Ending

186 38 3
                                    

Hari ini aku melukis harus maksimal, waktu lima jam kupergunakan dengan baik dari jam delapan pagi sudah mulai sampai jam satu siang. Banyak penonton yang juga hadir apalagi dari tiap-tiap sekolah, teman-teman Osis, kakak dan adik kelasku memberi support tak henti-hentinya. Akhirnya selesai juga. Alhamdulillah lancar semua.

Nanti malam janne nampil, aku sporter yang paling berpengaruh untuk kesuksesan sillvya, Hmm mulai GR memang siapa aku?. Terakhir aku tahu itu nomor sillvya  tadi sore dia sms lagi “Aku harap kamu datang Iqbaal ”.

Siapa sangka nomor yang dulu aku idamkan bahkan kali ini tanpa aku yang memintanya telah menyapaku, bahkan setelah malam penampilan silat itu Sillvya selalu mengirim pesan singkat. Ada saja alasan dia untuk bisa ber-sms-ria denganku. Ah, kacau misiku benar-benar gagal. Tapi jujur aku senang. Malam ini penampilan sillvya aku yakin sillvya akan menunjukkan talenta besarnya dalam olah tarik suara.

aldi  yakin salsha  begitu elok malam ini, dan saatnya dia membalas rasa malu yang tempo hari di pustaka telah ditertawakan ingin ia katakan sejujur-jujurnya perihal perasaannya itu. Sementara danu, wanita idamannya adalah steffy dia yakin Sharilah orang yang tepat. Dan rencananya sama dengan rencana aldi. Rasa cinta itu akan ia utarakan malam ini juga.

Sementara aku? Ah, apa iya aku akan seperti rencana mereka? Kawan, beginilah terkadang sikap cowok. Dan tidak semua cowok blak-blakan, buktinya aku harus memikirkan matang akan hal ini. Dan aku tak tahu apakah aku termasuk kualifikasi di antara sekian banyak tipe cowok yang menjadi idaman Sillvya . Meski hampir tiga semester aku naksir berat pada sillvya  dan terkadang muncul tenggelam dalam hatiku, tapi jujur Sillvya  adalah cinta pertamaku yang masih gelap.

“Napa tak balas? Pokoknya kamu harus datang. Titik!” Upps.. sms Sillvya yang tadi juga belum ku balas. Lima menit kemudian.

“Insyaallah Sillvya ” jawabku

“He..”

Kugunakan lagi baju terbaikku pada malam penutupan ini, tak cukup tiga puluh menit di depan kaca, memakai kain yang dililitkan di pinggang berwarna merah ini saja menghabiskan waktu tujuh menit, menyisir rambut apalagi. Rambut adalah mahkota terpenting bagi para cowok, jadi tidak boleh asal-asalan. Wajahku? Ah, ok lah.

Kali ini malam penutupan yang menentukan, sekaligus pengumuman seluruh cabang. Lukisan dipajang di setiap astaka pameran termasuk karyaku.

Panitia mengatur jadwal gurindam sebagai pertandingan akhir kegiatan. sillvya  dan CS dapat undian pertama, serasa ada yang hilang, tapi apa? Oya Sillvya . aku tak melihatnya dimana dia sekarang. Jangan-jangan sillvya  menipuku supaya aku datang tapi ia tidur di rumah. Apa dia tiba-tiba sakit, atau mungkin dia lupa syairnya. Ah amat sangat mustahil, dia sudah profesional dalam urusan itu. Tapi kemana dia?. Coba ku-Sms dia, hape Sillvya sms duluan.

“Dari tadi kamu mencari siapa”

“Maksudmu?” pura-pura tak paham.

“Ah ngaku aja deh, terus ngapain toleh kanan kiri? Hihi”

Aku jadi malu, rupanya sejak tadi Sillvya  memperhatikanku, tapi dimana dia? Di kursi depan sana sekumpulan penari dan pelantun gurindam perwakilan masing-masing sekolah banyak sekali, aku tak dapat mengenali wajah mereka satu persatu.

“Emang Sillvya dimana and apa warna kostum yang di pake?”

“Hmm.. mau tau aja, ato mau tau banget?. Hehe lihat aja ntar pas aku nampil, ok?”

“ok la kalo begitu, semangat yach”

“thanks”

Aku, aldi  dan danu duduk bersebelahan di belakang para pelantun gurindan dan penari. Pembawa acara memanggil peserta nomor urut tampil satu, itu artinya sillvya  maju terlebih dahulu. Mengurangi rasa penasaran pandangan kami tak lepas dari segerombolan orang yang duduk di depan diantara para penari tersebut. sillvya  dan ganknya berdiri untuk maju. Wow..aku berdecak dalam hati, aku hampir tak mengenalinya, semacam putri raja yang jarang keluar istana apalagi berjemur panas. Cantik sekali dia malam ini aku rasa Cinderella dari negeri dongeng pun akan minder di dekatnya.

Ayat-ayat gurindam 12 disyairkan, pasal 1, 9 dan 12 itu tanpa sedikitpun rasa canggung dan dia sangat yakin dengan penampilannya, SMA kami menampilkan gurindam dengan gaya modern, biasanya ditampilkan dengan alat musik tradisional kompang, kali ini musik pengiringnya orgen dan rytem, Sillvya , salsha  dan steffy  pelantun pasal demi pasal secara giliran, sementara fauzan  dan dianty  semacam Backing Vocalnya.

Tepuk tangan penonton mengakhiri penampilan Sillvya . Usai penampilan kami ke astaka pameran lukisan sillvya  ingin melihat karyaku.

“bagus! Kamu tuh orang yang serba bisa ya” puji sillvya . Aku tersenyum.

Aku dan sillvya  jalan berdua mengelilingi berbagai pameran dan juga bazar buku, lalu kami minum jus alpukat bahkan ia tak memperdulikan kostum adat yang masih dipakaniya dan aku masih memakai baju silatku. sillvya  bertanya benyak hal terutama penampilannya tadi, aku katakan semuanya mantap. Ia tersenyaum semakin cantik. Aku berdegup kencang nyaris tak dapat bicara, bingung seperti orang buta memegang gajah, lidahku kelu dan berat. Di depan Sillvya  aku adalah rakyat jelata yang menghadap putri istana.

“sillvya ” kataku mencoba serius.

“Ya?”

“Hm..” duh deg-degan “dalam hidup ini apa yang tak kamu harapkan hilang darimu?” dia berfikir sejenak.

“Pelangi”

“Alasannya?” kataku.

“Karena pelangi adalah sebuah ungkapan agung sang pencipta, dimana ia baru muncul setelah hujan terkadang badai, dan disambut dengan sinar matahari maka akan memantulkan cahaya, pelangi merupakan fenomena optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya. Issac Newton adalah orang pertama yang menyelidiki hal ini, aku menyukainya karena pelangi memilki falsafah yang amat dalam bagiku”

Aku mendengarkan secara seksama menjelajahi cakrawala kecerdasan sillvya  tentang berbagai dalil eksak yang ia pelajari di jurusan ipa. Sementara dari jauh MC terus memanggil para peserta yang belum tampil satu persatu. Kami terbuai oleh suasana yang langka ini, pembicaraan sillvya  adalah hal yang penting bagiku. Tak penting bagi kami penampilan mereka. Pengumuman pemenangnya biar guru-guru saja yang mewakilinya aku yakin karya lukisku akan diperhitungkan juri. Uh, alangkah bahagia hati akhirnya aku bias berbicara dan bertukar pendapat dengan Sillvya  bukan sekedar sms. Dunia serasa milik kami berdua yang lain cuma mengungsi. Masih ia lanjutkan.

“Dalam hidup ini suka dan duka seumpama sepasang kekasih yang tak pernah mungkin terpisahkan, pelangi juga memberikan warna keindahan pada dunia. Aku ingin menjadi pelangi yang memberikan keindahan dalam kehidupan sekitar, tidak untuk diri sendiri saja tapi untuk banyak manusia. Dan aku yakin semua manusia pasti menyukai pelangi”.

Aku mengangguk. Apapun yang diungkapkan janne benar adanya. Ya memang begitulah kehidupan yang terkadang suka dan duka akrab menghampiri kita.

“Kalau kamu baal , apa yang tak ingin hilang dalam kehidupanmu?”

“Cinta” kataku simpel. Tampaknya Sillvya  bertanya-tanya dengan alasan yang akan aku berikan nanti.

“Ya, cinta” kataku lagi.

“bisa beri alasan kenapa cinta?”

“Cintaku padamu, sillvya . Dan pandangan matamu sudah menjelaskan semua itu!”

“@#$%^^u&me…” Sillvya nyaris tak dapat bicara, airmukanya cerah malu.

“Menurutmu kalau aku cinta padamu apakah itu sebuah kesalahan?”

Sillvya  menggeleng sambil membenarkan posisi duduknya sedikit salah tingkah.

“sillvya , aku mencintaimu”

Sillvya  mengangguk pelan sambil tersenyum simpul, senyum termanis yang pernah aku saksikan.

“Aku juga mencintaimu Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ”

RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang