you dont know 1

2 0 0
                                    

Seorang wanita termenung menatap kosong hamparan gedung-gedung tinggi di hadapan. Tak peduli panas terik matahari menusuk, membakar kulit. atau suara-suara teriakan para rekan juga orang-orang lalu lalang yang berhenti mencoba menghalangi niatnya. Percuma, dia tidak akan goyah.

Niatnya sudah bulat. Akhiri segala kepedihan di dunia.

"Let me just give up," lirihnya perlahan menutup mata.

Teriakan bercampur tangis di bawah sana semakin kencang terdengar, menyaksikan pergerakan sang wanita yang terlihat sangat-sangat putus asa.

"Let me ... just let go," lirihnya lagi mulai melangkah meniti pembatas bahaya gedung.

"Aaaaaaaa!" Terdengar pekikan kencang di bawah sana saat sang wanita siap melompat, tapi 'tak terjadi karena seseorang lebih dulu meraih tangannya.

"Kamu gila!" bentak seorang pria marah, menarik kasar tangan wanita itu menjauh dari tepi.

"Lepas!" seru sang wanita. Namun, 'tak dihiraukan. Dia menatap si pria geram. Menyentak-nyentak tangannya agar bisa terlepas, tapi sia-sia saja, tenaga pria cukup kuat untuk dilawan wanita lemah sepertinya.

"Ikut aku!"

"Lepas, fash! Ini bukan sebuah drama ... Kamu berperan dengan menyelamatkan nyawa, lalu semuannya perlahan membaik, kemudian aku akan berterima kasih dan sangat menyesal telah melakukan hal buruk seperti ini ... Tidak! ... Hidup tidak akan sesempurna itu fash!"

Pria bernama fash itu membalik badan menatap sang wanita yang tengah terisak di hadapannya. Jujur ia geram. Ia muak, ini bukan yang pertama, kedua, ketiga atau kesekian kalinya melihat tingkah wanita ini yang selalu bertindak ingin mengakhiri hidup.

"Dengar En, semuanya akan baik-baik saja! Bersabarlah!" seru Fash menggenggam kedua pundak Envlyn mencoba menenangkan.

En menggeleng. Menepis pelan tangan fash dari pundaknya. "I'm so tired. Aku bosan terus menunggu dengan kata, Bersabarlah, semua akan baik-baik saja ... Tapi akhirnya akan selalu tetap sama," ucap En tersenyum sayu sembari mengepal kedua telapak tangannya erat. "Jadi ... Biarkan aku menyerah, biarkan aku pergi, walaupun ini tidak baik untukku ... Tapi Aku tidak mau tau itu"

Fash mendekap tubuh En, merasakan beban penderitaan yang selama ini En alami. Bagaimana diperlakukan tidak adil di dalam keluarga besarnya, juga di dalam rumah tangga yang di bangun bukan atas dasar keinginan kedua orang yang menjalaninya.

Semua ini terjadi karna fash sendiri. Dia yang membuat saudara kembarnya terpaksa menikah dengan sosok Allend Franklin pria kaya dan arogan, yang saat itu menjalin hubungan dengan Crishtie gadis yang sangat fash cintai sejak kecil.

Fash gegabah, ia tidak memikirkan nasib korbannya. Dipikirannya hanya tentang bagaimana cara memiliki crishtie.

'Malam itu Allend berencana melamar Crishtie di sebuah Club. Namun, Fash menggagalkannya dengan menyusun rencana dan melibatkan En di dalamnya.

Fash menjebak Allend dengan minuman yang diberi obat dan menyodorkan En sebagai tempat pelampiasannya. Sedangkan Fash tidur bersama Crishtie.

Berita beserta bukti kejadian Allend bersama En pada malam itu sampai ke hadapan Atarick ---papa Allend. Membuatnya mengambil keputusan untuk saat itu juga menikahkan En dan Allend tanpa sanggahan dari pihak manapun. Karena Perintah sosok Atarick adalah mutlak bagi siapapun'.

"Maaf kan aku," ucap fash menyesali perbuatannya dulu. Seharusnya ia tidak melakukan perbuatan itu, ia memang menggagalkan lamaran Allend pada Crishtie, tapi hatinya 'tak pernah merasa tenang melihat perlakuan yang diterima saudara kembarnya yang disebabkan oleh fash sendiri.

En sudah terlalu menderita selama ini sebelum mengenal Allend, dan kini jauh bertambah menderita setelah mengenalnya.

'Jangan pergi dulu, Aku akan membantumu membalasnya' batin fash, walaupun tak seharusnya ia melakukan itu karena disini dialah yang menyebabkan masalahnya.

***

Pintu mansion terbuka, refleks En yang sedang duduk menonton TV mendongak, melihat Allend yang melewati dirinya begitu saja, seperti hari-hari biasa.

"Mau a--aku buatkan kopi?" tawar En.

Allend menghentikan langkahnya saat akan menaiki tangga lalu berbalik menatap En datar. "Kenapa tidak jadi lompat!"

Tubuh En bergetar. sesak. Jadi Allend tau dan menginginkan dia benar-benar mengakhiri hidupnya.

En tersenyum tipis. 'Tentu saja Allend mengharapkan kematiannya, semua orang tentu mengharapkan hari itu tiba begitupun dirinya'.

"Belum saatnya ... Tapi tentu saja aku akan pergi, dan membuat seseorang benar-benar menyesali kepergianku, lalu dia menginginkanku kembali, tapi ...." ucap En berjeda, ia tersenyum dengan raut wajah bahagia dan berkata. "sudah tidak bisa."

Allend berdecih. "Jika ada!" ketusnya melanjutkan langkah menuju kamar pribadi miliknya.

'siapa orang bodoh yang mengharapkan kehadiranmu. Aku? Heh, Melihat wajahmu saja rasanya aku ingin menenggelamkanmu di laut terdalam' batin Allend.

Ya, Allend membenci En, sangat membencinya. En memang tidak melakukan kesalahan apapun terhadap Allend, justru dirinyalah yang bersalah pada En karena merebut mahkota yang seharusnya bukan untuknya. Tapi, setiap kali Allend melihat wajah En, dia selalu kesetanan mengingatkannya pada Fash, dalang dibalik hancurnya moment kebahagiaannya dengan Crishtie.

Memang hubungan Allend dengan Crishtie sekarang baik-baik saja.
Tapi meskipun begitu, Allend masih tidak terima karenanya pernikahan laknat ini terjadi. Dia sudah bersumpah untuk membalaskan dendamnya terhadap Fash dan En. yang sudah berjalan 8 bulan dari awal pernikahannya.

***

"Allend!"

Terdengar panggilan seorang bersamaan suara ketokan pintu dari luar mansion. En segera keluar dari kamarnya berjalan menuju arah suara.

Saat sudah membukakan pintu, En sedikit terkejut mendapati seorang perempuan cantik juga sexy di hadapannya sekarang. Sang pelakor. Apakah pantas En menyebutnya pelakor? Memang jika dilihat dari pakaiannya saja tentu akan menarik banyak perhatian, terutama pria.

Pria normal mana yang tidak akan menelan ludah jika disuguhkan dengan percuma pemandangan seperti ini. Benar-benar menggambarkan sosok pelakor.

Tapi bagaimana dengan dirinya? En juga pelakor? En merubut Allend dari kekasih yang seharusnya kini telah bahagia menjadi istri.

Tidak. Ini bukan kemauan En.

"Crishtie, cari siapa?" tanya En dengan posisi Menghalang di mulut pintu masuk.

"Cari Allend lah, tidak penting banget kalau aku cari kamu!" sinis Crishtie mendorong bahu En agar menyingkir dan memberi jalan masuk untuknya.

"Allend tidak ada," ucap En menarik tangan Crishtie keluar.

"Kata siapa aku tidak ada?!"
Suara Allend dari belakang mengagetkan En.

"Sayang," manja Crishtie langsung mendekat memeluk Allend.

En menghela nafasnya panjang, ia sadar posisi dirinya di kehidupan Allend dan Crishtie. Tapi apakah dia salah jika ingin mempertahankan hubungan rumah tangganya walaupun tak ada yang bisa di pertahankan sekarang.

"Al, mama papa aku hari ini mau kesini, kamu jangan kemana-mana dulu ya," pinta En lembut sembari melayangkan senyuman memohon kepada Allend.

"Kamu pikir aku peduli!" jawab Allend ketus
menggandeng Crishtie keluar mansion.

"Al aku mohon, bantu aku menghadapi mama sama papa," mohon En mengejar Allend menggenggam tangannya sebelum masuk kedalam mobil. Namun, dengan cepat Allend menepis tangan En dengan kasar.

"Al aku mohon! Al! Al!" teriak En, tapi Allend sama sekali tidak menghiraukan, bahkan melirik dirinya pun tidak. mobil itu melaju begitu saja.

En tercenung menatap kepergian mobil Allend bersama Crishtie, meninggalkan dirinya sendiri yang lucunya berstatus sebagai istri, sementara yang bersama di sana hanya kekasih.

Ini tidak adil.

***

huftt selesai

Bab1 😊

You Don't KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang