Psyco

430 27 15
                                    

Malam yang gelap ini menjadi malam yang menyenangkan bagi seorang Saaih elikard.
Ia menatap jalanan yang sepi dengan penerangan yang redup. Berdiri di atas bangunan tua membuatnya semakin nyaman.
Berdiri menunggu korban berikutnya....

  Ia berjalan menyusuri gelapnya malam,bulan yang kini terhalang awan gelap membuat jalan itu semakin menakutkan.
"Apa harus lewat sinii??" Ia menatap sekelilingnya benar benar sepi,tapi mau bagaimana lagi ini satu satunya jalan pintas untuk sampai kerumahnya.
Rumah dari seorang remaja bernama Fateh Halilintar.

"Kau berikutnya" Saaih menuruni tangga dengan pelan,serta suntikan dan kain yang ia simpan dalam saku jaketnya.
Menatap Fateh yang berjalan dengan ketakutan dan tubuhnya yang bergetar.

"Haiii" bisikan Saaih mampu membuat Fateh terdiam dengan ketakutan yang luar biasa.
"Maa...u a...aappaa??" Takut?? Jelas ia sangat takut dengan ini.
Fateh menutup matanya rapat rapat dan ia mulai berlari sekencang mungkin namun sayang...
Saaih dapat mengejarnya.

"Kemana??? Sini kita main" rangkulan Saaih terasa mengerikan bagi Fateh yang sedang ketakutan.
Saaih menariknya paksa membuat Fateh kini terseret dengan Isak tangisnya.

Saaih membawa Fateh kerumah kosong itu dengan mata yang tak henti hentinya menatap tajam Fateh.
"Ma...u keeemnaa???" Fateh berusaha tenang ia mencari agar bisa lepas.

"Kita akan bersenang-senang" ucap Saaih dan jleppp
Suntikan itu menancap dipundak Fateh,membuat Mata Fateh kini membulat kaget.
"Ahhheuuu" Suntikan itu dilepas paksa membuat pundak Fateh berdarah.

"Saaakittt" ucapnya pelan,Saaih tersenyum kemenangan lalu menidurkan Fateh beth up (gitu nulisnya?)
"Pelan pelan" Saai menatap Fateh yang masih tersadar dengan lemas.
Mengisinya air dingin yang kini berubah merah karena tercampur darah.

"Tolongggg" teriak Fateh,namun menurut Saaih itu hanya sebuah bisikan.
"Sutsss kamu bersih dulu" bisik Saaih, siapapun yang mendengarnya akan takut setengah mati.

Ia angkat tubuh lemas yang basah itu, menahan pinggangnya dan mengusap wajah Fateh yang putih dan basah.
"Tolongggg tolongggg" Fateh kembali berucap,Saaih sesekali menatapnya dengan senyum yang licik.

"Aku suka wajahmu, tampan" Saaih melihat wajah Fateh lebih dekat,jelas membuat Fateh lemas.
"Kita tukeran wajah" tambahnya lagi

Jleppp
Pisau itu berhasil ia tancapkan pada perut Fateh, mata Fateh sukses membulat dengan darah yang mengalir dari perutnya.
"Euhhhh" lirihnya pelan,ia masih sadar namun dengan rasa sakit yang mengerikan.

"Tangan dulu" Saaih kembali membaringkan Fateh dilantai dan mengangkat tangan Fateh yang lemas.
"Ku iris iris sedikit" Saaih terus bersenandung seraya mengiria Lukita tangan Fateh membuat tubuh Fateh tak berhenti bergeliat menahan sakit.

"Aaaaaaa aaaaaa" kini teriakan Fateh terdengar lantang,dimalam seperti ini Saaih semakin senang dan terus mengiris kulit tangam Fateh.

Mata Fateh seakan ingin terpejam namun Saaih mengancamnya.
"Jangan tutup matamu,atau pisau ini menembus kepalamu" ancam Saaih, Fateh menggeleng ia sekuat tenaga menahan matanya yang sudah sayu.
Ditatapnya langit langit gedung yang kotor dan tersenyum.

"Goodbye"
Jlep jlep jlep jlep

Beberapa tusukan Saaih berikan membuat tubuh Fateh tak tenang.
"Ini yang terakhir"
Jelppppp
Sekali lagi ia menusuk perut Fateh yang kini tak sadarkan diri, menggusurnya dan membawanya menuruni tangga dengan darah segar yang mengalir.

Saaih tersenyum,,inilah hidupnya...

Jlepppp

Eummm ngapain bikin kaya gini???heheh
Maafkan hasil gabut
Jangan lupa vote
Sadis

STORY FATEH HALILINTARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang