1.

104 2 0
                                    

      Helaian helaian rambut ku berterbangan, baju putih dengan bawahan rok abu - abu yang sedang Ku kenakan kini, aku Kisya, gadis yang mencintai seseorang tanpa dicintai. Menyedihkan.

Hembusan demi hembusan terus menerjang ku. Tak Ada sedikitpun rasa aku ingin pindah dari tempat ini. Aku ingin menunggunya, melihat ia dari kejauhan, ingin memandangnya, ingin melihat senyum dan tawanya. Arya aku merindukan mu entah sejak kapan.

Duduk sendiri mungkin hal yang biasa dilakukan oleh banyak orang, duduk sendiri dapat dilakukan saat kalian membutuhkan kedamaian. Kini aku di sini hanya bisa terduduk dengan senyum yang merekah di wajah, alunan demi alunan terdengar dalam rongga telinga ku.  kau hadir dihadapan ku. Mata ku hanya tertuju pada tingkah mu yang lucu, yang dapat membuat hati ini melompat. Kau tampan, tapi bukan itu alasan aku mencintai mu. Aku ingin sekali memanggil mu, memanggil nama mu dengan lantang, sayangnya aku sangat malu dan tak memiliki keberanian sedikit pun.

Dan akhirnya aku hanya terdiam, sambil terus memandang.

Sebuah lengan menepuk halus bahu ku, mengejutkan ku dalam lamunan yang  tak berguna, wajah nya menghadap ke wajah ku sambil tersenyum indah.

"Ngelamun lagi kan? Liatin siapa si?" Ia terduduk disebelah ku, aku hanya terdiam tak mengindahkan pertanyaannya barusan. Mata ku terus saja tertuju pada satu titik yang membuat dunia ku bergumul disana-Arya-.

"Ihhh orang nanya juga" sungutnya kesal dan berdiri mencoba meninggalkan ku.

"Gausah di jawab juga sebenernya lu tau kan? Gausah sok polos deh"

Ia kembali terduduk di tempat nya semula.

"Oalaaaaah, lu lagi liatin Arya tooh"

Aku hanya melihatnya sinis, tak taukah dia kalau suaranya begitu menggema sampai ke ujung sekolah, okeee ini berlebihan.

"Dieeeem di, kebiasaan"

"Kenapa gak ngomong aja si sya, kalo lu suka sama dia?" Enteng sekali dia berbicara, apa dia tidak berfikir apa resikonya kalau aku langsung menyatakan cinta kepada Arya?, bisa bisa dia ilfeel kepada ku dan tak mau berbicara denganku. Aku pukul saja kepalanya secara perlahan, dan dia meringis kesakitan.

"Gila lu ya sya? malah di jitak gue, bener kali gue kalo lu diem aja dia gak akan tau apa perasaan lu ke dia, apa salahnya coba kalo cuma buat mengekspresikan dan lu jangan mengharapkan. Siapa tau dia juga suka sama lu, kita kan gak ada yang tau sya. Apa salahnya buat nyoba? Kalo kaya gini terus lu yang bakal tersiksa sya" benar apa kata widi, apasalahnya aku mengekspresikan perasaan ku, kalau harus ditahan seperti ini juga dia tak akan pernah tau apa perasaan ku pada nya.

"Tapi di, gue lebih nyaman kaya gini, dia bisa ngomong sama gue, dia mau minta bantuan sama gue, dia bisa senyum sama gue. Emang salah kalo gue mencintai dalam diam? Gue punya cara tersendiri buat mencintai dia di."

Widi menghempaskan napasnya kasar. "Terus mau sampe kapan lu diem ginih? Lu gak takut kalo dia bakal diembat sama orang?, seenggaknya lu nyatain sya."

"Lu bener si di, tapi gue ragu" widi hanya tersenyum meledek kepada ku. "PENGECUT" ucapnya dan langsung pergi begitu saja.

"Lu enggak ngerti apa-apa di" aku berteriak pada widi yang entah sudah sampai mana ia berlari.

Aku datang ke kelas dengan wajah cemberut, pagi ini widi berhasil membuat mood ku hancur, sampai aku tak bernafsu lagi untuk memandang Arya. Awas saja dia aku akan membalas nya.

"Lu jelek masa sya, masih pagi juga" aku menoleh ke arah suara tadi berasal.

"Huuuh bodo deh, mood gue ancur gara gara cewe lu" zulfi hanya terkekeh melihat tingkah ku. "Sabar ya princess kisya, pacar gue emang gituh" aku melotot ke arahnya, tumben sekali dia memanggil nama Ku dengan embel-embel princess.

"Jangan ngomong deh zul, makin kesel tau ga?" Zulfi kembali tertawa dengan kencangnya.

"Zulfi berisik" suara teman teman di kelas ku secara bersamaan, sedangkan aku hanya menahan tawa.

Selang beberapa jam disekolah telah Ku lalui, bel sekolah telah terdengar kembali. Murid murid disekolah ini pun berhamburan keluar untuk pulang kerumah mereka masing masing, kecuali aku dan Widi.

"Mao apa lagi si sya?" Tanya Widi kesal, ia tampak lelah karna telah menunggu ku yang entah sedang apa, aku hanya jalan tak tentu arah menunggu sekolah benar benar sepi sampai tak ada orang satupun.

"Sya, ayok pulang! Gue ngantuk"

"Tunggu di, sampe arya ga ada ya. Gue malu kalo sampe ketemu dia"

Widi menghela napas panjang, bola matanya berputar tanda ia jengah terhadap ku. Sedangkan aku hanya menyengir kuda kearahnya.

"Kalian belum pulang di, sya?" Suara Zulfi tiba tiba menggema dilorong sekolah. Aku Dan Widi membalikan badan kearahnya dan menggeleng dengan bersamaan.

"Weelah kompak banget" Zulfi berjalan ke arah widi dengan senyum yang menghiasi wajahnya, ditangan kanan Zulfi memegang jacket  yang cukup tebal miliknya. Jacket itu ia berikan pada Widi, widi hanya tersenyum malu malu. "Pulang bareng ya?" Widi mengangguk antusias.

"Busut jahat lu di, katanya mau pulang bareng gue" sungut ku kesal.

"Lu lama sya, gue udah ngantuk. Gue juga udah seminggu gak jalan sama laki gue" Mata Zulfi tertuju pada gadisnya-Widi. "Eh iya salah pacar gue maksudnya".

Aku hanya menatapnya dengan emosi yang begitu dalam, mungkin kepalaku sebentar lagi akan pecah Karna menahan emosi.

"Maaf ya Kisya sayang, maafin kami wifi couple ini". Aku hanya mengangguk Dan mengkibas kan tangan Ku ke udara.

Mereka berdua bergandeng tangan, mengeratkan kisah cinta diantara mereka, dan berjalan pulang tanpa memperhatikan reaksi apa yang sedang ku tampilkan.

Mereka memang senang sekali membuat ku merasa kesal. Menampilkan kemesraan mereka dihadapan ku, Dan membuat Ku merasa cemburu akan hal itu.

Seseorang yang kutunggu, akhirnya datang juga. Siluet nya saja telah membuat ku merasa bergetar, tuhan aku harus bagaimana? Aku harus pergi kemana?. Rasanya aku ingin sekali berlari dari tempat ini, dan bersembunyi.

Suara sepatunya mulai terdengar lebih dekat, jantung ku terus saja memompa dengan cepat, degupan nya mungkin dapat didengar Karna saking kerasnya.

Aku berdiri kaku didekat tangga, tak tau ekspresi apa yang harus ku keluarkan saat sedang berhadapan dengan nya nanti, aku harus tersemyum kah? Atau bagaimana?.

Dia tepat berada dihadapan ku kini. Arya menghadap ke arah ku, ia menampilkan senyum terindah yang ia miliki. Tuhan, rasanya ingin sekali aku melompat lompat karna terlalu senang nya. Tapi apa yang bisa ku lakukan, aku hanya membalas senyumannya dengan ragu. Pasti wajah ku tampak aneh tadi.  Aku memandang punggung arya yang lambat laun menghilang begitu saja, senyumku tak memudar sedikitpun dari tempatnya.

Andai kau tau Arya senyun mu saja sudah membuat aku bergidik. Aku tak tau bagaimana caranya aku menyatakan cinta pada mu. Aku takut, aku ragu, aku tak memiliki keberanian yang besar untuk mengungkapkan segalanya.

Aku hanya dapat diam, menunggu sebuah keajaiban yang datang menghampiri ku. Menunggu kau mengungkapkan cinta itu langsung pada ku. Tapi entah itu hanyalah khayalan yang tak berujung menjadi sebuah kenyataan.

Tak tau sampai kapan aku akan tetap seperti ini.

Mencintai mu dalam keheningan. Memandang mu dalam kejauhan. Mengagumi mu dalam diam.

-----------

Masih pendek, banyak typo, masih aneh, tapi gapapa lah ya. Mohon voment nya yaaaa.

Sedih kalo liat gak ada yang vote apalagi komentar :(

Makasih banyak sebelumnya buat yang udah baca, padahal cerita yang why I love you aja masih berantakan, tapi udah berani beraninya bikin cerita baru. Gapapa lah ya buat selingan hehehe.

Explain  Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang