WELCOME~~~~~
***
Rachel terburu-buru memasuki kelasnya. Hampir saja ia terlambat, untung bel berbunyi saat Rachel sudah berada di lapangan. Meskipun begitu, Rachel tetap berlari mengingat jam pertama adalah jam Mr. Chand. Guru yang terlalu displin dan kaku seperti adonan gagal.
Melihat Rachel yang tiba di kelas dengan napas tersenggal, Jeno pun menaikan alisnya.
"Tumben telat." Katanya saat Rachel sudah duduk di sampingnya. Mereka duduk sebelahan omong-omong.
"Si Jeffrey noh bodoh udah tahu punya kelas pagi, baru bangun jam setengah tujuh. Sinting." Jawab Rachel menyalahkan kakaknya atas -hampir- keterlambatannya.
Lalu tiba-tiba seseorang menepuk pundak Rachel, itu teman sekelasnya bernama Yura, "Chel, lo sekelompok sama gue ya buat tugas kimia."
"Tugas apaan?"
"Kata anak kelas sebelah kemarin udah mulai buat tugas akhir kimia buat semester satu." Jawab Yura yang dibalas Rachel dengan anggukan.
"Ok."
"Jeno kalo mau gabung juga gak apa-apa, kok." Katanya melirik Jeno. Rachel pun ikut menoleh pada Jeno.
"Gak usah, gue sama anak cowok yang lain aja." Ujarnya cuek. Setelah itu, Yura pun berlalu kembali ke tempat duduknya.
Jeno memang dikenal dingin dan cuek pada orang lain. Ia hanya terbuka pada orang-orang yang ia anggap dekat saja. Jeno bahkan hanya akan berinteraksi jika memang ada perlu dan berbicara seperlunya saja pada orang lain.
Awal Rachel kenal Jeno pun begitu. Rachel yang pertama kali menghampiri Jeno saat bangku sekolah dasar karena Jeno hanya sendirian dan tidak punya teman. Meskipun ditolak oleh Jeno, Rachel tetap menempeli Jeno dan mengikutinya hingga lama-lama Jeno akhirnya cair dengan sendirinya pada Rachel dan bersahabat dengan Rachel hingga sekarang.
Rachel akhirnya menyimpulkan, bahwa Jeno bukannya tidak punya teman. Ia hanya seseorang yang tertutup. Tipe orang yang harus didekati duluan.
***
Jeno hanya menghela napas mendengar Rachel yang masih saja mengoceh sejak tadi. Salahkan saja si ketua kelas mereka.
Semua bermula saat penentuan kelompok tugas, dimana Mr. Chand sudah membebaskan para siswa untuk membentuk kelompok sendiri. Tidak sampai si ketua kelas dengan sok bijaksananya mengatakan bahwa kelompok 'pilih sendiri' itu tidak adil dan tidak rata. Katanya akan ada siswa yang 'terbuang' tidak mendapat kelompok. Cih, alasan.
Sebenarnya tidak ada masalah bagi Rachel. Tidak jika ia berada di kelompok yang tepat.
"Kelompok 5. Rachelia, Cherli, Azalia, dan Carissa."
Dan kelompoknya sangat tidak tepat. Rachel bahkan sampai mengumpat -meski dengan pelan- setelah Mr. Chand menyebutkan kelompoknya.
'Sial. Kenapa mereka sih?!'
Rachel bahkan sudah siap melemparkan correction tape nya ke kepala si ketua kelas yang memberikan ide tersebut. Untung Jeno berhasil menahannya.
Namun, kesialan Jeno berlanjut karena sampai mereka tiba di kantin pun, Rachel belum berhenti mengomel. Rachel terus mebahas tentang nasibnya yang dipastikan akan mengerjakan tugasnya seorang diri karena tiga orang lainnya terkenal paling ogah berkontribusi dalam tugas kelompok. Jeno bahkan langsung melarikan diri dengan alasan memesan makanan. Lalu kembali dengan membawa pesanan keduanya.
"Nih carbonara pesenan lo semalem. Udah, gak usah ngomel terus." Katanya sambil meletakan makanan di atas meja.
"Ih, inikan traktiran contekan lo semalem. Kalau lo mau hibur gue, sih, cukup beliin caramel latte, kok, Jen hehe." Ujar Rachel sambil terkekeh. Ia seolah melupakan kekesalannya sedetik yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Biggest Secret ; [Jeno Lee]
Ficção AdolescenteKatanya gak semua persahabatan cewek-cowok berujung baper. Tapi kenapa Rachel tidak termasuk ke kategori 'gak semua' itu. Rachel terjebak dalam perasaannya pada sahabatnya sendiri, yang sialnya sudah memiliki kekasih. Rachel selalu bersikeras bahwa...