Seandainya Engkau Tau

76 11 0
                                    

  Mentari pagi menyambut hari yang cerah ini. Kicauan burung yang mendominasi dipagi hari. Ku sempatkan melihat langit biru yang indah dipagi hari. Aku selalu berfikir, bahwa setiap apa yang aku lakukan akan menunjukan kemampuanku. Meski akan gagal saat melakukannya.

  Ku segera bangun dari tidur. Bersiap-siap untuk berangkat sekolah, agar tak telat lagi. Berpakaian baju SMA rapi, dan memiliki kenangan yang tak akan terganti suatu saat nanti. Aku hanya hidup berdua dalam satu rumah. Jauh dari orang tua membuatku melakukannya sendiri. Aku tinggal dengan Kawan sebangku sekolahku sendiri, yaitu Defa. Kami berdua sengaja untuk kontrak rumah saja, karena kami sama-sama jauh dari sekolah. Setelah sarapan, kami pun berangkat. Menaiki motor Defa yang sudah disiapkan sejak pagi-pagi sekali.

Lumayan pagi kita bangun, jadi gk telat nih"  Kata Defa
 
  “Malah baguslah. Gk kayak kemaren-kemaren telat mulu. Panjat pager lagi.." kata ku sambil memakai sepatu.

Kagak seru.., enak tuh panjat pager tiap hari, jdi gua bisa tinggian dikit" Kata Defa sambil duduk diatas motor.

Bodo ah, Ayo brangkat !" Ujarku pada Defa.

  Kami pun berangkat ke sekolah. Dijalan aku melihat seorang anak kecil yang sedang duduk disamping lampu merah. Dia tampak menjual minuman untuk para pengendara. Aku belajar darinya, bahwa semangat adalah kunci utama dalam menjalani hidup, sehingga kita bisa merubah semuanya.

  Kami pun sampai tepat waktu masuk sekolah. Ku bergegas ke loker ku untuk mengambil buku. Disanalah aku melihat sosok sempurna yang ku kagumi sejak lama. Memandanginya membuat hati ini serasa damai, bagaikan tak memiliki beban hidup sama sekali. Lentik matanya yang indah, kelembuatannya saat bertutur kata, kesopanan yang dia terapkan dikehidupannya, membuatku banyak belajar darinya. Seketika aku salah tingkah saat dia menatapku. Serasa ingin segera pergi dari sini.
  “Hey, lagi ngapain?!" Clara tiba-tiba mengejutkanku.

Clara adalah sahabatku saat pertama masuk sekolah, dia wanita apa adanya, tak selalu aneh-aneh dan patner terbaiku sepanjang masa. Kami berteman dimanapun. Selalu bersama dengan Defa, Aku, dan Clara.

Ngagetin aja lu"  Balasku kepada Clara.

  “Lu sih, nglamun disini, lagi liatin siapa?, Farah?" Ucapnya sambil mengejekku.

  “Brisik lu tajudin" balas ku dan meninggalkan lokerku.

  “Yaelah, judes amat kayak cewek pms" teriak Clara dari depan lokerku.

  “Bodo" jawabku sambil tetap berjalan.

  Dikelas yang sudah ramai anak lain sedang sibuk dengan dirinya sendiri. Dan aku melihat Defa sudah duduk dibangku sambil mendengarkan musik. Aku pun duduk disamping Defa, dan memainkan ponselku sambil menunggu jam pelajaran. Seketika aku terkejut melihat Farah menatapku didapan meja ku. Dia tersenyum melihatku dan sesekali melihat Defa. Aku seketika terdiam, dan tak mengucapkan apa-apa. Farah menanyakan sesuatu padaku.

  “Ref, bisa ngk bantu aku selesaiin tugas komputer?" Pinta Farah kepadaku .

  “Boleh, nanti aku bantu" jawabku sambil menunduk.

  “Makaciihh Refaaa" jawabnya sambil tersenyum.

  Melihatnya tersenyum membuat hati ini tak sanggup menahan rasa ingin memiliki. Anda saja aku memilikinya, aku berjanji mempertahankan tawa manisnya. Dan andai saja kau tau, betapa ingin rasanya memilikimu. Tetapi ku hanya bisa melihatmu, tanpa bisa kumiliki.

MenepiWhere stories live. Discover now