"Dut ke kantin yuk!" ajak Vieny. "Engga ah, males, gua udah nitip jajan ke Acha tadi," ucapku. "Yaudah deh, duluan yak! Tar kalo ada guru lu chat gua," pinta Vieny. "Oke," ucapku. Lagi-lagi aku duduk di teras depan kelasku. Wifi. Tujuanku utamaku memburu sinyal Wifi tetangga kelas. Dan cara yang paling efektif yaitu duduk di teras depan kelasku. "Yes! Full speed!" seruku. "Heh Dudut! Lu pake wifi kelas gua ye?" seru Aldi yang berada tak jauh aku berada, lebih tepatnya di depan kelasnya. "Apaan sih lu lebay deh," gerutuku. "Pantesan pas gua download jalannya lama banget! Dasar lu maniak Wifi..haha," seru Aldi. "Ada fasilitas ngga dimanfaatin kan sayang," ucapku. "Kenapa sayang kamu manggil aku? Kangen ya? Hahaha" tawa Aldi meledak disambut tawa teman-temannya juga. 'sial! Gua dikerjain brondong!' seruku dalam hati. "Cih!" seruku. Kulihat Aldi dan teman-temannya mulai bubar karena guru mereka datang. "Dia?!" ucapku lirih. Sosok yang sejak beberapa hari lalu kulihat, kini berada di gerombolan Aldi. "Berarti emang dia satu kelas sama Aldi," gumamku. Sebenarnya, dia siapa? Mengapa jantungku berdebar lebih dari biasanya setiapkali melihatnya?***
Setiap pagi aku menanti sosok itu, sosok yang selalu membuatku merasa lebih baik. Tapi, siapa sebenarnya sosok itu? Siapa namanya? Apa makanan kesukaannya? Apa warna favoritnya? Apa hobynya? Apa skillnya? Apa olahraga favoritnya?
"Oii Sin! Ngelamun mulu!" seru seseorang. "Eh elu Den, ada apa?" tanyaku pada orang itu yang tak lain adalah Dena, murid dari kelas IPS. "Eh si Rona ada ngga? Penting nih," ucapnya. "Ada kok, tuh di dalem," ucapku. "Panggilin dong," rengek Dena. "Yeeeeennnnn!!!!" seruku. "Apaan Dut teriak-teriak manggil gua?" tanya Rona yang datang dari dalam kelas. "Nih ada Dena," ucapku. "Eh Ron, tar ada rapat OSIS abis pulang sekolah, jangan lupa ya," ucap Dena. "Oke, oke. Eh, kenapa lu nggak chat, sms gua aja," ucap Rona. "Gua ngga ada pulsa, paketan abis, Wifi ngga jadi juga," gerutu Dena. "Haha derita lu. Eh udah kan? Gua mo nulis materi lagi nih," ucap Rona. "Iya udah kok," ucap Dena. "Thanks yaa," ucap Rona. "Okee," ucap Dena. "Eh lu ngga nulis Dut?" tanya Rona padaku. "Udah selese dong," ucapku. "Serius?! Cepet amat," ucap Rona. "Iyaa dong," ucapku. "Eh gua masuk duluan ya," ucap Rona lalu masuk ke kelas. "Gua juga mo balik ke kelas nih Sin. Thanks yaa," ucap Dena. "Eh tunggu! Lu tau nggak siapa nama anak yang lagi duduk di depan kelas itu?" tanyaku pada Dena setengah berbisik. "Mana?" tanya Dena. "Itu yang itu... lu kan OSIS, pasti lu sedikit tau dong nama-nama adik kelas baru," ucapku samnil menunjuk seseorang. "Oh itu, kalo yang itu gua mah kenal banget! Dia namanya Rifky, dia adik kelas gua waktu SMP," ucap Dena. "Ky! Rifky!" seru Dena pada Rifky. "Duh jangan teriak-teriak oiii!" Untungnya si Rifky ngga denger teriakan Dena. "Udah ah guake kelas ye," ucap Dena. "Eh, makasih infonya," ucapku."Siip!" ucap Dena.
"Jadi nama dia Rifky," gumamku. "Rifky??? Rifky kelas sebelah?!" seru Hana. "Apaan sih Han," gerutuku. "Iyaa Rifky adik kelas kan?! Kelas XMIA2 ? Itu mah adik kelas gua waktu SMP! Lu naksir dia? Ehmm.. dia manis sii, tapi masa lu naksir brondong sih," celoteh Hana. "Apaan sih Han, lebay deh. Gua Cuma kagum doang," ucapku. "Dari kagum turun ke hati," ledek Hana. "Tapi lu cocok kok sama dia, muka kalian mirip tau," ucap Hana. "Dih, ngga ada niatan gua buat deketin dia," ucapku. Masa iya sih gua mirip sama Rifky? Ada-ada aja si Hana -_-
YOU ARE READING
Kimi to Boku no Kankei (Hubungan Kau dan Aku)
Teen FictionLaki-laki itu... Aku terus mengamati laki-laki itu, mengamati setiap gerak-geriknya.Mirip. Dia sangat mirip dengan laki-laki yang dulu pernah kucintai.