*Sekeping Hati*
Chapter 1
"Salmaaaaaaa... agii taaa" panggil Mbak Qiya yang tengah berdiri diambang pintu, menunggu salma menjelajahi seluruh rak lemari mencari pen hi-tecnya yang lupa ia letakkan dimana. Seingatnya tadi setelah ia pakai untuk mutola'ah, penanya ia letakkan diatas lemari bersama buku-bukunya.
"Ayo mbak" ajak Salma setelah putus asa dan memilih mengambil dua lembar uang untuk mampir dikoperasi membeli pena baru
"Ketemu pen e???" tanya Mbak Qiya sembari melihat kearah Salma yang sedang mengenakan sandal lalu menutup pintu
"Ndak e mbak, mampir koperasi dulu ya" ajak Salma
"Mau sore iku perasaan gakyo mbok pake to Ma?" tanya Mbak Qiya ditengah langkah keduanya menuju koperasi yang berdampingan dengan Aula putri
"Iya Mbak, wis tak ubek-ubek tadi iku sak baju-bajuku, tetep ndak ketemu, opo aku yang pikun ya?" jawab Salma sedikit menyesal membuat Mbak Qiya sedikit tertawa
"Yawis menowo mengko ketemu mari ngaji" ujar Mbak Qiya
"Assalamu'alaikum" ucap Salma saat langkahnya memasuki pintu koperasi
"Wa'alaikumussalam.." jawab Mbak Ulin dan Mbak Ulfa yang sedang menjaga koperasi
"Tumben tembe budal Ma" tanya Mbak Ulin yang paham kalau Salma biasanya memang selalu berangkat awalan ketika ngaji sekaligus menyiapkan kopi untuk disuguhkan kepada Abah, Gus Faris dan Gus Rosyad.
"Iya e Mbak, hari ini tadi dari pagi perasaan aku serba telat e... waktu sedang tidak berpihak padaku kayane" canda Salma membuat Mbak Ulin dan Mbak Ulfa tertawa, dan Mbak Qiya hanya nyengir kuda mendengar celotehan Salma
"Loh mbak hi-tech e habis to?" tanya Salma yang sedikit kecewa melihat pojok etalase koperasi yang biasa dijadikan tempat sembarang pena kosong
"Iya e, pen yang biasa ae tadi pagi ya dikroyok arek sekolah" jawab Mbak Ulin
Salma menghela nafas, sembari berfikir bagaimana nanti dia ngajinya
"Pakai pen koperasi dulu po gimana???" tawar Mbak Ulfa pada Salma
"Opo meh pakai pena ku, ono dua Sal" tawar Mbak Ulin
"Eh yawis pinjem pen e Mbak Ulin ae" jawab Salma yang sebenarnya gamang. Karena biasanya Salma memang berusaha untuk selalu tidak minjam pen apalagi ngghosob, untuk ngaji ya dia persiapkan sebaik mungkin, selengkap mungkin, la nanti kalau pakai pen atau mangsinya orang ya pahalane berkurang, tur ya kurang marem pikirnya.
"Yawis, tak ambile sik" ujar Mbak Ulin yang kemudian berjalan kearah belakang bagian koperasi, tempat yang biasanya dipakai untuk beristirahat ketika jaga koperasi disiang hari.
"Wedang kopine mbak?" tanya Salma seperti biasanya
"Uwis tadi wis dibuatkan Mbak Zahra" jawab Mbak Ulfa membuat Salma lega
Tak lama Mbak Ulin keluar dengan membawa kitab dan penanya, kemudian memberikannya pada Salma
"Yawis ayok brangkat, gek ditutup koperasine" ajak Mbak Ulin
Keempatnya segera bergegas meninggalkan koperasi dan melangkahkan kaki menuju Aula Putri, dimana tempat biasa ngaji bersama Abah dan Gus Rosyad. Malam ini jadwal ngajinya bersama Gus Rosyad dengan kitab Fathul qorib.
Senandung kalamun dengan syahdu terlantun sebagai doa pengawal sekaligus pengantar hati siap untuk menyelami ilmu-ilmu yang akan disampaikan oleh Guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekeping Hati
General Fictioncerita berlatar belakang pesantren dengan mengusung banyak pesan moral 🍂