Kabar Buruk

1.1K 164 42
                                    

Sasuke membeku.

Mata elangnya kian pasi, memandangi kekacauan yang kini ia temukan di ruangan Sakura. Ada banyak sekali orang. Sasuke mengernyit saat mendapati begitu banyak laki-laki bersetelan hitam kini sudah teronggok tak bernyawa di lantai. Ada apa sebenarnya?

Beberapa penjaga juga tampak membaur dan tengah membereskan tubuh-tubuh itu. Tunggu, matanya mencari ke seluruh sudut pandang. Jantungnya berdegup keras. Persetan dengan para polisi, ia melangkah maju menerobos tumpukan mayat itu. Sasuke semakin ketakutan.

"Tuan, anda tidak bisa kemari!"

Ia tidak menggubris sama sekali ucapan polisi itu. Sasuke menghampiri ranjang Sakura yang kini sudah kosong. Sakuranya tidak ada! Secepat mungkin ia berbalik, berlari di sepanjang lorong. Pemuda itu berhenti dan memasuki sebuah ruangan dimana ia menemukan tubuh Naruto tengah dirawat.

"Maafkan aku, Sasuke. Aku gagal."

Naruto berujar lirih. Ia baru saja siuman beberapa waktu lalu. Dokter segera mengangkat peluru itu tadi, dan sekarang keadaannya beranjak membaik. Sasuke menatapnya, ia mengepalkan tangan marah.

Bukan, bukan pada Naruto atau yang lainnya. Tapi pada bajingan yang sudah merencanakan semua ini. Sasuke menoleh saat mendengar Naruto hendak berucap lagi. "Mereka membawa Sakura." ucapnya masih sedikit lemas.

Hinata memandang keadaan Naruto, lalu menoleh menatapnya, "Maafkan kami, Sasuke. Seharusnya kami bisa menjaga Sakura." ujar gadis pemilik surai keunguan itu. Hinata menghela napas. Kejadian tadi sungguh tidak terduga. Tiba-tiba puluhan laki-laki datang, menyerang dengan membabi buta, lalu mengambil Sakura secara paksa. Hinata sungguh tidak mengerti, siapa yang tega melakukan hal ini.

Sasuke diam, tangannya masih terkepal erat. Perasaannya benar-benar campur-aduk sekarang. Ia pening, jantungnya juga berdegup tidak semestinya. Ah, sialan! Siapa yang berani-beraninya berbuat hal keji seperti ini? Siapa yang telah berani-beraninya mengambil miliknya? Siapa yang telah berani-beraninya membawa paksa Sakuranya?!

***

"Tolong, bertindaklah lebih cepat! Sebar mereka ke seluruh tempat, dan juga pastikan kau memeriksa semua mobil yang ingin keluar dari jalan bebas hambatan!" ujar Sasuke pada anak buahnya di seberang sana.

Pemuda raven itu menjatuhkan tubuhnya di sofa, lantas menghela napas gusar. Ia menarik surai kelamnya frustasi, lantas kembali memandang ke arah layar laptop yang berada di tengah meja. Menatap rekaman CCTV milik rumahsakit.

Rekaman ini adalah satu-satunya rekaman yang mampu menangkap gambar saat orang-orang itu membawa Sakura. Itu pun sangat tidak jelas, karena jarak yang cukup jauh. Orang-orang itu terlalu pintar, mereka menyingkirkan dulu petugas penjaga CCTV dan menonaktifkanya. Hingga sekarang, polisi cukup kesulitan untuk bertindak.

Sai, yang sejak tadi duduk di sofa di seberangnya mengusap pelan sudut bibirnya, yang sudah sedikit membaik. Ia mengangkat sebuah panggilan, saat benda itu berdering. "Ya, ada apa?" tanyanya, masih juga menatap pada tampilan rekaman CCTV itu.

"Hm, tidak apa-apa. Teruslah mencari." Hening sejenak, Sai kembali mengernyit. "Kau menemukannya?" Ucapan Sai menarik atensi Sasuke. Sai menggigit bibirnya, "Apa?!" Sasuke mendengarkan dengan sabar. Pemuda itu menunggu dengan berdebar. "Ah, kau bilang kau melihat mobil itu?" tanya Sai pada seseorang di seberang sana.

"Baiklah, aku mengerti." Sai mematikan panggilannya.

Sasuke menatapnya tidak sabar. Sai membalas pandangan bertanya itu. Terlihat jelas bahwa Sasuke sungguh tidak baik-baik saja. Baik fisik maupun mentalnya. Ia benar-benar tampak kacau. Sai sedikit berdenyut memandangnya. Ya, mungkin Sai juga akan sama seperti Sasuke jika sesuatu terjadi pada Ino.

"Aku akan mengatakannya. Tapi, aku minta kau untuk tenang." ujar pemuda berkulit agak pucat itu. Sasuke semakin berdebar. "Anak buahku menemukan mobil merah itu. Mereka yakin bahwa mobil itu, adalah mobil yang sama yang juga telah menculik Sakura." Sasuke terkejut, namun tetap mencoba untuk tenang. Menunggu penuh ketakutan.

"Tapi ... ini adalah kabar buruk."

Pemuda raven itu mengernyit. "Ada apa?" tanyanya mulai kehabisan akal. Sai menghela napas. Lalu mulai membalas tatapan tajam Sasuke. Untuk beberapa detik Sai masih diam, lalu mulai menguatkan hatinya. "Anak buahku menemukan mobil itu ... berada di dasar jurang." lanjutnya.

***

Sasuke keluar dari mobilnya, persetan dengan pintunya ia berlari sekencang mungkin. Menghampiri segerombolan polisi--mungkin rekan-rekan Sai, yang tengah mengamankan lokasi. Sasuke merengsek maju. Menatap pasi mobil merah remuk tak berbentuk, yang masih teronggok begitu saja di dasar jurang di bawah sana.

Ini tengah malam. Gelap, pun sangat dingin karena hujan deras belum juga menunjukkan tanda akan berhenti. Jantung Sasuke serasa diremat habis. Mobil itu, sungguh hancur. Lalu bagaimana dengan orang-orang di dalamnya? Tidak, masa bodoh dengan yang lainnya. Yang jelas, bagaimana keadaan Sakuranya?!

Hujan benar-benar deras, ceroboh sedikit saja, mereka bisa terperosok jatuh. Mereka benar-benar harus memperhatikan kakinya, untuk tidak menginjak tanah yang berkemungkinan untuk longsor. Sasuke mengeraskan rahangnya. Ia tidak peduli dengan semua itu!

Pemuda itu berlari, hendak memasuki jurang saat tangannya tiba-tiba dicekal oleh beberapa orang. "Jangan gila!" teriak Sai yang membaur bersama suara hujan. Ia turut memegangi tubuh Sasuke. Pemuda raven itu memberontak. Hendak melepaskan diri. Ia harus mencari Sakura!

"Lepaskan aku, sialan!"

"Kau akan mati!"

"Aku memang sudah mati, jika Sakura juga sudah mati!" teriak Sasuke putus asa. Ia jatuh terduduk. Beberapa polisi masih turut memeganginya. Pemuda ini sungguh tampak kacau, suaranya serak penuh ketakutan. Jika mereka tidak menahan gerakannya, mungkin pemuda itu sudah menjadi mayat di bawah sana.

Tubuh Sasuke bergetar. Takut dan juga dingin. Entah mana satu yang kini membuatnya demikian. Sasuke menggigit bibirnya, mengeraskan rahang dan juga ... menahan isakannya. Tidak, ia tidak ingin menangis. Tapi ini sulit, sangat sulit hingga rasanya ia ingin mati. Tubuhnya tak juga mereka biarkan untuk bebas. Hujan menderas seiring matanya yang sudah berubah sembab.

Setidaknya hujan menyembunyikan tangisnya detik ini.

"Pak, aku ingin melapor."

Sai menoleh. Mendapati salah satu bawahannya mendekat. "Sore tadi, kami turun untuk memeriksa." ujarnya. Sai mengangguk. "Kami menemukan keanehan, Pak. Kami tidak bisa menemukan para penumpangnya." lanjut pemuda bersurai kecoklatan itu.

Sai mengernyit, Sasuke tersentak. Ia berdiri, menatap polisi muda di samping Sai itu meminta penjelasan. "A-apa maksudmu tidak ada penumpangnya?" Entah itu kabar buruk atau kabar sangat buruk, yang jelas Sasuke teerlihat mendapat sedikit harapan.

"Kami tadi memeriksa ke bawah. Kami menelusuri, menyusuri, dan mencari keberadaan penumpang. Tapi, tidak ada satu orang pun yang berada di dalamnya. Saya menduga, mobil itu sengaja dijatuhkan untuk motif tertentu." Ucapan polisi muda itu sungguh mengembalikan detak jantung Sasuke yang ia kira sudah berhenti sejak beberapa waktu lalu.

Sakuranya, tidak ada di jurang ini? Itu sungguh lebih baik daripada Sasuke menemukan tubuh bunganya namun sudah dengan kelopak yang terpejam. Walau Sasuke tidak tahu dimana Sakura berada saat ini, itu jauh lebih baik. Setidaknya, pemuda itu tahu. Bahwa malam ini, jurang ini tidak membunuh gadis musim seminya.

TBC

Aku mikirnya agak pusing lho gaes..
Dikomen yok.. Biar aku semangat buat lanjut..

Pbak (ospek) univ, Kepalaku udh mau pecah ini..~

Love you..
Melodya27..😘

Blooming Up My FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang