Vincent menyeringai pada purnama yang bersinar di atas sana. 7 hari sudah ia menunggu, dan dalam seminggu itu ia sudah cukup bersabar. Setelah berhasil menculik pemuda yang selama ini dicintainya dari balik kegelapan, ia tak bisa langsung mengklaim pemuda itu menjadi miliknya. Semua usahanya bisa rusak seketika. Untuk hasil permanen ia membutuhkan proses, ia membutuhkan pengorbanan.
Dan malam ini... semuanya akan terbayar. Vincent akan melaksanakan ritual itu malam ini juga. Ritual pengikat antara dirinya dan Kyuhyun agar Kyuhyun menjadi miliknya. Selamanya.
"Aaaarrh..." erangan itu menyela lamunan Vincent, menyela mantra-mantra yang tengah dilafalkannya sembari menatap bulan purnama.
Vincent berbalik, dan tersenyum dengan sorot mata tajam. Ada geli di perutnya saat ia menyaksikan pemuda yang dicintainya tengah bergulat di atas meja panjang dengan kaki terikat dan leher terbelit longgar oleh sabuk yang menempel erat di sisi kanan-kiri meja. Meja ritual yang didesain sendiri olehnya. Khusus untuk malam spesial ini. Cukup untuk menahan pemberontakan Kyuhyun dan mencegahnya kabur. Vincent sengaja tidak mengikat tangan Kyuhyun, karena Kyuhyun akan membutuhkan kedua tangannya nanti. Ya, Kyuhyun akan membutuhkan kedua tangannya untuk merasakan cinta mereka tumbuh dalam dirinya.
Vincent kembali merafalkan mantra, bersamaan dengan suara erangan Kyuhyun yang mengeras. Ia melangkah, mendekat dan mendekat. Hingga ia berdiri di sisi kepala Kyuhyun. "Bersabarlah sayang." ujarnya lembut sembari mengecup kening Kyuhyun, lalu beralih ke bibirnya. Vincent hanya berani untuk mengecupnya sesaat, karena saat ini Kyuhyun belum jatuh padanya. Ada kemungkinan pemuda itu akan menggigit bibirnya. Ya, sekarang saja ia sudah marah-marah seperti ini.
"Menyingkir, sialan! Apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!"
Vincent tertawa, melihat perjuangan Kyuhyun yang berusaha menggapai tubuhnya –dan tentu tergapai, karena Vincent berdiri begitu dekat. Namun kedua tangan pemuda itu tak mampu berbuat apapun selain menampik lemah. Energinya pasti terkuras, malam ini ia benar-benar akan membuat Kyuhyun tidak berdaya.
"Lepaskan aku!"
Vincent mengabaikannya. Ia kembali merafalkan mantra, sembari mengelus kening Kyuhyun dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya bergerak lembut mengelus perut Kyuhyun.
"AARRRHH!" Kyuhyun tersentak, lalu menjerit. Kedua tangannya menegang. Nyeri menerjang kepalanya, lalu sekejap lenyap dan turun menyesakkan dada. Vincent membekap mulut Kyuhyun, entah apa maksudnya. Mungkin ia sudah bisa menduga, Kyuhyun akan menjerit sekuat tenaga. Dan benar saja, meski suara jeritan itu teredam oleh tangan Vincent. Kyuhyun menjerit, menggeliat, bulir-bulir airmatanya menetes. Ada gejolak hebat dan sakit luar biasa berkumpul di perutnya. Semakin menyakitkan lagi saat Vincent menekan perutnya dengan telapak tangan. Entah berapa lama telah berlalu, perasaan seperti hampir mati karena sakit tak tertahankan. Seperti ada sesuatu dalam perutnya tengah mencabik-cabik daging dan usus Kyuhyun. Namun sekarang rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang. Meski masih ada gejolak hebat dari dalam perutnya, tidak menyakitkan memang, namun terasa aneh. Tidak nyaman.
Begitu sakit perlahan lenyap dari perutnya, tubuh Kyuhyun mulai tenang. Vincent mundur beberapa langkah, seolah menyiapkan posisi dan sudut pandang terbaik untuk menyaksikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ugh," Kyuhyun bersendawa tanpa suara. Tiba-tiba merasa kembung. Pusing kembali melandanya meski tak sehebat tadi. Jujur ia ketakutan sekali. Entah apa yang dilakukan orang ini padanya, tapi yang pasti itu bukan hal yang baik... atau normal. Ia sendiri sudah lelah menjerit sejak tadi, tidak ada seorangpun yang mendengar. Dimana ini?
Kyuhyun sibuk berpikir, meski rasanya otaknya kacau. Buntu untuk mencari jalan keluar. Bersamaan saat rasa kembung itu semakin menjadi-jadi. Entah bagaimana harus menggambarkannya, Kyuhyun merasa seperti perutnya penuh terisi, ditambah lagi ada dorongan aneh dari dalam perutnya. Awalnya Kyuhyun tidak berani untuk melihat, namun rasa penasaran dan lagi-lagi nyeri bercampur mulasnya kembali.
"A-AH!" Kyuhyun melotot. Ia baru sadar darimana rasa kembung dan mulas itu berasal. Kyuhyun menganga, namun suaranya tercekat. Hanya matanya yang membulat horror yang mampu mengungkapkan betapa ia ketakutan sekarang. Kyuhyun menunduk menyaksikan bagaimana perutnya naik dan membuncit perlahan-lahan, lalu semakin lama terus membuncit dengan kecepatan mengerikan. Dengan kedua tangannya yang terbebas, Kyuhyun meremas perutnya yang keras dan buncit persis seperti wanita yang hamil 8 bulan. Kaus biru yang dikenakannya mengetat menunjukkan seberapa besar perutnya tumbuh. Dengan panik, Kyuhyun berusaha menekan perutnya. Namun kulit dan dagingnya terasa keras, seperti tengah melindungi sesuatu di dalamnya dan tak bisa didorong kembali ke ukuran semula. Kyuhyun tercekat, ketakutan, hingga tidak terasa airmatanya terus mengalir bersamaan dengan perutnya yang terus membesar melebihi batas.
SREEEK!
Kaus biru yang menutupi tubuh Kyuhyun sudah tidak mampu lagi melapisi perutnya. Kain itu robek, terbelah dua hingga ke dadanya, memberi jalan bagi perut Kyuhyun yang belum berhenti membesar. Urat-urat kebiruan dan garis-garis kulit yang merenggang melebihi batas bermunculan di permukaan kulit perut Kyuhyun. Menangis tanpa suara, Kyuhyun hanya bisa menyaksikan perutnya membesar dan berhenti saat ukurannya menyamai perut wanita yang mengandung bayi kembar.
Vincent terkekeh senang. Tahap pertama ritualnya sudah selesai. Selanjutnya, Kyuhyun hanya perlu mengeluarkan mereka dari dalam perutnya yang membuncit indah itu.
Kyuhyun tersentak. Sesuatu bergolak dari dalam perutnya, bergerak liar, berputar-putar, seolah ingin keluar menembus kulit perutnya yang terlihat semakin menipis. Lalu dengan mata kepalanya sendiri, Kyuhyun menyaksikan bulatan-bulatan sebesar bola baseball itu bermunculan di kulit perutnya, seperti gelembung air yang mendidih. Muncul dan tenggelam, muncul dan tenggelam. Nyaris saja Kyuhyun pingsan menyaksikan semua itu. Namun tangan besar orang itu menahannya untuk terus tersadar.
Vincent mengusap perut buncit Kyuhyun dengan sayang. Kulit itu terasa dingin di telapak tangannya. Gerakan dan geliat yang mencuat dan bertemu dengan kulit tangan Vincent semakin membuatnya menyeringai.
"Selesaikan tugasmu sayang..." Vincent mengecup bibir Kyuhyun yang basah oleh keringat. Kyuhyun nyaris saja membentak Vincent, namun tak sempat saat sakit luar biasa menyentak sekujur tubuhnya. Kyuhyun menggeliat. Berusaha lari dari rasa sakit dan ketakutan ini. Entah apa itu yang ada di dalam sana memberontak makin hebat. Mengerat urat-urat perutnya dan bergerak makin memaksa. Kyuhyun hanya bisa menjerit, saat ia merasakan perut buncitnya bergerak turun dan turun.
"AAARRRGGGHHHH!"
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Fullmoon (Oneshot)
أدب الهواةVincent kembali merafalkan mantra, bersamaan dengan suara erangan Kyuhyun yang mengeras. Ia melangkah, mendekat dan mendekat. Hingga ia berdiri di sisi kepala Kyuhyun. "Bersabarlah sayang."