Bagian 1

31 5 9
                                    

"Lucas Oppa, bogoshipeo," lirih seseorang sembari menciumi foto yang terpajang di dinding kamarnya yang tanpa sadar ia menciumi cicak yang sedang lewat.

"Anjer, gue dicium cewek. Untung aja lewat sini. Eh tapi kabur ah daripada dia sadar. Eheyy dapet rezeki gue hari ini," monolog cicak kemudian kabur menggunakan hiraisin no jutsu

"HUAAAA KAPAN SIH GUE BISA KETEMU SAMA LU, OPPA? GUE KAN PENGEN PELUK, CIUM, SAMA NIKAHIN LU ELAH!" teriak Berry tiba-tiba.

Plak ....

Sebuah panci mendarat tepat di kepala Berry. Pemiliknya pun seketika mengeluarkan suara nyaring bak knalpot bajaj.

"Sakit anjer, gak bisa apa biarin orang seneng dikit?" kesalnya.

"Abis lu berisik banget, ngehalu mulu kerjaannya," balas teman satu kostnya, Citra.

"Yeee, rebet banget sih lu, Gong! Gue gak pernah ya ganggu lu yang lagi haluin Yojiro."

"Yeee, Upil Badak! gue gak pernah juga yak ganti-ganti nama lu! napa juga lu ganti nama gue jadi Dugong hah?" timpal Citra tak terima.

"Lah barusan lu ngapain hah?" jawab Berry gak mau kalah dengan suaranya menaik satu oktaf.

"Cuma contoh," alasan Citra sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Ngeles aja mulu lu! mending pinter."

"Dahlah gue mau lanjut masak," ucap Citra, "sekalian mau ngambil pancinya, Bye!"

"Dasar, seneng banget ganggu gue ngehalu," gerutu Berry ketika Citra sudah menghilang dari pandangannya, "tapi sakit anjer, tadi aja gue liat ampe penyok dikit tuh panci, padahal stainless."

suasana tiba-tiba hening, karena Berry sedang mengusap-usapkan kepalanya yang kesakitan abis dicium panci itu sambil meringis sesekali.

"Btw." Berry tiba-tiba terpikir sesuatu, "kenapa nggak gue samperin aja yak ayang mbeb gue? ahh pasti seneng dia," lanjutnya kegirangan.

"Boro-boro, tau lu idup aja kagak apalagi kenal," sahut Citra yang mendengar monolog Berry sambil ketawa.

"Argh, emang ye lu gak pernah bisa bikin orang terbang lebih tinggi!"

"Ya gue gamaulah lu terbang tinggi banget, nanti kalo jatoh kan sakit banget. Mendingan gue jatuhin lu dari awal biar kerasanya dikit," jawab Citra.

"Bodoamat! gue mau ke Korea ketemu Beb Lucas gue!" balas Berry.

"Yakin? Duitnya udah ada belom?" tanya Citra.

"Hiks, kagak ada. Lagian itu juga gaji gue di Kantor bisa buat makan, beli skincare, bayar nih kos, terus ngasih Ortu di Kampung," jawab Berry lesu.

"Yaudah makan dulu yuk, gue dah masak nih."

Berry dan Citra segera duduk dan melahap makanan yang telah dimasak temannya ini. Ada rasa sedikit terharu terhadapnya yang walau baru saja bertengkar namun tetap saja sudi berbagi makan. Suasana kembali tenang, tanpa ada obrolan apapun.

Setelah selesai menghabiskan hidangan yang tersedia, Berry melamun. Gadis itu sedang memikirkan cara untuk mendapatkan uang dengan cepat. Hingga sebuah ide yang tumben-tumbenan mau mampir ke otaknya, hal itu membuatnya tersenyum sendiri. Melihat itu, Citra mendadak merinding. Hatinya bertanya-tanya, siapakah yang dihadapannya saat ini? Berry? atau Mpok Sari? Tetangganya yang baru meninggal karena ketiban debu itu.

Tiba-tiba saja Berry tertawa, membuat Citra terjungkal dan bibirnya tak berhenti mengucapkan asma Allah. Berry pun menyadari gerak-gerik Citra yang tak biasa itu lansung melirik gadis haluan Yojiro tajam dan tertawanya berhenti saat itu juga.

"Lu abis liat setan di mana, Cit?" tanyanya.

Citra menghela nafas, ternyata ketakutannya itu salah. "Abis lu tadi diem terus tau-taunya ketawa kek orang kesambet, mikirin apa sih lu? Lu mikir kotor ya?" selidik Citra.

"Enak aja lu! gue ini baru aja nemu ide bagus. Mau tau ga?"

"Tumben otak lu dipake, biasanya didemin tuh ampe berkarat. Tapi apaan dah? gue penasaran," tanya Citra.

"Anjir lu! hmmm ..., gimana kalo gue cari kerja sampingan aja! kan lumayan tuh duitnya buat ke Korea." Berry menjawab dengan semangat empat puluh lima.

"Tumben encer tuh otak! apa gegara panci gue yak? Eh btw tuh panci penyok anjer, tuh pala apa batu? keras banget."

"Eh sumpah sakit banget woi! lu gada akhlak banget lempar gue make panci."

"Monmaap nih, Bu. Lu duluan yang ngajak berantem. Make teriak-teriak segala, lu kata ini hutan?" balas Citra tak terima.

"Yadeh, gak ngulangin lagi," ucap Berry menyerah.

" Besok gue harus cari kerja sampingan, pasti dapat! Semangat Berr!" monolognya kemudian beranjak ke kamarnya.

Bersambung

Starring bagian 1

Starring bagian 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa As Berry

Jennie As Citra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie As Citra

Terima kasih sudah mampir. Cerita ini terinspirasi dari salah satu admin grup Writers_Triangle yang bernama Fitri Anggraeni a.k.a Berry.

Mafia's TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang