Kita Shinsuke as ur sibling

1K 145 107
                                    






        Saat itu memang matahari belum menunjukkan dirinya, namun, sebagai seorang muslimah kamu sudah dituntut menjalankan sholat subuh dipagi hari sebagai bentuk pengawalan hari ini.

Abangmu-    Kita, membangunkanmu dengan suara serak basah khasnya, sembari mengelus pucuk kepalamu agar pagi itu kau mau ikut menjalankan sholat bersamanya.

Meski matamu masih tertutup, kamu tetap mengiyakan ajakan abangmu itu.
Menggeliat sedikit, mengucek mata, dan menguap sebelum akhirnya kau benar-benar tersadar dari tidurmu.

"..assalamualaikum warrahmatullah.."
Kita menengok kekanan dan kekiri sebagai gerakan akhir sholat pagi itu. Diikuti dirimu yang juga melakukan gerakan yang sama seperti yang abangmu lakukan.

Sungguh, sebenarnya Kita adalah saudara yang luar biasa sempurna untukmu. Ia tak pernah absen yang namanya mengajak dirimu menuju kebaikan.

Abang memang laki-laki yang sempurna untuk dijadikan suami idaman, begitu pikirmu.

Namun, kembali lagi pada pemikiran bahwa Kita adalah saudaramu, bukan kekasihmu. Saudara tidak akan pernah menjadi kekasih, bukan?

"Pasti yang jadi istrinya abang beruntung banget.." lirihmu setelah kau mengaminkan doa yang dilantunkan Kita.

Kita menengok kearahmu, lalu menaikkan alisnya sebelah. "Kenapa bisa gitu?"

"Siapa sih yang nolak cowok seganteng, sealim, serajin abang? Abang tuh terlalu sempurna tau!" Yang diajak bicara justru terkekeh mendengarmu mengatakan hal itu.

Kita mendaratkan tangan kanannya keatas kepalamu, lalu ia tersenyum. "Kamu bisa aja. Abang juga gak seganteng, sealim, serajin itu kok"

"Lah? Buktinya sholat lima waktu, sholat sunnah, ngaji, sedekah, pinter masak, sayang anak kecil, terus.. ganteng lagi. Apa yang kurang coba?"

"Haha, gitu yah? Makasih yah. Tapi biar begitu abang juga masih punya kekurangan dek. Manusia itu gak ada yang sempurna. Semua sudah ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kalau memang orang lain beranggapan dan melihat abang sebagai orang yang sempurna, itu berarti menjadi kelebihan tersendiri untuk abang. Masalah kekurangan, biarkan abang aja yang tau dan membenahinya sendiri."

"Aduh, abang jangan ngomong gitu.." kau memegangi dadamu dan memasang raut wajah kesakitan.

"Loh? Dek? Kamu kenapa? Yang mana sakit?" Kita panik seketika.

"..damagenya gak ngotak.. rasanya nyawa kayak melayang waktu dengar suara halus abang. Apalagi senyumnya abang yang bikin jantung dag dig dug ser"

Mendengarmu mengatakan hal itu, Kita langsung mencubit kedua pipimu.

"A-Aw Abang sakit!"

"Udahan bercandanya, sekarang kita ngaji dulu yuk!" ajak Kita sembari memberikanmu kitab suci Al-Quran.

Ya, rutinitas harianmu selalu dimulai diwaktu subuh. Sholat berjamaah dan mengaji bersama abangmu, Kita.





[Tamat]

Kita Shinsuke [Siblings]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang