Dua hari berikutnya, Baekhyun absen dari sekolah.
Chanyeol dibuat belingsatan. Sebab sejak dua hari yang lalu ia tidak bisa menemui Baekhyun. Bahkan nomornya pun tidak dapat dihubungi. Selain itu, Baekhyun bukan orang yang terlalu aktif di media sosia. Awalnya, dia mengira Baekhyun mungkin hanya sakit biasa. Namun lama kelamaan dia penasaran juga, sampai ia pun berniat untuk mengunjungi rumah Baekhyun sore hari sepulang sekolah.
"Kau yakin dengan itu?"
Kim Jongdae menaikkan alis terhadap lawan bicaranya, Park Chanyeol. Entah sejak kapan mereka jadi lebih akrab. Biasanya, mereka hanya saling menyapa saat tidak sengaja berpapasan. Namun kali ini, Chanyeol mentraktirnya minuman kaleng di jam istirahat, serta meminta pendapat Jongdae mengenai masalah yang ia hadapi.
"Apa maksudmu?" tanya Chanyeol.
Jongdae menghela napas. "Sejujurnya kupikir, dari awal ini sudah salahmu."
"Hah?"
"Seperti yang kau lihat...." Jongdae memutar tubuhnya. Beralih memandangi beberapa siswa yang tengah bermain basket di lapangan di depan gedung sekolah. "Dua hari yang lalu dia datang padaku, menangis, dan memintaku untuk meminjamkan bahu."
"Sebenarnya aku sangat kesal saat itu." Chanyeol menyatakan bahwa ia cemburu secara terang-terangan.
"Khe. Aku memang sengaja, kok." Jongdae menjulurkan lidah sesaat. "Karena kupikir kaulah penyebabnya."
"Bagaimana bisa?"
"Dia berlari dari arah yang sama ketika kau muncul. Apa kau yakin kalau kalian tidak bertengkar atau semacamnya?"
Chanyeol memutar kembali ingatannya. Dua hari yang lalu sebelum ia menemukan Baekhyun yang tengah menangis dalam pelukan Jongdae, ia tidak merasa bahwa dirinya telah membuat kesalahan. "Aku cuma mengobrol dengan Seulgi..."
Jongdae terdiam.
Sekarang, Chanyeol jadi bingung. Apalagi ketika Jongdae mulai menatapnya dengan mata penuh keprihatinan.
"Aku tidak tahu hal konyol apa yang kalian bicarakan. Baekhyun pasti tidak sengaja menguping pembicaraan kalian, dan akhirnya terluka. Lalu aku akan menarik kesimpulan bahwa kau dan Seulgi, kalian berdua memang bodoh."
"Heh? Kenapa kau ngomong bodoh seenaknya?"
Jongdae membuang napas. "Orang bodoh memang tidak bisa diperingati kalau dirinya bodoh." Ia membuka kedua tangannya. "Sudahlah, kembali ke topik awal. Kalau kau mau pergi ke rumah Baekhyun, kurasa jangan dulu. Dia belum tentu mau menemuimu."
"Kenapa percaya diri sekali?"
"Aku bilang begini demi kebaikanmu tahu!"
Si lelaki yang lebih pendek kini memangku dagu dengan tangan yang bertumpu pada tembok pembatas. Chanyeol belum bicara lagi. Karena memang, sebaiknya ia mendengarkan Jongdae terlebih dahulu.
"Dan ada sesuatu yang belum kau ketahui... Yeah, mungkin lebih baik kuberitahu sekarang..."
"...ini tentang Baekhyun..."
.
"Walaupun ditiup angin
Ku akan lindungi bunga itu..."
.
Pada akhirnya, Chanyeol menelan bulat-bulat nasehat dari Jongdae.
Ia tidak datang ke rumah Baekhyun seperti rencana awal. Melainkan membiarkan semua berjalan sesuai arus. Bukan berarti Chanyeol mengabaikan Baekhyun dan tidak berusaha untuk memperbaiki hubungan, namun ia butuh waktu. Baekhyun butuh waktu untuk mendinginkan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
17
Fanfiction"Baekhyun, aku mencintaimu. Sangat. Hari ini, besok, dan seribu tahun lagi." - Park Chanyeol. [Chanbaek;Romance;Fluff]