Tetap Disini Atau Pergi

32 7 1
                                    

  Teriknya matahari disiang ini, membuat orang yang sedang mengikuti acara basket sangat kelelahan. Untung saja aku tak ikut bersama mereka. Aku hanya duduk dan menjadi penonton disana, bersama Defa, dan Clara. Kami menonton serunya pertandingan, dan tiba-tiba Farah duduk disebelahku. Aku terkejut melihatnya, karena datang tiba-tiba. Defa dan Clara memberiku luang untuk berbincang dengan Farah.

Ref, gua mau cari hiburan. Lu disini aja, gua ma Clara mau jalan-jalan" Ujar Defa sambil mengedipkan mata.

eh, ikut dong. Masa gua ditinggal sendiri sih?!" kataku sambil menghalangi mereka.

trus aku apa?, setan?" jawab farah memutus perbincangan kami.

  Setelah mendengar kata Farah, aku hanya kembali duduk dan terdiam, melanjutkan menonton basket kembali. Disana kami berbicang-bincang, Farah menanyakan sesuatu hal kecil kepadaku. Dia berkata banyak sekali, bahkan dia bercerita dan tertawa lepas. Aku senang melihatnya tertawa, begitu indah salah satu wanita didunia ini. Tetapi dia menurunkan nanda bicaranya saat membahas seseorang, dia terlihat begitu senang membahas orang itu. Nampak dari kelopak matanya yang menerima kebahagiaan dengan datangnya orang itu. Perlahan aku memahami apa yang dia bahas kali ini, siapa yang dia maksud?.

Aku tuh suka sama orang, dia pinter, baik, dan gk aneh-aneh. Cuma aku binggung mau ngomong" Ungkap Farah

Omongin aja, biar gk jadi beban pikiran" Jawab ku.

Gk jadi deh. ntar kalo gk mau, udh gk jadi temen" Ujar Farah sambil melihat kearah seseorang.

  Aku mungkin bukan orang yang tau isi pikiran orang lain. Tetapi aku bisa memprediksi siapa orang itu. Dalam diri ini tersimpan banyak dendam yang pernah berlalu, dendam yang membawa ku sampai ke jalan hidup yang tak memiliki arti, dan berusaha keluar dari hidup yang tak punya harga diri. Farah terus melihat lelaki yang bermain basket itu. Tak lama dia mengungkapkannya, bahwa dia mencintai lelaki itu. Dia adalah kakak kelasku sendiri, aku hanya berbicara dengannya hanya 1x seumur hidup. Dan benar saja, aku memang tak pantas mendapatkannya. Semua apa yang aku inginkan sulit, sangat sulit ku dapatkan. Apa mungkin perlu mempertaruhkan harga diri ini untuk mendapatkannya

  Terdiam dikursi ini, aku mulai bergetar. Dalam hati yang menjerit kesakitan sudah tak tertahankan. Ku coba tersenyum didepannya, hanya untuk melihatnya terus tersenyum. Dan benar saja, menetes air mata ini sampai dipipi. Mungkin itu hal yang wajar untuk orang diluar sana, tidak denganku, dia adalah wanita yang luar biasa bagiku. Melihatnya menaruh perhatian padanya membuat hati ini hancur, ku berusaha membohongi hati ini sampai dimana dia akan bertahan. Ku ditengah mereka, yang sedang bercanda tawa bersama. Dan disitu ku berpikir, tetap disini atau pergi.

MenepiWhere stories live. Discover now