"Yang tadi itu si Ryan?" tanya Romi ketika Rana baru saja duduk.
Rana mengangguk malas. "Dimana aku berada, pasti aja dia juga ada. Emang ngeselin tuh orang." dengus Rana.
"Dia suka tuh sama kamu," kata Romi.
Rana mengernyitkan dahi. "Suka? Kak Romi tau dari mana?" tanya Reva.
"Jelas keliatan, dia seakan akan gamau kalo kamu deket sama cowo lain," jawab Romi. Ia meneguk minuman nya hingga tersisa sedikit.
"Kak Romi haus? Kayak ga minum dari lahir," kata Rana.
Romi tertawa terbahak-bahak. "Haha iya nih, haus banget." ucap Romi.
Rana membenarkan posisi duduknya. "Kak Romi tau dari mana kalo si Ryan suka aku?" tanya Rana.
"Haha, semua anak basket juga tau kali Ran. Dia suka sama kamu, emang kamu gak pernah ngerasain?" tanya Romi lalu meneguk minumannya lagi.
Rana berpikir sejenak kemudian menggeleng. "Entahlah kak, yang pasti si Ryan itu laki-laki yang paling nyebelin,"
Romi menyunggingkan senyumnya. "Dia bakalan ngejar kamu terus tuh, menurut aku dia orangnya nekat, semua hal bisa dilakuin dengan cara apapun," tutur Romi.
Rana melirik Romi, ia rasa kata-kata Romi barusan cukup berlebihan. Meskipun Rana tidak menyukai Ryan dan menganggapnya sebagai musuh, tapi rasa-rasanya sejauh ini Ryan bukanlah orang yang seperti itu.
Apalagi belakangan ini sikap Ryan pada Rana selalu baik. Rana bisa membedakan kebaikan yang tulus dan kebaikan yang terpaksa. Tapi, Rana hanya tidak menyukai Ryan yang selalu ingin tau urusan pribadinya dan kejahilannya yang dilakukan pada Rana di saat yang tidak tepat.
"Tapi kayaknya Ryan gak sampe segitunya," sahut Rana.
"Ran, kamu itu gak tau apa-apa. Aku, sesama laki-laki pasti ngerti." Romi menggebu-gebu.
Rana tidak merespon lagi. Ia hanya mengangguk sembari mencerna perkataan Romi tadi.
...
Ryan melepaskan jaketnya ketika sampai di rumah. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa.
"Bang, " panggil wanita paruh baya yang keluar dari dapur.
"Hemmm?" sahut Ryan.
"Beliin Mamih beras dong ke pasar," suruhnya.
"Hah? Beras? Pasar?"
Wanita paruh baya bernama Maria menatap Ryan datar. "Udah ah jangan banyak tanya, sekarang beli buruan!"
Ryan memasang wajah lesu dan mengiyakan permintaan Maria. "Ini uangnya, jangan di korupsi ya kembalian nya," celetuk Maria.
"Iya mih." jawab Ryan kesal.
Setelah menerima uang yang diberikan Maria, Ryan segera mengambil kunci motornya di atas lemari dan segera bergegas menuju pasar karena takut keburu tutup.
Sepanjang jalan Ryan mendengarkan lagu kesukaannya. Ia juga ikut bernyanyi dengan suara yang lantang, membuat pengguna jalan yang berada di dekatnya menoleh heran.
"Yehh orang-orang kenapa pada liatin gue begitu sih, ganteng kali ya gue." gumam Ryan lalu melanjutkan bernyanyi.
Sesampainya di pasar, Ryan langsung memarkirkan motornya dengan rapih, setelah itu ia bergegas ke toko beras langganan Maria. Ryan merasa lega karena tokonya belum tutup.
"Bang, berasnya satu karung ya yang biasa," pesan Ryan.
Abang yang menjual beras pun mengacungkan jempol. Sementara Ryan menghampiri perempuan yang tengah duduk sambil menghitung uang. "Harganya masih kayak biasa kan Bu?" tanya Ryan sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh
Teen Fiction[Follow sebelum baca] Pernah suka pada seseorang hanya karena dia sering mengganggu? Aneh memang, namun jujur merasa kesepian jika satu hari saja ia tak ada walau hanya untuk membuat kesal. Ini kisah mereka berdua yang tidak pernah akur setiap hari...