Haiii gais, aku pendatang baru loh di wattpad ini semoga kita bisa bekerja sama ya
Kalo aku salah kata atau kata-katanya kurang komentarin ya, atau kritikianya biar aku bisa ngerubah.
Happy reading
Dua anak kecil sedang bermain di taman belakang rumah.
" Ana lagi ngapin kok cemberut gitu sih?" tanya ryan yang baru saja duduk disamping alana dan melihat raut wajah alana sangat tidak enak dilihat
" Iyan lihat nih gambaran ana jelek banget" ucap alana yang kecewa atas gambarannya dia sangat menyukai menggambar tapi kenapa dia tidak bisa menggambar
" Gambaran ana bagus kok, sini iyan ajarin" ucap ryan lalu mengajari perlahan demi perlahan agar gadis imut di sampingnya mengerti dengan gambaran.
" Aaaah ana capek, iyan besok kerumah ya kata mama ada yang mau dibicarain" ucap alana lalu pergi masuk ke dalam rumahnya.
Rumah ryan dan rumah alana sangatlah dekat, keluarga ryan dan alana juga berteman sangat dekat jadi gak khawatir jika tiba-tiba salah satu dari mereka menghilang palingan antara ke taman komplek atau main kerumah ryan atau alana.
" Iyan udah tau kok apa yang bakal di bicarain" gumam ryan yang sedang melihat lari kecilnya gadis itu.
" MAMA" teriak alana di dalam rumah itu,
" Apa sayang?" jawab mama tiara dari dapur karena melihat anaknya tiba-tiba berteriak.
" Papa mana?" tanya alana karena inikan hari minggu jadi mustahil papanya kembali kekantor untuk bekerja.
" Itu di dalam ruang bekerja papamu sayang" jawab mama tiara lalu mengelus kepala alana dengan sangat lembut.
Tanpa menjawab satu katapun alana langsung berlari kecil menuju ruang kerja papa tersayangnya.
" Papa kita besok mau ngapain kok mama andin dipanggil besok?" tanya alana
ya, keluarga ryan tidak menyuruh alana memanggil tante atau om mereka sudah menganggap alana sebagai anak sendiri jadi mereka meminta untuk memanggil mama dan papa begitupun sebaliknya.
" Gak ada kok kita hanya makan-makan biasa saja" jawab papa alister lalu menggedong buah hatinya satu satunya ini menuju ruang keluarga.
••••
Ke esokan harinya seperti perkataan alana kemarin keluarga ryan sudah berada di rumahnya dan makan bersama, entah kenapa alana sdikit merasa beda karena sedari tadi ryan selalu menatap alana dan tidak berbicara sedikit pun.
" Ryan bawa alana ke taman belakang ya sayang papa gak kuat buat jelasin" ucap alister lalu di balas anggukan kecil oleh ryan.
" Ikut iyan yuk ada yang mau iyan bicarain sama ana" ucap ryan dengan sangat lembut.
Alana hanya menangguk kecil, lalu mengikuti jalan ryan yang membawanya ke taman belakang rumahnya, ryan dan alana kini duduk di bangku taman itu.
" Iyan ada apa sih kok aneh banget?" tanya alana sebelum ryan menjawab ryan lebih dulu memeluk alana dengan sangat erat dan menangis yang membuat alana mati kebingungan.
" Apa sih iyan jelasin coba kayak orang gila kamu tiba-tiba nangis sama meluk kayak gini," ucap alana yang heran sangat heran dengan hari ini.
" Maaf, iyan udah tau apa yang akan papa alister dan mama tiara katakan" jawab ryan yang sambil tersedu akibat menangis terlalu deras.
" Alana sore nanti bakal pergi ke amerika, karena papa alister dipindahkan ke sana"
"Bohong"
" Ana janji ya sama iyan jika kita ketemu disaat besar nanti kita bakal kayak gini lagi ya" ucap ryan lalu menangkat jari kelingking.
" Iya ana janji" ucap ana yang sambil menangis, dan membalas jari kelingking ryan.
Mereka berdua kembali berpelukan dan menangis karena akan berpisah selama bertahun-tahun.
Saat itu juga alana terbangun dari mimpinya, mimpi masa kecil yang membuatnya pilu. Alana memegang dadanya yang sangat sesak, dia lantas meminum air putih yang berada di nakas samping tempat tidurnya.
Entah kenapa alana memimpikan hal itu, mimpi itu kembali mengingatnya dengan pada ryan, teman kecilnya dulu. Dia pun membuka jendela kamarnya lalu mentap bulan dengan sendu.
Alana mengangkat jari kelingkingnya lalu berkata, " Bulan. Alana kangen sama ryan apa kita bisa bertemu?"
Love you kalian
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman masa kecil
Teen FictionRyan alveno vallen, anak remaja yang sangat-sangat tegas dan pendiam bukan karena dia tipe orang dingin namun baginya berbicara begitu banyak itu menguras energi mulut, dia juga pintar sangat pintar sudah beberapa olimpiade dimenangkanya, dia menjab...