Bagian 2

16 2 3
                                    

Tak biasanya Berry bangun sepagi ini, Citra pun merasakan demikian. Bahkan ia merasa kalau ia akan berpisah dengan temannya ini. Dengan ekspresi khawatir, dirinya melangkahkan kakinya ke kawan terbaik sekaligus terngeselin yang ia miliki.

"Berr ...."

Berry yang sedang sibuk menyiapkan berkas-berkas untuk dirinya melamar (padahal ia berharap dilamar, dan orang itu adalah Lucas:v) itu segera menoleh ke arah suara yang menyebut namanya. "Kenapa, Cit?" tanyanya ke pada Citra dengan sedikit kerutan di dahi.

Dengan cepat tangan Citra terangkat dan menempelkannya ke dahi Berry yang kerutannya makin terlihat jelas. Orang yang ia pegang dahinya pun terkejut bukan main, karena tangan itu tiba-tiba hinggap di dahinya. Ia pun segera menangkis tangan Citra yang mulai membolak-balikkan telapak tangannya bak menggoreng tempe di minyak panas.

"Ish, apasih lu, Cit? Jangan bikin orang sewot napa! Masih pagi ini ya ampun!" bentaknya dengan nafas yang tak teratur karena mulai tersulut emosi.

Orang yang ia bentak itu tersentak, kemudian menghela napas lega kemudian membalas,"Gue kira lu mau pergi."

"Emang mau pergi, kenapa sih emangnya?" tanya Berry yang masih kesal dengan Citra.

"Bukan pergi yang itu," tangkas Citra.

"Lah terus?" tanyanya tak sabaran kemudian terdiam lalu matanya hampir keluar dengan mulut yang terbuka lebar, "OH MAKSUD LU GUE MAU MATI?"teriaknya tak menyangka apa yang dipikirkan rekan satu kost-annya.

"Abis, lu tiba-tiba bangun pagi terus rajin banget. Kan gue jadi overthingking," bela Citra.

Berry menghela napasnya dengan kasar (sekasar omongan netizen:') hestegcurcoldadakan). Ia cukup mengetahui bagaimana sahabatnya ini. Biarpun begitu, dirinya tak pernah bisa membenci Citra. Karena dia sangat penting di kehidupan Berry.

"Ish, gue ini lagi pengen nyari kerja sambilan. Maren kan gue dah bilang sama lu, Daki Semut!"

"Iya juga ya, kok gue ampe lupa sih," sahut Citra sembari menepuk dahinya.

"Dahlah gue mau berangkat dulu, doain gue dapat kerjaan sambilan ya. Kalo dapet gajian pertamanya gue teraktir deh ke Yoshinoya," janji Berry.

"Aamiin," timpal Citra dengan kedua tangan yang mengusap wajahnya ke bawah tulus, "hati-hati ya!" sambungnya.

"Iya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh."

"Wa'alaikumussalam waraatullahi wabarokatuh."

Berry melangkahkan kakinya dengan penuh keyakinan dan semangat yang membara, tak lupa lekukan indah di bibirnya dan sinar dari matanya. Dirinya yakin kalau ia akan mendapatkan kerja tambahan, menyusuri jalan dengan mantap tanpa ada keraguan sedikitpun.

Tak terasa waktu sudah berlalu begitu cepat, matahari pun sudah berada tepat di atas kepala manusia yang sedang berada di luar ruangan termasuk Berry. Setelah sekian lamanya ia berjalan, belum ada kerjaan yang ia temukan. Sekalinya ada, tempat itu pasti sedang tidak membutuhkan karyawan baru atau untuk penuh waktu.

"Susah banget sih cari kerjaan," gerutu Berry seraya mengusap peluh di dahinya.

Tapi Berry tak patah semangat begitu saja, ia masih terus mencari tempat yang mungkin saja membutuhkan karyawan paruh waktu. Senyuman yang tadi pagi masih berseri-seri, kini mulai menghilang. semakin waktu berjalan, senyuman gadis itu  sudah tak terlihat lagi.

Malam pun tiba, Berry memutuskan untuk menyudahi pencariannya. Ia berhenti di sebuah Cafe untuk melepaskan penat. Gadis itu memesan es cappucino dan beberapa makanan ringan kemudian duduk di dekat jendela.

"Berry?" tanya Rose yang kebetulan ada di satu tempat yang sama dengan Berry.

"Loh, Rose, lu di sini?" balas Berry antusias.

"Iya nih, eh btw lu abis darimana? kusut banget muka lu."

"Eh anjir lu," sahut Berry, "hmm, gue lagi cari kerjaan nih," sambungnya dengan sedikitt lesu.

"Ohh begitu, emangnya kerjaan lu yang lama kenapa?" tanya Rose penasaran.

"Masih kok."

"Kalo masih, ngapa lu pengen cari kerja lagi?"

"Ya gue butuh uang tambahan biar bisa ketemu Lucas Oppa di Korea."

"Begitu ya," ucap Rose sembari berpikir, "gimana lu ke tempat gue aja? Di sana lagi butuh orang baru," lanjutnya.

"Beneran?" tanya Berry dengan semangat yang telah kembali.

Rose mengangguk sembari tersenyum, "kalo mau besok gue bakal jemput deh di kosan lu pas pulang kerja," ucapnya dengan sedikit tertawa.

"Oke, gue mau, makasih ya," sahut Berry senang.

"Oke-oke, udah ya. Gue duluan, jangan lupa besok."

"Ok, bye!"

Berry menatap punggung Rose hingga menghilang dari pandangannya, kini semangat 45-nya kembali membara. Bahkan, lebih besar daripada yang tadi pagi. Dengan segera ia menghabiskan minuman dan makanan ringannya kemudian pulang ke kost-an dia untuk menyiapkan diri untuk besok.

"Assalamualaikum," salam Berry saat sampai di kost-annya.

"Wa'alaikumussalam waraatullahi wabarokatuh, gimana? Udah dapet?" tanya Citra yang baru saja selesai memasak untuk makan malam.

Berry menghela napasnya pelan lalu menjawab, "Belum, tapi besok gue mau ngelamar lagi ama temen gue pas pulang kerja."

"Temen? Siapa?"

"Rose."

"Oalah, okedeh. Btw makan yuk, gue udah masak nih. Lu pasti capek kan jalan seharian?" ajak Citra.

"Ah lu emang pengertian dah, gue mau mandi dulu," balas Berry kemudian menyambar handuk lalu berjalan ke kamar mandi.

"Oke, gue tunggu," teriak Citra.

Tak lama kemudian, Berry keluar dengan setelan baju tidur bergambar wajah Lucas. Ia mendapatkannya dari giveaway salah satu online shop yang ia ikuti. Kemudian bergabung bersama Citra untuk menyantap makanan karena cacing perutnya sudah break dance sekaligus unjuk rasa minta diisi.

Bersambung

Pemeran baru di Bagian 2

Pemeran baru di Bagian 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Soyeon as Rose

See you next part!

Terima kasih sudah mampir. Cerita ini terinspirasi dari salah satu admin grup Writers_Triangle yang bernama Fitri Anggraeni a.k.a Berry.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mafia's TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang