Pada akhirnya ini semua
Hanyalah permulaan
Pada akhirnya kami semua
Berkawan dengan sebentar🎶Lagu Nadin Amizah kini mengalun dengan lembut menemani seorang gadis yang sedang termangu di dalam mobil. Matanya yang bulat sesekali berkedip mengizinkan lelehan bening jatuh dari sana. Hidung kecilnya memerah, bergerak-gerak gatal karena tersumbat. Dadanya sedikit sesak karena mencoba menahan luapan emosi yang sedang menerpanya. Raras sedang galau.
Dua tahun yang lalu, Raras menyukai seorang adik kelas. Entah apa yang membuat gadis itu bisa menyukainya, laki-laki dengan senyuman paling manis yang pernah Raras temui. Ya, Raras paling suka dengan senyumannya yang selalu menampilkan lesung di kiri pipinya. Selain itu, gadis itu juga selalu mengagumi sorot matanya yang tajam, bibirnya yang tak mau kalah dengan alisnya yang tebal, dan bekas luka yang menghitam di area dahinya. Baik, sepertinya semua hal tentang laki-laki itu Raras akan menyukainya. Bahkan namanya, Satriya, sangat indah baginya hingga ketika gadis itu ucapkan bibirnya secara otomatis akan ikut tersenyum.
Namun, semua hal menyangkut Satriya sekarang tampaknya hanya menyebabkan perasaan Raras terusik. Sedih. Galau. Marah. Perasaan seperti itulah yang akan ia rasakan ketika kembali mengingat laki-laki masa lalunya itu.
Seperti saat ini, Satriya kembali menghubungi Raras, seakan itu rutinitas yang harus dilakukan setiap Raras berulang tahun. Meskipun hanya sekedar ucapan selamat, tapi efeknya sangat tidak membuat selamat hatinya. Laki-laki yang membuatnya membangun harapan besar, yang membuat ia selalu tersenyum, tapi justru berpaling ke lain hati, ia masih tidak meyangka Satriya tega melakukannya. Raras menggelengkan kepalanya mencoba mengusir semua rasa benci yang sampai saat ini masih membara.
Kita beranjak dewasa
Jauh terburu seharusnya
Bagai bintang yang jatuh
Jauh terburu waktu
Mati lebih cepat
Mati lebih cepat 🎶Semua hanya permulaan, hidupku masih panjang. Semangat, Raras! Batin Raras. Raras pun mematikan radio di depannya. Ia melirik layar ponselnya sejenak, yang menampilkan pesan terakhir dari Satriya. Tanpa repot-repot menjawab pesan dari mantan adek kelasnya itu, ia akhirnya memasukan ponselnya ke dalam handbag-nya dan lekas keluar dari mobilnya.
Raras kini berada di salah satu tempat wisata yang terkenal di Yogyakarta, Kaliurang. Kebetulan sekarang Malam Sabtu. Gadis itu telah menyusun rencana mengadakan malam keakraban bersama teman-teman kelasnya malam ini jauh-jauh hari sebelumnya. Ia mendapat bagian membeli Jagung dan Sosis untuk dibakar nanti. Segera ia menuju bagasi untuk mengambil belanjaan dan peralatan pribadinya lalu masuk ke homestay yang tampak sudah ramai orang berlalu-lalang.
"Hey!" sapa Raras pada Anty yang sedang duduk di karpet yang sengaja di gelar si teras rumah.
Anty menjabat tangan Raras sembari tersenyum, "Tumben dateng akhir, biasanya kalo ngumpul kamu paling semangat."
"Ah, itu.. Em, belanja dulu kan?" sahut Raras kikuk.
"Mata kamu sakit, Ras?" tanya Aurel, si cantik berambut lurus dan licin ini mendekatkan mukanya untuk menilik mata Raras.
"Eh, iya! Tadi pas mandi kena shampoo!" seru Raras hampir teriak.
"Santai kali, kupingku sakit nih!"
"Yaudah, aku mau ke dalem dulu. Mau naruh belanjaan," pamit Raras tanpa menunggu jawaban dari kedua temannya itu.
Raras setengah berlari menuju dapur yang letaknya berada di belakang homestay. Dapurnya super keren. Desainnya minimalis dengan kitchen set, kedengarannya biasa saja bukan? Yang membuat dapur ini keren yaitu lokasinya yang berada di taman. Meskipun terpisah dari bagian utama homestay, dapur ini memiliki atap dan terletak di taman, di mana ada kolam renang serta pemandangan perkotaan dari puncak Kaliurang yang sangat indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pada Akhirnya [ONGOING]
Teen FictionPada akhirnya... Kita semua hanyalah pemeran Tuhan menulis skenarionya Takdir jadi kisah yang tiada pasti Dan, di sinilah kita dipermainkan ____________________________________ Update setiap hari, kalau tidak sibuk hehe✌ Semangatin aku ya, biar r...