sebelum memikirkannya baik-baik. Termasuk keputusannya, ia melakukannya agar semua ini bisa berakhir dengan adil.

"Tapi... Kamu tidak bersalah," ujar Regina.

"Saya berada di sini berarti saya juga salah. Mereka adalah teman-teman saya anggap saja saya menjunjung tinggi solidaritas," ujar Grizelle.

KENZELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang