"Serius lu mau ke sana?"
"Hah? Apaan?"
"Kamu lanjut kuliah ke Amerika?"
"Ya masa aja sih, kesempatan sebagus ini disia-siain?"
"Terus kita gimana?"
"Gimana apanya? We're still in the relationship, itu gak bakal ngubah apapun."
"Dasar cowok, gak sensitif."
Padahal, mereka baru saja pulang dari acara kencan mereka. Yona langsung menanyakan hal itu kepada Keenan tepat di depan rumahnya, masih di depan gerbang rumahnya, bahkan mesin motor saja baru dimatikan. Dengan sedikit cemberut, Yona melepaskan helm yang dipakainya dan memberikan helm tersebut kepada Keenan. Setelah itu, dia langsung pergi begitu saja ke dalam rumah. Keenan segera mengejarnya setelah memarkirkan motornya. Untungnya dia berhasil meraih tangan Yona tepat sebelum Yona memasuki rumahnya.
"Yona," sahut Keenan ketika berhasil meraih tangan pacarnya.
"Kenapa sih? Kenapa baru ngomong dua hari kemarin?" ketus Yona.
"Ya aku aja gak nyangka bisa keterima loh. Kan kamu tahu kalo aku—"
"Gak bakal ngomong kalo belum pasti," potong Yona, " iya aku tahu. Tapi aku baru tahu dua pekan sebelum kamu pergi. Itu ngedadak loh yang. Aku jadi ngerasa bodoh gitu. Ketika kamu lagi pusing ngurus-ngurusin berkas pendaftaran, aku malah minta temenin jalan-jalan."
"Hey hey, look into my eyes," pinta Keenan seraya memegang kedua lengan Yona.
"Aku gak pernah sama sekali ngerasa keberatan loh. Aku seneng malah kamu ngajakin jalan. Kamu tuh ya udah ngebantu aku. Dengan kamu ngajakin jalan aja buat kemumetan aku terurai gitu. Makasih loh yang," kata Keenan dengan senyumannya yang khas.
"Udah ya, gausah ngambek lagi. Senyum dong."
Yona melirik mata Keenan. Tak lama, dia mengalihkan pandangannya sambil tersenyum malu.
"Nah gitu dong, kan sayangnya aku cantiknya jadi keliatan hehe."
"Dih, dasar gombal." Yona tertawa kecil menanggapi hal itu.
"Yaudah, masuk ya. Tar malah masuk angin. Sekalian panggilin papa dong, mau pamit pulang," ucap Keenan sambil mengacak-acak rambut Yona.
Yona pun memanggil papanya. Tidak lama berselang, papa Yona datang.
"Eh Keenan, gimana tadi? Bagus kamu tepatin janjimu."
"Aman kok om."
"Haha, bagus bagus. Oh iya, kata Yona, kamu mau ngambil master di Amerika? Di Harvard?" tanya papa Yona.
"Iya om. Minta doanya aja biar dilancarin kuliahnya," jawab Keenan.
"Ya sudahlah, semoga dilancarkan di sana. Belajar yang bener. Banggain papa sama mama kamu."
"Iya om. Saya akan ingat terus pesan dan petuah dari om. Saya pamit pulang ya om," kata Keenan sambil salam kepada papa Yona.
"Iya, hati-hati ya di jalannya. Mah, Yona, ini Keenan mau pulang," panggil papa Yona.
"Iya pa, bentar." Yona pun datang menuruni tangga. Tampaknya ia juga sudah bersiap untuk beristirahat.
"Mari om, tante, saya pamit pulang."
"Iya hati-hati di jalannya ya," jawab mama Yona.
Keenan menyalakan mesin motornya. Setelah sekali lagi pamit kepada kedua orang tua Yona, dia pergi meninggalkan rumah itu. Yona hanya mematung diam di depan rumah. Tatapannya terus mengarah ke jalan yang dilalui Keenan. Tampak seperti ada rasa belum rela untuk melepas lelaki kesayangannya itu pergi jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Bouquet
Short StorySetiap bunga memiliki makna di baliknya. Ada yang menceritakan kebahagiaan, kesedihan, harapan, dan juga cinta. Walaupun berbeda-beda, menjadi sebuah buket yang indah ketika dihimpun bersama dengan harmonis. Demikian pula dengan cerita-cerita yang d...