Silahkan vote&comment untuk mendukung cerita ini agar tetap berlanjut.
Ada banyak hal yang tak kamu ketahui tentang dunia. Berapa umurmu? 11 tahun? 20 tahun? Atau 100 tahun? Kamu hanya memiliki pengetahuan tentang dunia yang sangat minim, sisanya rahasia terbesar bumi yang akan terkuak jika kamu berani!!
---"Panggil saja aku Nilam!! Aku berasal dari Kota Hargwen tapi karena orang tuaku pindah tugas disini jadi sekarang aku menempati sebuah apartemen diwilayah Dashqueet. Semoga kalian senang dengan kehadiranku" perkenalan pertamaku disekolah elite ini sebagai siswi baru. Sekolah yang cukup besar dan mewah dengan biaya spp hampir 25 juta/bulan.
Aku duduk disebelah pria bernama Davan, itulah nama yang aku baca di nametag yang ia kenakan pada jas hitam miliknya. Jas hitam yang menjadi ciri khas dari murid sekolah ini. Sedangkan untuk wanitanya juga sama memakai jas hitam yang membalut menutupi kemeja putih dalamannya dipadukan dengan dasi pita cantik warna merah dan rok seatas lutut berwarna merah maroon.
"Hai, Nilam Queenida Atsya" ketika sudah duduk dikursi sebelahnya aku langsung mengulurkan tangan untuk langsung berkenalan dengannya sekaligus menjadikannya sahabatku disini.
Pria itu menjabat tanganku lembut, tangannya dingin tapi sedikit lembut "Davan Mahaputra Andoro" ucapnya padaku.
Ceritanya hari ini membahas pr minggu kemarin tentang masalah perubahan gen pada makhluk hidup, tentu aku hanya menyimak penjelasannya karena buku ku masih kosong. Hmm ralat!! Ada beberapa lembar tulisan dari sekolah lama ku. Disini juga aku masih kelas 10 semester satu jadi masih belum belajar terlalu banyak.
Davan menyodorkan bukunya agar aku bisa sambil melihat atau membaca tentang apa yang sedang guru itu ucapkan. Kurasa dia pria baik meskipun kesan awal sangat dingin dan ia tidak begitu banyak bicara.
"Kau faham?" Aku hanya basa basi saja agar sedikit ada ruang pertemanan disini.
Nihil... jawaban Dastan tentang pertanyaanku hanya anggukan kepala saja, kalau begini aku benar benar tidak bisa mengajaknya bicara. Sikapnya, tatapannya, gerak tubuhnya. Dia ini apa? Robot berparas pria tampan? Atau sejenis alien yang menyamar? Tapi aku yakin dia baik, mungkin ini karena kami baru saling bertemu dan mengenal.
"Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya." Ucap Bu Windi guru yang sedang menjelaskan didepan.
Setelah Bu Windi mempersilahkan murid dikelasku bertanya, aku langsung buru buru mengangkat lenganku untuk bertanya."Iya Nilam kenapa?"
"Begini bu, ada gk sih manusia yang berevolusi jadi monster gara gara gen bawaan atau gen yang sengaja disuntikan pada tubuh si manusia itu?" Pertanyaanku berhasil membuat gelak tawa didalam kelas. Malu sih... tapi yaa udah terlanjur hehe...
Ekspresi Bu Winda kala itu berubah, antara bingung dan menahan tawanya. Tapi sebagai guru ia harus tetap bijaksana tentang apapun yang muridnya tanyakan, meskipun pertanyaannya nyeleneh. Bagiku ini tidak nyeleneh, aku hanya ingin mengetahui kemungkinan kemungkinan terburuk yang akan terjadi didunia ini.
"Monster? Setau ibu tidak ada yang namanya monster. Sekarang coba ibu tanya apa yang ada dalam isi pikiran kamu? Hulk? Werewolf? Atau spiderman? Nilam ayolah.... itu semua hanya film, dan itu hanya karangan saja. Jadi mungkin yang kamu maksud monster itu hanya ada dalam cerita film saja" jawab Bu Winda.
"Hmm baik bu terimakasih" aku tertunduk malu sekaligus tidak puas dengan jawaban Bu winda. Rasanya semua jawaban yang ia beri kurang cocok dalam pikiranku, bisa saja ada seorang jenius yang bisa memutasi gen, merubah seseorang, atau apapun itu. Kenapa semua orang masih tertawa?
---
Jam istirahat tiba, aku hanya duduk terdiam dikelas. Rasanya sulit sekali beradaptasi dilingkungan baru seperti ini, apalagi aku masih terlalu malu gara gara ditertawakan tadi."Lo gk mau keluar juga?" Tanyaku pada Davan yang sedang duduk sambil memainkan pulpennya.
"Nggak!" Jawabnya singkat tanpa menoleh kearahku.
Singkat saja, aku bosan dan kesal... tapi bagaimana? Dikelas hanya ada aku&Davan. Tapi dia sama sekali tidak menggubris kehadiranku. Aku mencoba bertanya apapun yang tidak penting, tapi jawabannya singkat, padat, dan membuatku skakmat untuk berhenti berbicara.
Aku mengeluarkan bekal roti sandwich buatan mama dari dalam tas, aku berniat menawari pria ini makananku. Canggung dan ragu ragu, tapi apa salahnya hanya menawari makanan.
"Mau?" Aku sedikit menyodorkan kotak nasi berisi roti sandwichku kearah Davan.
"Nggak, makasih"
"Isinya ada 4, lo bisa makan rotinya dua terus buat gw dua. Ayo makan!!" Belum kehabisan cara juga agar Davan bisa ikut makan bersamaku, kurasa dengan ini kita bisa sedikit lebih akrab.
Kepala pria itu menoleh kearahku dan matanya menatapku, sungguh ini membuatku gugup dan ketakutan. Aku menundukkan pandanganku mencoba agar tidak menatap matanya karena akan membuat semakin gugup saja.
"Kenapa wajah lo ketakutan? Apa sekarang tiba tiba gw tembus pandang?" Itu adalah ucapan terpanjang yang Davan ucapkan padaku. Dari tadi memang dia mengirit sekali dalam urusan bicara dan memberi respond-respond terhadap sekitarnya.
"Ng..nggak kok" jawabku gugup.
"Makasih" Davan mengambil sandwichku yang ada diatas meja dan memakannya. Demi apapun itu, rasanya sangat membahagiakan. Sepertinya ada celah untuk pertemanan kita. Menjadi temannya mungkin akan membuat sedikit tantangan. Karena Davan bukan orang yang friendly juga hehe..
"Enak gk? Itu mama gw yang bikin"
Davan mengangguk dan terus mengunyah sandwich yang ada ditangannya.
Tak lupa aku juga mengeluarkan botol minumku dan menawarinya minum.
"Gw juga bawa" ia menolak air minumku, ok aku faham untuk itu.
"Kenapa lo gk keluar kelas Dav?" Aku mencoba mengajak pria ini berbicara lagi denganku.
"Lo sendiri kenapa ada disini dan gk keluar?" Davan malah balik bertanya.
"Entahlah.. gw rasa dikelas nyaman hehe" jawabku santai.
"Yaudah menurut gw juga sama" Davan malah mengikuti jawabanku.
Shit... hampir aku putus asa mengajaknya berbicara. Kenapa ada manusia seperti ini? Ok sabar Nilam!!
"Davan..."
"Hmmm"
"Mau nemenin aku keliling sekolah ini gk? Sekaligus kamu nunjukin ruangan ruangan yang ada disini. Aku takut nyasar kalo sendirian" aku mengajaknya untuk keluar kelas sekaligus membuat pendekatan agar kami tidak lagi canggung.
"Aku? Kamu? Berubah ya?" Dastan melirikku dengan matanya yang indah dan membuatku selalu grogi dan berusaha menghindari tatapannya.
Upss...
"Hmm aku gk biasa ngomong lo gw, gpp kan? Kalo kamu mau manggil lo gw gpp kok"
"Ok! Ayo aku temenin!" Pria itu langsung bangkit dari duduknya, tak kusangka dia akan mau menerima ajakanku dan hmmm ya memanggil sebutannya juga jadi aku kamu, tapi itu tidak terlalu penting.
***Ok guys.. mohon maaf ya di part ini cuma dikit, next part selanjutnya. Jangan lupa vote&comment nya ya😘 kalo ada typo juga maafin hehe... silahkan kalian koreksi jika dalam pemilihan katanya ada yang kurang sesuai juga ok.

KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER
Mystery / ThrillerCatatan: Ada beberapa cerita yang berasal dari mimpi si penulis ya, dan kalo ada kesalahan ataupun kesamaan dalam bentuk apapun dicerita ini real kebetulan. Pokoknya ini itu cuman hasil halu sama mimpi hehe.. *** Semuanya panik.. kala itu aku berpis...