Harapan

13 2 0
                                    

    Suatu hari,di antara banyak waktu paling sempurna, akan kuceritakan padamu tentang sosok yang padanya cintaku berlabuh.

    Kata-katanya serupa sihir,aku ingat saat pertama kali menegurku menggunakan kata "Hai!!" yang mengejutkanku di Ruang Panitia kala itu membuat duniaku tak ada apa-apanya.

     Dialah lelaki pertama yang membuatku percaya bahwa tak semua lelaki itu sama.

    Lelaki bertubuh tinggi dengan garis wajah sempurna, memiliki mata yang teduh ketika melihat sekeliling, jalannya tegap, pandangannya selalu menunduk ketika berjalan melewati kaum hawa, ucapannya yang meyakinkan setiap mengisi kajian jumat dimasjid fakultas ,dan gaya berpakaiannya yang selalu rapi setidaknya dimataku yang sanggup menaklukan hati kerasku yang selama ini aku bangun sebagai benteng agar tidak mudah dikelabui oleh lawan jenis.

      Aku Kiza Sina, perempuan bertubuh mungil berwajah biasa saja, gaya busanaku jauh dari kata sholihah dengan kerudung yang hanya kuselampiran dipundak, baju lengan panjang yang selalu aku lintingkan, dan rok yang hanya sebagai tiket keluar rumah , tingkahku pun menyerupai laki-laki.

    Tidak seperti sahabatku Haura yang terkenal sholihah di seluruh kampus, wajah yang cantik mempesona,tutur katanya yang sopan saat berbicara dan ucapanya yang menghipnotis saat mengisi majlis khusus akhwat yang menarik hati.
   Banyak yang ingin mengajakku berteman tapi aku tidak mau, aku tidak suka bermain hanya untuk memamerkan kecantikan, kekayaan dan kepintaran masing-masing.

      Haura tidak pernah memaksaku untuk berubah menjadi wanita yang lemah lembut karena ia yakin suatu saat aku akan berubah dengan sendirinya, Haura sering mengiingatkanku sholat, mengingatkanku ketika lupa batasan laki-laki dan perempuan, dia juga yang selalu meredakan amarahku yang sering tak terkendali, dan sering mengajakku pergi pengajian dikala libur kuliah.
Haura sahabat berharga bagiku.

       Banyak mahasiswa laki-laki dari fakultas lain yang suka mengganggu sahabatku dari hanya ucapan "Assalammu'alaikum ukhti" sambil mengedipkan matanya genit hingga sengaja untuk bersalaman, aku tidak suka jika Haura di perlakukan seperti itu, aku selalu maju untuk melindunginya, menurutku wanita seperti Haura itu seharusnya dijaga bukannya dibuat bercandaan.

       Seringkali aku menggodanya dengan Rizal, lelaki yang ingin aku ceritakan pada kalian.
       Menurutku Haura dan Rizal cocok sekali, mereka berdua mempunyai banyak kesamaan dan seringkali juga aku melihat mimik muka berbeda saat aku menggoda Haura, seperti malu-malu dan salah tingkah, sedangkan Rizal jika aku memanggilnya dengan nama Haura ia pasti memalingkan wajah dan memberikan tatapan tak suka padaku, ntah apa maksudnya.

RARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang