2. Usaha

90 52 24
                                    

Sesampainya di rumah, Rana segera menghempaskan tubuhnya di kasur. Melepaskan semua beban dan lelahnya hari ini, rasanya nyaman sekali bisa berbaring.

Matanya menatap langit-langit atap. Seketika ia teringat pembicaraan nya dengan Ryan di sekolah tadi. Ia tak habis pikir dengan pemikiran seorang Ryan.

Rana membuang jauh-jauh semua hal yang menyangkut Ryan. Ia memejamkan matanya dan terlelap tidur.

Baru saja terlelap beberapa menit, hp nya berbunyi. Dia mengumpat orang yang menelponnya. "HALO!" bentaknya.

"Lo masih marah sama gue?"

"Jangan bilang lo nelpon gue gara-gara mau nanyain hal itu?"

"Lah gue tadinya malah mau bilang begitu,"

"Anjir, Ryaaaaaaaaaaaaaaaan!!!!" teriaknya.

"Woy, plis jangan teriak, gue masih sayang telinga, plus sayang lo juga,"

"Lo tau? gue barusan hampir aja dicium sama RapMon, lo malah telpon dan begonya, gue malah angkat telpon gak penting dari lo,"

"Jijik banget sih, lo kebanyakan makan micin sampe halu gak ketulungan. Denger ya Rana, gue ini lelaki sejati tau, buktinya gue gigih bikin lo supaya gak marah lagi sama gue,"

"Ryan, kalo sikap lo kayak begini terus, lo malah gak dapet maap dari gue,"

"Kata siapa? lo belum tau aja gimana ahlinya gue membuat para perempuan klepek kelepek, ehh gue mau nyanyi, Cintaku klepek klepek sama dia, sayangku klepek klepek sama dia, ehh bukan sama dia, tapi sama lo,"

"Mohon maap disini gak ada lapak ngamen buat lo, telinga gue terlalu sibuk dengerin lo nyanyi,"

"Balik lagi ke inti, karena gue gamau buang-buang kuota yak, Rana, gue minta maaf soal tadi, gue bener-bener gak mikir dulu dan asal ngomong, maafin gue ya Ran,"

"Maaf doang gak cukup, kecuali ada bakso satu mangkok sama sate 10 tusuk,"

"Lo suka aja kali itu mah, tapi its oke gue hari ini bakalan ajak lo makan bakso sama sate, mumpung gue abis menang turnamen basket,"

"Bener yak? lo juga lagian udah janji kan mau traktir gue kalo gue dateng nonton turnamen lo,"

"Okey, gue tunggu lima menit buat lo dandan dan turun ke bawah,"

"Apa? lima menit? lo kan juga masih.."

"Gue diluar, depan rumah lo," potong lelaki itu.

Rana segera berlari ke balkon untuk memastikan laki-laki itu berada di luar. Dan ternyata benar, Ryan dengan kaos putih ketat hingga menampilkan postur tubuhnya itu tengah bersandar di mobilnya sambil menengadah ke arah balkon, tak lupa dengan kacamata yang ia kenakan menambah kesan bad boy dan keren.

Ia melambaikan tangannya ketika Rana melihat ke arahnya.

"Kenapa lo senyum-senyum? terpesona ya liat gue sekeren ini?"

Rana yang ketahuan segera menutup telponnya dan berlari kembali ke kamar lalu mengganti pakaian seragam dengan setelan main.

Dirumahnya kebetulan tidak ada siapa-siapa. Papah dan Mamah Rana tengah sibuk dengan kerjaan nya masing-masing.

Rana mempercepat langkahnya menuju ke depan rumah. Dengan celana jeans hitam dan baju kaos panjang berwarna abu-abu, ia menghampiri Ryan.

Dan jangan tanya bagaimana reaksi Ryan ketika melihat penampilan sederhana Rana.

"Lo terpesona ya liat kecantikan gue?" seru Rana.

Ryan menyengir. "Haha lo jelek," ucap Ryan.

Rana mengerucutkan bibirnya.

MusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang