DIB [01]

664 56 1
                                    

Happy Reading
______________________________

Willie menatap Kaza yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk makanan tanpa menyentuh nya sedikit pun. Suasana di meja makan berjalan seperti biasa, hingga Seth yang baru saja memasuki ruang makan menarik kursi duduk disamping Kaza. Kaza tetap bergeming dengan apa yang dia lakukan, menurut nya semua terasa sama. Tapi ketika suara sengit Seth yang mengganggu pendengaran membuat ia mendecih dan membuang muka ke sudut ruangan.

Seth memandang bocah disampingnya dengan pandangan remeh,"Kau itu jika ingin mati tidak usah disini, pergi saja yang jauh sampai ke kerak neraka."

"Seth jaga ucapan mu di depan kakek." Maria menegur anaknya, perempuan itu tahu sedari dulu anak bungsu nya tidak terlalu menyukai keberadaan Kaza yang notabene sepupunya.

Seth menatap tak suka pada Ibu nya, "Kenapa Mama membela anak ini? Lihat lah, dia hanya bisa menimbulkan masalah sehingga kakek dibuat pusing karena ulah nya."

"Sudah, Makan saja makanan mu." Willie menegaskan pada adiknya, lelaki itu memandang sosok pria tua yang sedari tadi diam dan tetap memakan sarapan tanpa menghiraukan keributan yang terjadi. Willie hanya tak ingin suasana pagi ini berubah kacau hanya karena adik nya yang memulai masalah, Willie tahu betul watak sang kakek yang diam menyaksikan semua nya. Tapi, ketika kakek sudah marah maka tak ada yang bisa bersuara.

"Kaza, kau ingin sesuatu? Biar Bibi ambilkan, dan berhentilah mengaduk makananmu. Sedari malam kau belum memakan apapun." Maria berujar lembut, mencoba memberi perhatian pada keponakan nya yang sedari tadi hanya diam menunduk menatapi makanan di depan nya.

Anak laki-laki yang disebut namanya memandang sendu wajah Bibi sebentar sebelum kembali menunduk, "Aku selesai." Katanya yang ingin segera pergi meninggalkan meja makan. Lalu tiba-tiba terdengar suara keras bantingan sendok dan garpu hingga membuat semua yang ada di meja makan terkejut begitupun dengan Kaza yang langsung menghentikan langkah kaki nya, ia tidak berani berbalik karena tahu bahwa sosok tua itu lah yang barusan melakukan nya, "Jangan pernah meninggalkan meja makan jika kau tak menghabiskan makanan mu!" Titah nya mutlak penuh penekanan pada setiap kata, mata Tuan Dario menatap tajam punggung ringkih cucunya dan mengalihkan pandangan mencari Garen—asisten kepercayaan nya,"Garen!!!" suara nya terdengar menggema memenuhi ruangan membuat sang cucu terlonjak kaget.

Garen yang mendengar nama nya dipanggil langsung menghadap Tuan Dario yang sudah mengeraskan rahang nya, "Paksa anak itu memakan makanan nya!" itu adalah perintah! Karena setelahnya Tuan Dario pun bangkit meninggalkan meja makan terlebih dahulu.

Willie memandang takjub sosok kakek nya, di usia yang akan menginjak kepala tujuh sang kakek tetap kuat dan terlihat sehat. Willie terkadang kasihan, seharusnya di usia segitu kakek beristirahat menikmati masa tua dengan indah, bukan mengurus semua tanggung jawab yang tidak bisa putra-putra nya berikan. Ia beralih menatap Kaza, melihat wajah sendu bocah itu. Kakek terlalu sensitif jika menyangkut cucu kesayangan nya, tapi bocah yang merangkap sebagai sepupunya selalu saja membuat kakek marah.

Seth menyeringai. "Aku kan sudah bilang, dia tidak akan senang jika tidak membuat masalah." ia tersenyum angkuh hingga memotong kasar potongan daging di piring kemudian memakan nya dengan sedikit mengejek.

"Kau jangan membuat semua nya semakin besar." geram Willie.

Willie tak habis pikir dengan sikap adiknya, Seth selalu saja menunjukkan kebencian kepada Kaza. Dulu Willie mengira itu hanya bentuk protes adiknya karena kakek terlihat lebih menyayangi Kaza dibanding Seth, tapi hingga sejauh ini pemuda itu rasa adiknya mungkin menyimpan dendam tanpa pasti.

𝐃𝐄𝐂𝐄𝐌𝐁𝐄𝐑 𝐈𝐒 𝐁𝐑𝐈𝐋𝐈𝐀𝐍𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang