Prolog

30 17 92
                                    

🐾🐾

"Jangan salahkan jarak yang membuat kalian berdua berpisah. Karena sudah pasti, disetiap pertemuan akan ada perpisahan."

🐾🐾

Seorang gadis dengan hoodie berwarna pastel yang melekat di tubuhnya itu menarik koper berukuran sedang sembari terus mengusap bulir air mata yang membasahi pipinya.

Sekali lagi dia menengok ke belakang, tempat dimana dia dan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya harus saling melepaskan. Tempat dimana dia dan seseorang yang telah mengisi harinya dengan warna-warna indah harus saling meninggalkan.

Gadis itu mendongak, mencoba untuk mencegah butiran air mata yang semakin lama terasa semakin deras. Dia menggigit bibir dalam, berusaha meredam isak tangis yang sedari tadi ia tahan.

"Kita memang tidak seharusnya bertemu. Kau dan aku memang tidak seharusnya terikat. Seharusnya kita mendengarkan apa kata orang-orang. Tidak ada yang nyata di antara kita. Tidak akan pernah nyata," ucap seseorang yang ada di hadapan gadis itu.

"Yah, kau benar. Aku tidak seharusnya berada di sini. Seharusnya dulu aku tidak memulai semua ini. Kita telah kalah. Hanya karena sebuah perasaan yang memang tidak seharusnya ada. Kita sama-sama egois. Aku tidak bisa berbohong bahwa aku mencintai dia. Begitu pula dengan dirimu."

Gadis itu menjeda ucapan, memberi ruang untuk indra penciumannya menarik napas dalam sembari menguatkan diri untuk kalimat yang akan ia ucapkan selanjutnya.

"Kita telah kalah, kau dan aku memilih untuk berpisah. Tidak ada lagi kita. Yang ada hanya aku, dan kamu. Mari berjalan masing-masing. Kau dengan hidupmu, dan aku dengan hidupku. Kita bersaing secara adil. Gunakan caramu, dan aku dengan caraku."

Gadis berhoodie itu terduduk kala kepingan kejadian lima menit yang lalu kembali terlintas dalam pikirannya. Kakinya tak mampu menahan bobot dirinya. Tatapan iba dari orang yang berlalu lalang tidak ia hiraukan. Hatinya terlalu sakit, separuh dari semangatnya telah pergi. Pergi membawa ego masing-masing. Isakannya kian kencang, menambah kesan pilu bagi siapa saja yang mendengarnya.

Sedangkan di balik sebuah dinding pembatas yang tidak jauh dari gadis yang terduduk itu, seorang gadis juga tengah menutup mulutnya dengan tangan. Sebisa mungkin untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apapun itu.

Matanya berembun, pandangannya mengabur. Hatinya ikut sakit mendengar tangis pilu dari gadis berhoodie itu.

Gadis itu berbalik, menyandarkan tubuh di balik dinding bercat putih polos itu. tubuhnya ikut meluruh, kepalanya dia tenggelamkan di antara lipatan lututnya. Kilas balik kejadian lima menit yang lalu memenuhi otak cantiknya. Keadaannya tidak jauh berbeda dengan gadis berhoodie itu. dia juga hancur, hancur sehancur-hancurnya.

Ada penyesalan dalam dirinya, tapi ini yang terbaik untuk keduanya. Seharusnya memang dia tidak terjebak dengan gadis berhoodie itu. tidak seharusnya. Namun semua telah berlalu. Tidak bisa dipungkiri dia juga bersyukur sempat dipertemukan dengan gadis itu. gadis yang selalu bisa menerima dirinya dalam keadaan apapun.

Gadis itu menarik napas dalam, mencoba menelan semua sesak dalam hatinya. perlahan, kakinya mulai berdiri tegak. Pandangannya lurus kedepan. Tidak ada lagi tangisan, tak ada pula senyuman, hanya bekas sungai kecil yang terlihat di sana.

Gadis itu menoleh, melihat ke arah gadis ber hoodie yang juga tengah berusaha berdiri sekarang. Gadis itu kembali berbalik, menarik napas dalam lalu mulai melangkah menjauh. Senyum kecil terpatri di bibirnya.

“Selamat tinggal,” gumamnya.

Sedangkan gadis berhoodie itu tengah berusaha mengatur napas sekarang. Mencoba memberikan sugesti pada dirinya bahwa semua akan baik-baik saja. Dengan atau tanpa seseorang yang telah memilih pergi itu.

Setelah merasa tenaganya kembali, gadis itu memaksakan senyum kecilnya. Tangan mungilnya meraih koper yang sempat dia abaikan. Mulai melangkah meski terasa berat.

“Selamat tinggal,” ucapnya disertai senyum getir.

***

Vote dan coment:)

Salam hangat,

Lillah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3.947 KmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang