Luka Senyuman Manis

60 1 0
                                    

Hari ini tidak seperti biasanya. Hujan yang sangat deras membuat Liora tidak bisa pergi sekolah.
Tetapi, Liora harus bersekolah. Liora tidak mau meninggalkan pelajarannya, ia harus belajar dengan giat agar bisa mendapatkan beasiswa. Sejak dulu, ia memimpikan agar bisa kuliah di Universitas Pelita Bangsa. Kampus yang sangat elit itu, membuat Liora ingin sekali mewujudkan mimpinya itu.

Bagaimana ini? Hujannya tidak berhenti. Kata-kata itu terus terulang dari mulut Liora.
Akhirnya, Liora memutuskan untuk pergi sekolah tanpa memakai seragam. Tepat pukul enam pagi, Liora sampai di sekolah. Liora tidak lupa untuk mengganti bajunya dengan memakai seragam putih abu-abu kesayangannya itu. Liora adalah murid paling dibanggakan oleh para guru di sekolahnya. Wajar saja ia sangat dibanggakan oleh para guru. Liora adalah murid yang paling teladan di sekolah.
Hujan yang sangat deras itu kini berubah menjadi hujan rintik-rintik. Liora duduk sambil memandangi bunga-bunga yang sangat indah yang ditaruh di depan kelasnya tepat di balkon lantai tiga itu.

Dan tiba-tiba terdengar suara motor yang membuat Liora terburu-buru ingin melihatnya dari kejauhan. Ternyata itu adalah Fandy. Kakak kelas yang Liora taksir sejak duduk di bangku SMP. Pria yang sangat populer itu, membuat semua perempuan menyukainya. Selain wajahnya yang tampan, Ia pun ramah terhadap semua orang.
“ Woi ngeliatin siapa sih Lu?? Oh gue tau pasti lu lagi ngeliatin kakak kelas idaman lu itu kan?” Salsa adalah sahabat Liora sejak di bangku SMP. Mereka tidak pernah terpisahkan. Bahkan Liora dan Salsa selalu berjanji untuk selalu bersama-sama dalam keadaan susah maupun senang. Bukankah itu yang dinamakan arti persahabatan?

Tidak lama kemudian, hujan rintik-rintik itu pun terhenti dengan begitu saja. “Mungkin hujan sudah terhenti, tapi tidak dengan rinduku”. Kata-kata itu terlintas dipikiran Liora. Liora selalu merindukan Fandy. Terkadang Liora berpikir, apakah Fandy merindukan ia juga? “Apa sih gue ini, ga mungkin lah dia merindukan gue, gue aja bukan siapa-siapa dia, hahaha”.
Fandy selalu membuat Liora bersemangat sekolah. Apalagi Liora tahu, kalau Fandy selalu datang lebih awal ke sekolah. Setiap hari Fandy selalu tersenyum kepada semua orang bahkan terhadap para guru, ia pun sangat ramah.
Pagi Bu, Fandy menyapa Bu Nisa dengan senyuman manisnya itu. Wah...sungguh dia benar-benar pria yang menurut Liora sangat perfect . Bagi Liora tidak ada pria lain yang seperti Fandy. Setiap melihat Fandy tersenyum, membuat Liora merasa hari-harinya penuh dengan kebahagiaan.

“Mari anak-anak hari ini kita akan melanjutkan pembelajaran kita yang kemarin tentang perencanaan produksi.”
Ibu Ria, ia adalah guru kewirausahaan. Guru yang paling disukai oleh para murid di SMK Tunas Mekar. Selain ramah, ia juga  paling peduli terhadap para muridnya.
“Apa sih perencanaan produksi itu?”
“Yang bisa menjawab pertanyaan Ibu, akan Ibu berikan nilai tambahan di rapot kalian.”
“Perencanaan produksi merupakan perencanaan mengenai produk apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu periode yang akan datang.”
Liora menjawab pertanyaan Bu Ria dengan penuh semangat.
“Ibu sangat senang jika ada murid yang berani menjawab pertanyaan Ibu. Kalaupun ada jawaban yang tidak tepat, Ibu tidak akan marah sama kalian. Ibu menghargai jawaban kalian itu.”
Salsa adalah murid yang selalu takut untuk menjawab pertanyaan dari para guru. Itu yang selalu membuat Salsa paling malas untuk bersekolah. Berbeda dengan Liora. Liora selalu bersemangat bahkan ia selalu rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh para guru.
“Bu” Liora sambil mengacungkan tangannya.
“Boleh saya ijin ke toilet Bu? ”
“Tidak Boleh. Kamu harus mengerjakan dulu soal-soal yang Ibu berikan tadi.”
“Sudah Bu, Saya sudah menyelesaikannya.”
“Yasudah, sana”
Seperti biasa kelas terasa hening saat mengerjakan tugas. Tidak ada yang berisik satu pun. Wah benar saja, kelas XI 2 memang kelas paling dibanggakan oleh semua guru.

Liora berjalan melangkahkan kakinya menuju toilet. Secara tak sengaja, Liora bertemu dengan Fandy.
“Hai, Kak”
“Hai, Ra. Pelajaran siapa kamu?”
“Pelajaran Bu Ria, Kak”
“Wah, Bu Ria mah guru favorit kakak loh.”
“Hehehe, Kakak pelajaran siapa?”
“Kelas kakak lagi free time, sudah habis materinya tinggal nunggu persiapan try out saja nih”
“Wah iya sih tahu yang sebentar lagi sudah mau lulus mah”
“Hahaha, semangat terus ya nanti kelas 12 sudah makin susah pelajarannya.”
“Pastilah kak, harus semangat sekolah demi masa depan.”
Dengan ngobrol seperti itu saja, Liora merasa bahagia. Terkadang, Liora ingin sekali mengungkapkan perasaannya itu kepada Fandy. Tapi, Liora tidak ingin Fandy mengetahuinya.
“cukup mengaguminya saja dari jauh, daripada dia tahu lalu menjauh”. Entah sampai kapan Liora harus memendam perasaannya itu.

Love DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang