2

7 0 0
                                    

Jay langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Ga. Kamukan tau aku tidak menyukai tempat yang banyak orang." Keira tahu bahwa Jay akan menolak, ia memasang wajah memelasnya. Kemungkinan berhasil adalah 00,1 persen.

"Tidak." ucap Jay tanpa berpikir sedikit pun.

"Yasudah, aku pergi sendiri saja." Keira menundukan kepalanya dengan raut wajah yang sedih.

"Yasudah sana." Keira menengok dan memeluk tangan pemuda itu.

"Jay, ayolah. Kumohon." rengeknya. Jay hanya bisa menghembuskan napas pasrah.

"Iya iya baiklah." Jawaban itu membuat mata Keira berbinar.

"Benarkah? Padahal aku baru saja mau mengeluarkan jurus agar kamu mau pergi bersamaku. Asyik!" teriak Keira senang. Saat mereka berjalan keluar dari tempat itu, hujan turun dengan sangat deras. Mau tidak mau mereka harus menunggu sampai reda.

"Kita sudah disini selama 1 jam, sepertinya hujannya akan terus seperti ini dalam waktu yang lama. Lebih baik kita lari saja." ucap Jay sambil melihat ke arah langit. Keira mengecek tasnya dan mengeluarkan payung.

"Ternyata aku membawa payung." Keira menyengir ke arah Jay, sedangkan Jay terlihat kesal. Ia menghembuskan napasnya kasar. "Kau ini. Sudahlah, sekarang kita pulang," tanpa sadar mereka sudah sampai di depan rumah Keira.

"Ah sudah sampai. Terima kas sudah mengantarkanku. Pestanya besok jam 7 malam. Hati-hati dijalan, Jay." Jay mengangguk setelah itu ia berlari sambil menutupi kepalanya dengan tas untuk kembali ke rumahnya.

Keesokan harinya, Jay yang sedang membawa tumpukan buku melihat Keira yang sedang dihukum di lapangan oleh kepala sekolah karena ia datang terlambat. Hujan kemarin membuat udara malam hari terasa lebih dingin dan itu membuat Keira tidur lebih pulas dari biasanya. "Tsk tsk," Jay berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Keira yang melihat Jay sedang berjalan menuju ruang guru hanya bisa memajukan bibirnya.

'Kenapa Jay tidak membangunkanku sih?' batinnya. Bel istirahat berbunyi, Jay sedang berjalan kembali menuju kelasnya. Tangannya dipenuhi dengan makanan dan dua minuman kesukaannya. Keira melihat Jay dan berlari ke arahnya secara diam-diam, Jay tidak menyadarinya. Lalu Keira memberikan serangan yang biasa ia lakukan pada Jay, Serangan maut bongkong Keira. Jay terkena serangan tersebut dan membuatnya terkejut dan hampir terjatuh.

"Kau ini!" teriak Jay setelah berhasil mendarat dengan kakinya.

"Maaf hehehe." Keira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Keira melihat banyak makanan ditangannya, matanya berbinar.

"Wah banyak sekali. Beri aku satu," ucap Keira sambil mengambil salah satu makanan yang Jay miliki.

"Kau ini bisa tidak, tidak usah menyenggolkan bongkongmu itu ke arahku?"

"Kau tidak menyukainya ya?" Keira melihat Jay dengan tatapan memelasnya.

"Keira, tidak akan ada yang menyukainya jika kau menyapa orang seperti itu." Keira menunduk dan meminta maaf pada Jay.

"Sudahlah. Jangan melakukannya lagi." Jay mengusap puncuk kepala Keira.

"Baiklah, Tuan Jay." Keira kembali seperti normal dan bergaya sok imut. Tingkah laku Keira membuat Jay tidak bisa menahan tawanya karena menurutnya itu sangat menggelikan. Sebelum berbicara Keira mengambil sebuah foto yang sangat langka.

"Apa ini?! Seorang Jay Adair baru saja tertawa!?" Keira sedikit terkejut. Jay langsung kembali ke raut wajahnya yang selalu terlihat dingin. "Apa? Tidak. Hapus foto itu." Jay berusaha mengambil ponsel Keira tetapi Keira cepat-cepat memasukan ponselnya ke dalam saku roknya. "Astaga, apa kau lihat barusan? Seorang Jay Adair baru saja tertawa. Dia terlihat sangat menggemaskan saat tertawa," para siswi berbisik, menurut mereka menyaksikan hal seperti ini adalah salah satu keajaiban dunia yang sangat langka. Keira melihat sekelilingnya, para siswi sedang memperhatikan Jay. Keira cepat-cepat menutupi wajah Jay.

"Tidak boleh melihat Jay tertawa. Pergi kalian pergi. Hus hus." ucap Keira kepada para siswi itu. Mereka hanya melihat Keira dengan tatapan aneh dan mereka semua pergi. "Kamu ini sedang apa? Aku kan sudah berhenti tertawa." Jay melepaskan tangan Keira dari wajahnya dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Cold BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang