"Truth or Dare?" Jeffrey berdecih, ngeliatin muka songongnya kearah temen temennya. "Dare lah, gue bukan pengecut,""Yakin?" tanya Michel teman Jeffrey berkulit eksotis manis. Jeffrey mengangguk, mengulum lidahnya didalam mulut.
Matanya terus mengarah kearah teman temannya yang sedang berdiskusi untuk mengerjainya dengan kekehan kecil.
"Oke! Itu dare nya?" tanya Bambang tak percaya menatap teman temannya satu persatu. Sedangkan Jeffrey, hanya menatap heran kearah teman temannya itu.
"Ya!" sahut Juned, lelaki tampan berwajah kocak.
"Oke, Jae kita punya dare buat lo. Dan lo, harus janji sama kita buat tepatin darenya. Katanya bukan pengecut, kan?" Jeffrey mendengus kemudian menganggu mengiyakan.
"Lo liat cewek ujung sana?" Jeffrey ngikutin arah yang Jeka tunjuk. "Yang mana? Banyak anjir,"
"Ck. Itu yang lagi sama temen temennya. Yang pake baju ungu, pake kacamata, yang rambutnya dikuncir tinggi." Jeffrey kembali menatap kearah yang Jeka tunjuk. Mencari cari ciri cirinya.
"Itu?"
"Nah iya!"
"Kenapa dengan cewek itu, bukannya mantan lo?" tanya Jeffrey bingung.
"Iya emang mantan gue" sahut Jeka. "Cantik ga?" lanjut Gian lagi.
"Cantik. Imut. Gue suka," sahut Jeffrey, atensinya masih kearah cewek cantik dipojok yang masih ketawa garing sama temen temennya.
"Lo deketin dia. Pacarin dia. Satu minggu lagi harus udah jadi pacar lo," Jeffrey ngalihin atensinya kearah Deka yang habis ngomong,
"Gila? Maksud lo? Gue harus pacarin orang yang ga gue kenal? Gila dare lo semua,"
"Gatau nih, gausah Jeff. Tega lo nyakitin cewek hanya karena dare?" sahut Brayn yang daritadi cuma nyimak temen temennya ngoceh.
"Katanya mau dare tadi. Pas dikasih malah nolak, gimana sih Jeff," Jeffrey mendengus kesel denger ucapan Wahyu. "Oke. Gue lakuin. Tapi, gue mau tambahan waktu."
"Oke, satu bulan."
***
"Na? Gapapa Yuna tinggal sendirian?" Luna ngangguk, kemudian senyum manis kearah Yuna. "Luna gapapa kok. Yuna pulang gih, kasian tuh Bang Atuy nungguin,"
"Beneran ya?"
"Iya."
"Kalo ada apa apa telfon gue,"
"Iya Yuna"
"Atau Mawar, Jiya, Mina, Icha, Lisa, pokoknya telfon salah satu dari kita. Inget!"
"Iyaaa Yunaaaa,"
Yuna ngangguk, habis itu senyum kearah Luna, "Udah pesen ojeknya kan?"
"Udah kok." sahut Luna sambil ngangguk ngeiyain. Yuna ngehela nafas, "Yaudah gue pulang,"
"Hati hati," sahut Luna yang diacungi jempol sama Yuna. Setelah Yuna pergi, Luna diem, duduk di salah satu kursi diluar cafe itu. Tangannya ngotak ngatik benda persegi panjang tipis itu, rencana mau pesen ojek. Dia bohong tadi sama Yuna kalo dia udah pesen ojek, ya kalau dia bilang, Yuna ga akan pergi. Kan kasian pacar Yuna, Bang Atuy. Eh bukan pacar deng, masih pendekatan.
"Apa telfon Abang ya?" tanya Eunha ke dirinya sendiri. Daritadi ojek ga dapet. Mangkanya dia inisiatif buat telfon Abangnya, Bang Dean.
"Gausah deh, takut ganggu aku."
"Luna anak IPA 1?" Luna noleh kearah asal suara. Habis itu naikin satu alisnya, natep sang empu bingung.
"Iya, hm... Maaf siapa ya?" Jeffrey ngegigit bibirnya, dalem hati nyumpah serapahin temen temennya. Karena mereka Jeffrey harus berurusan sama Luna, ga tega dia, ga mungkin dia ngedeketin dan macarin orang sedangkan dia aja udah punya pacar. Apalagi liat muka Luna yang cantik. Pengen nendang temennya rasanya,
![](https://img.wattpad.com/cover/237477800-288-k846705.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth Or Dare
Fanfiction"Truth or Dare?" Jeffrey berdecih, ngeliatin muka songongnya kearah temen temennya. "Dare lah, gue bukan pengecut," "Lo liat cewek ujung sana?" Jeffrey ngikutin arah yang Jeka tunjuk. "Yang mana? Banyak anjir," "Ck. Itu yang lagi sama temen temennya...