Bab 2 - Embun

3.3K 78 49
                                    

Perbedaan membuat kita saling jatuh cinta,

Persamaan membawa kita pada kebersamaan.

*****

Badan penuh keringat, kehausan, dan baju awut-awutan, ah pasti mereka habis olahraga mesra, Bik Maneh tersenyum sendiri di dapur mengingat keadaan kedua majikannya tadi.

Aih, Bik Maneh kepo banget ya.

"Jadi, kita mau anak cowok apa cewek, Honey?" tanya Kala.

"Kembar aja sekalian, cowok cewek. Jadi sudah nggak usah sewa-sewa lagi," jawab Lady sambil menyandarkan kepala di bahu kanan suaminya. Dia menggenggam tangan Kala dengan kedua tangannya.

"Benar juga, sekali jalan," Kala membenarkan.

"Tapi semua dilakukan tanpa seks loh ya. Jangan harap lo bisa awok awok sama dia," tegas Lady.

"Hahaha, duh kenapa harus jealous. Iya lah. Fokusnya kan bukan cari wanita lain, tapi anak," Kala tertawa bahagia melihat istrinya sedikit cemburu.

"Syukurlah. Gue potong titit lo kalo berani selingkuh, terus kasih makan ke anjing tetangga," tukas Lady.

Ada sedikit rasa bersalah menghinggapi dirinya bahwa mereka harus menyewa rahim orang lain untuk memiliki keturunan. Sejak awal menikah, Kala sudah mengungkapkan niat untuk segera memiliki anak. Tapi Lady selalu mengatakan belum siap. Tiga tahun memang sudah terlalu lama untuk menunda punya anak. Syukurlah pria ini setuju dengan ide sewa rahim.

Kala bukan tipe pria yang sangat romantis, tapi dia adalah pria yang baik. Lady tak pernah meragukan itu. Mereka sama-sama berasal dari keluarga konglomerat. Kehidupan yang dilalui sejak kecil bisa dibilang hampir sama.

Hal menyolok yang membedakan Kala dengan pria kaya lain di sekitarnya adalah sikap yang tidak merendahkan orang lain, dan tak pernah mengandalkan uang untuk menyelesaikan apapun. Pria ini bukan orang yang mendewakan harta dan merasa bahwa apapun bisa dibeli. Bagi Lady, Kala adalah sosok pria kaya yang sangat bermoral. Karena itulah ia tahu, bahwa tidak mudah bagi suaminya menyetujui ide sewa rahim.

Bik Maneh datang membawa minuman mereka.

"Taruh situ aja, Bik," kata Lady sambil menunjuk meja di depannya.

"Ashiap, Non," pembantu bertubuh gendut itu menjawab sambil menahan senyum melihat dua majikannya mesra.

Masih kurang kayanya, Bik Maneh cekikikan dalam hati.

"Ngapain senyum-senyum, Bik? Lagi jatuh cinta?" tanya Kala.

"Buahahaha, Aden mah bisa aja. Suami bibi mau dikemanain?" kesempatan baginya untuk melepas tawa tanpa dicurigai majikan.

"Terus kenapa senyum-senyum mesum gitu?" tanya Kala lagi.

"Ah, Aden mah. Bibi teh seneng aja liat Non sama Aden mesra. Ibarat jaman now, ada konektivitas, sejenis Wifi atau Bluetooth gitu," jawabnya sambil tersipu dan memilin rambut ikalnya.

"Hahaha, gaul banget sih, Bik. Udah sono, gue mo lanjut mesra, jangan ngintip ya," Lady terbahak mendengar jawaban pembantu kesayangannya ini.

"Don't worry be happy, Non. Aman terkendali," jawab Bik Maneh sambil berlalu dan mengedipkan satu matanya.

"Hahaha, dasar pembantu satu itu. Tuhan, bersyukur banget bisa jadi hiburan," Kala juga tak mampu menahan tawa melihat kelakuan wanita paruh baya yang masih terlihat energik dan penuh semangat itu.

Akhirnya mereka melanjutkan diskusi tentang rencana sewa rahim. Lady akan segera mempersiapkan dokter dan segala sesuatunya. Sementara Kala akan segera menyuruh Pandu, sekretaris pribadinya untuk menyiapkan perjanjian bersama tim legal dan mulai mencari kandidat yang sesuai untuk disewa.

Rahim Untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang