Chapter 1

404 47 3
                                    

"Hallo. Namaku Byun Baekhyun, kalian bisa memanggilku Baekhyun. Aku murid baru pindahan dari Jeolla. Salam kenal dan mohon bantuannya."

Dia Byun Baekhyun, pemuda umur tujuh belas yang baru saja membungkuk di depan kelas. Dengan senyum menyegarkan, menatap teman sekelas baru yang terlihat begitu antusias. Setidaknya, rasa sedih karena kepindahannya sedikit terobati. Bukan berarti ia akan melupakan teman-temannya yang lama, namun Baekhyun mencoba untuk beradaptasi dengan baik. Lagipula memiliki teman baru kedengarannya tidak buruk.

"Terimakasih Baekhyun, kau bisa duduk di sebelah Kim Jongdae, kursi yang kosong itu."

Seorang wanita yang Baekhyun ketahui bernama Guru Cheon, menunjuk kursi kosong di baris kedua dari samping. Tepatnya di paling belakang. Baekhyun kembali membungkuk hormat, sebelum akhirnya berjalan gontai menuju tempat yang akan ia duduki setidaknya hingga satu tahun ke depan. Ya, semoga dia betah.

Beberapa pasang mata masih memperhatikannya dengan berbagai macam asumsi. Entah penasaran, senang, turut menyambut, atau mungkin tidak suka. Yang jelas untuk yang terakhir, Baekhyun masih berusaha untuk mengabaikan. Ditatap sedemikian intens oleh orang banyak memang cukup membuat gugup. Jadi ia lebih memilih menunduk, melihat langkah kakinya hingga sampai ke tempat duduk yang dituju.

"Hai."

Adalah sapaan pertama yang didapat ketika bokong Baekhyun menyentuh permukaan kursi. Pemuda berambut magenta tersebut menoleh ramah karena tahu yang mengajak bicara adalah teman di samping. "Oh, Hai."

"Kim Jongdae." Pemuda dengan lengkungan senyum yang unik mengulurkan tangan. Baekhyun menyambut lembut.

"Byun Baekhyun."

"Semoga kita bisa akrab, ya." Kata Jongdae sebelum genggaman tangan ia lepaskan perlahan.

"Tentu." Baekhyun mengangguk diiringi senyuman.

Selanjutnya, tetangga di kiri dan depannya pun ikut memperkenalkan diri. Ada perempuan dengan rambut kuncir kuda bernama Seulgi, Wendy si blasteran yang ada di sebelahnya, dan tak ketinggalan pemuda berambut keemasan bernama Sehun. Lainnya hanya melambaikan tangan dan belum sempat berkenalan sebab Guru Cheon telah memulai materi pelajaran.

Semuanya berjalan lancar. Baekhyun belum menemukan kesulitan yang berarti terutama dalam hal pelajaran. Materi yang diajarkan tidak jauh berbeda dengan yang pernah ia terima di sekolah sebelumnya. Padahal Baekhyun sempat khawatir, takut kalau-kalau sekolah di kota besar seperti ini telah membahas materi terlalu jauh. Semua sekolah mungkin memiliki metode pengajaran yang berbeda, namun dalam hal akademik, semua standar-standar saja menurut Baekhyun.

Sesekali, Jongdae mengajaknya mengobrol. Tentang klub yang mungkin Baekhyun berminat untuk mengikutinya, tentang roti lapis di kantin sekolah yang selalu habis terjual bahkan di lima menit setelah bel istirahat berbunyi, tentang fasilitas sekolah, toilet yang bersih, dan semuanya. Baekhyun pikir mungkin dia ini informan sekolah, dan ia merasa terbantu.

Hingga akhirnya, pembelajaran diselingi obrolan itu berakhir tanpa Baekhyun sadari. Mungkin dia keasyikan. Tapi yang jelas, Baekhyun menikmati hari pertamanya yang bebas hambatan. Semoga hal seperti ini terus terjadi hingga sekolah usai.

Tapi kalau dipikir-pikir, membosankan juga.

Ada jeda sekitar sepuluh menit sebelum kelas berikutnya dimulai. Setelah Guru Cheon meninggalkan kelas, mendadak meja Baekhyun dikerumuni beberapa siswa yang mengajak berkenalan. Baekhyun tersenyum kikuk. Tidak tahu bahwa teman sekelasnya bisa se-antusias ini.

"Wah, kau manis juga ya. Awalnya kukira perempuan lho, tapi saat kudengar suaramu, ternyata aku salah. Hehehe..." kata Seulgi.

"Hehe...terimakasih, kuanggap itu pujian."

17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang