DIB [03]

417 39 12
                                    

Happy reading
______________________________

"Kenapa masih berkeliaran jam segini?"

Willie menatap heran bocah di depan nya yang sekarang terdiam mematung ketika ia memergokinya yang masih saja terbangun di jam yang sudah sangat larut. Kedua kaki bocah itu tegak merapat di hadapan dengan memegang mug berisikan susu pisang hangat, Kaza memberengut makin menggenggam mug seerat mungkin agar Willie tak memarahi nya.

Lelaki yang lebih tua menghela nafas, ia menuntun si kecil agar duduk di kursi meja makan. "Kenapa kau terbangun lagi?" Tanya nya heran.

Willie berjongkok dengan memegang kedua telapak tangan Kaza yang terasa dingin, mug berisi susu sudah di letakkan di atas meja. Ia mengusap tangan sekecil perlahan agar tidak gugup, "ada apa heum.." tuturnya lembut sembari sedikit mengusak surai si karamel.

"Aku haus Willie," jawabnya seadanya. Willie beralih melihat Alana yang masih berdiri di meja pantry memberi gekstur agar Alana meninggalkan ia berdua dengan Kaza. Willie menarik kursi makan sejajar di depan Kaza, "Jadi, kau mengacaukan jam tidur orang lagi ya?" Willie bertopang dagu, ia tertawa kecil.

Si surai karamel membuang muka, mata yang terlihat sayu tak menutupi dari pandangan Willie bahwa anak itu yang masih mengantuk. Kedua tangannya bahkan sudah tergerak untuk mengucek mata yang langsung ditahan Willie. "Sudah cepat habiskan susu mu, aku antar ke kamar." Dan dituruti Kaza dengan anggukan kecil, ia dengan cepat menyambar kembali mug berisi susu untuk ia teguk dalam sekali dan habis.

Tegukan susu telah habis, Kaza memandang Willie yang sedang meletakkan mug ke dalam wastafel. Memerhatikan setiap gerak Willie hingga langkah pemuda itu kembali menghampiri dirinya di meja makan. Kaza tak menolak lagi, Willie menarik tangan nya dengan lembut dan penuh kehangatan untuk masuk ke dalam kamar. Langkah dan pijakan meniti anak tangga tidak terasa ketika mata kosong yang sedang dikuasai pikiran melamun untuk mengutarakan segala hal.

"Willie..." panggil si bocah ketika pria itu hendak mematikan lampu,

"Ya?"

Udara tengah malam mungkin cukup dingin, tapi genggaman tangan yang saling bertaut di atas pangkuan membuat Willie mengerjab bingung memandang kembali si surai karamel. "Ada apa?" Tanya nya kembali mengulang.

Mengernyit bingung sekali, Willie melepaskan sentuhan tangan dari saklar, mendekati wajah si kecil yang tertunduk sekarang memeluk bantal.

Ambil posisi, Willie duduk di tepian ranjang. Tangan nya mengusap kepala si surai karamel. "Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu ya?" Katanya mengamati.

Kaza menggeleng, angkat kepala perlahan dan menatap wajah Willie. Agak ragu bersuara, "Willie aku ingin keluar."

"Keluar?" Willie memastikan.

"Eum.." si kecil mengangguk cepat dengan binaran mata polos mengerjap kecil, dia memandang Willie dengan penuh semangat.

Willie jelas kebingungan tentang maksud Kaza, tapi untaian tangan yang tergerak ke atas nakas menjawab pertanyaan pemuda itu. Kaza mengambil kotak dan membuka nya perlahan, mengeluarkan sebuah kalung untuk ia berikan pada Willie.

Si kecil menarik napas dalam, "Bolehkah?" Kaza teramat memohon dengan ikut menggenggam tangan Willie dengan yakin.

Willie mengangkat tangan, memerhatikan kalung itu dengan seksama. "Sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan juga padamu." Willie ragu, ia membuang sejenak wajah nya dari hadapan si kecil. "Kaza, bagaimana kalau aku menuruti permintaan mu kau pun harus ikuti kata kata ku heum."

𝐃𝐄𝐂𝐄𝐌𝐁𝐄𝐑 𝐈𝐒 𝐁𝐑𝐈𝐋𝐈𝐀𝐍𝐓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang