RADIER ATHERA

206 13 0
                                    

"Sangat menyakitkan terus menerus dihantui masa lalu, bisakah seseorang membantuku melepaskannya?"

•~

Seorang wanita berjalan sempoyongan menaiki anak tangga, keadaannya begitu kacau. Ia mabuk, matanya sembab dan layu, rambut acak-acakan, dan menggenggam pisau ditangan kanannya. Ia berjalan menuju sebuah kamar sambil menghitung setiap langkah kakinya.

"1...2...3...4...5...6...7...8...9.... HAHAHAHA!" Tawanya sangat menyeramkan, ia berhenti di depan pintu kamar.

Tok..tok..tokk

"Sayang...buka pintunya ada kejutan untukmu."

"Sebentar." Ucap seseorang di dalam kamar

Tak lama pintu kamar terbuka menampilkan gadis cantik dengan muka bantalnya, ia tersenyum.

"Selamat ulang tahun!" Ucapnya memeluk gadis tersebut. "Ini kejutan untukmu!" Ia mengangkat pisau ke arah lehernya. Gadis tersebut terdiam, ia belum sepenuhnya sadar.

"Selamat tinggal!" Tangannya bergerak menggoreskan pisau ke lehernya sangat dalam, dapat dipastikan goresannya mengenai nadi. Seketika darah bercucuran, tubuhnya jatuh ke lantai dan kejang-kejang. Ia bunuh diri tepat di depan gadis tersebut.

...

"TIDAKKKKKK!" Tubuhnya bergetar hebat, peluh membanjiri dan jantungnya berdetak sangat cepat. "Mim...pi...itu la...gi." Suaranya bergetar hebat. Tak sadar ia meneteskan air mata.

Tok...tok...tokk

"Non segera turun, sarapan sudah siap."

"Iya sebentar lagi bi." Jawabnya

"Baik non."

Segera ia beranjak dari tempat tidur, ia sudah lebih tenang sekarang. Diraihnya handuk dan segera melangkah menuju kamar mandi. 20 menit berlalu ia telah selesai mandi, ia mengambil kaos abu-abu kebesaran yang akan dipadukan dengan celana joger hitam. Itu terlihat sangat cocok dibadannya.

"Selamat dan semangat pagi" Ucapnya tersenyum menyapa pantulan dirinya dicermin.

Pintu kamar terbuka, suara langkah kaki menggelegar dikeheningan pagi. Waktu baru menunjukan pukul 07.00 WIB tapi sang mentari sudah bersinar sangat terang. Ia telah sampai di meja makan, seperti biasa meja makan tersebut kosong tidak ada seorang pun yang duduk disana. Padahal makanan sudah tertata rapih disana. Pemandangan pagi yang luar biasa. Selera makannya seketika hilang tapi apa boleh buat cacing diperutnya sudah meronta ingin  diberi makan.

"Hari Minggu juga semua orang tetap sibuk ya bi?" Ucapnya sambil beranjak duduk

"Iya non. Tuan sudah berangkat 30 menit yang lalu, ada rapat mendadak. Kalo mas Putra masih tidur non, kata tuan jangan dibangunkan." Ucap Bi Atik Perempuan paruh baya berusia 60 tahun berjalan mendekati meja makan. Ia adalah Asisten Rumah Tangga dirumah besar ini. 

"Oh gitu ya."

"Non sarapan ditemenin bibi aja ya. Ini bibi masak makanan kesukaan non, sayur kacang."

"Terima kasih bi, bibi bisa aja naikin mood aku." Ia tersenyum, Bi Atik adalah satu-satunya penghuni rumah yang dapat melunturkan sikap dingin gadis ini.

"Kalo kata non bibi kan peka." Ucap Bi Atik

"Hahaha, iya deh bi." Ia tertawa sangat puas

15 menit berlalu, ia telah selesai sarapan. Semua makanan sudah ludes masuk ke perutnya. Ia sangat menikmati sarapan kali ini, apalagi dengan adanya sayur kacang terenak buatan Bi Atik. Sudah menjadi kebiasaan untuknya mencuci piring bekas makan, berulang kali Bi Atik melarangnya berulang kali juga ia membantahnya.
"Non gausah di cuci piringnya sama bibi aja." Kata-kata itu terus terulang setiap harinya dari mulut Bi Atik.

"Lo makan ga nungguin gue?" Ucap Putra. Gadis itu menoleh ke arah suara tersebut berasal. Seketika wajahnya berubah menjadi dingin dan datar.

"Berulang kali gue bilang, kalo mau sarapan tunggu gue. Oke adik manis?"

Tidak ada respon sama sekali. Wajahnya tetap datar dan dingin, senyum manis nya tidak terlihat lagi.

"Males ah gue di kacangin." Putra bete, ia menarik kursi, mendaratkan pantatnya. "Kapan sih lo mau ngobrol sama gue?"

Lagi-lagi hening tak ada jawaban, gadis tersebut memilih pergi ke kamar meninggalkan Putra disana.

"Bibi lihatkan, Putra harus gimana lagi bi?" Ucap Putra lirih

"Mas Putra banyak sabar, bibi juga bingung harus bagaimana. Mas makan dulu jangan terlalu dipikirkan" Ucap Bi Atik mengelus punggung Putra.

...

Ia kembali ke kamar, hari Minggu yang membosankan. Tak sengaja ia melirik buku tebal berwarna Biru campur Abu di atas meja belajar. Ia belum mengisi nya pagi ini. Kakinya melangkah menuju meja belajar, tangannya bergerak menarik kursi, mempermudah ia untuk duduk. Berulang kali ia membaca judul buku itu.

"Radier Athera's Diary"

Namanya, tertulis jelas disana. Buku yang paling berharga di dalam hidupnya. Radier membuka halaman kosong di diarynya didampingin pulpen hitam yang sudah siap ditangannya. Seperti biasa Radier selalu menuliskan cerita pagi hari nya disini.

○○○○○


MINGGU, 16 AGUSTUS

Dear Diary,
Pagi ini aku terbangun karena kembali bermimpi tentang hal itu, aku lelah. Aku ingin mimpi indah ku kembali lagi, apakah itu sulit?
Sejujurnya aku ingin sarapan bersama abang dan ayah tapi bayangan itu selalu muncul.  Kesimpulannya pagi ini tetap sama.
Ya ada beda dikit sih, sayur kacang! Itu sangat enak! Rasanya aku seperti terbang ke angkasa!

Radier Athera


Radier menutup diarynya, ia simpan kembali ke tempat semula. Ia terdiam, muncul pertanyaan dibenak nya.

"Kapan aku bisa mendapatkan pagi yang indah?"

○○○○




Hi! aku belum mendetailkan identitas Radier disini, karena dia sangat tertutup. Aku minta maaf kalo masih banyak kekurangan. Aku harap cerita ini ga ngebosenin dan menghibur🥰. Aku sempat bingung gimana memperkenalkan Radier ke kalian, dan ya inilah hasilnya. Semoga kalian suka ya! Terima kasih udah baca cerita aku:)

Salam gum gum🐻

ALASKARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang