Part 1 : Keajaiban

24 4 0
                                    

Cinta itu adalah sebuah kata yang penuh dengan jutaan cerita. Dimana ada suka dan duka didalamnya. Banyak orang terbuai akan kata itu, sampai ada jiwa yang melupakan status pada kehidupannya. Cinta sejati tak pernah terukur karena jika cinta sudah terukur maka pupuslah cinta itu. Yang tersisa hanya kejenuhan dan rasa bosan. Maka berjalanlah sesuai alur takdir. Sebab cinta hadir karna adanya ketulusan bukan kriteria. Karena cinta hadir oleh kasih sayang bukan obsesi semata.

Hari ini kejenuhan akan sebuah jalinan hubungan sedang dirasakan pria berperawakan tinggi dengan kumis tipis yang menempel diwajahnya. Ada gurat lesung pipit dipipi kirinya. Bibir merahnya sedang menyesap sebatang rokok yang kelak akan membuat bibir sang tuan menjadi gelap.

Matanya masih berkutat dengan otak dan pikirannya. Mengapa ia masih bertahan dengan hubungan ini padahal ia sudah merasakan hambar dalam hatinya. Ia sudah tak mencintai kekasihnya. Mungkin. Hanya itu yang menjadi alasan besar mengapa ia ingin mengakhiri hubungan ini. Tapi ada tembok besar didalam hatinya yang menghentikan langkah itu. Tapi ia tak tau apa itu.

Namanya Revan anggara. Pria kelahiran subang ditahun cantik 19 tahun lalu. Jajaka sunda ini mengenyam pendidikan Sekolah dasar sampai menengah kejuruan di kota kelahirannya sampai ia bertemu sosok wanita cantik bernama Sarah Anjani.

Mereka bertemu diSMA sampai akhirnya menjalin hubungan dalam ikatan sepasang kekasih. Banyak hal yang mereka sudah lalui bersama. Suka maupun duka. Pertengkaran kecil pun selalu menghiasi hari-hari mereka namun tidak sampai menemui titik buntu. Mereka masih cukup saling menyayangi untuk menyakiti satu sama lain.

Tapi itu dulu.....

"Kamu masih mau diam seperti ini?". Tanya Sarah. Revan masih diam tak berkutik walau tamparan keras dari angin yang menghembus efek pohon besar yang tertanam sejak puluhan tahun lalu itu.

"Dari tadi aku bertanya kamu maunya apa? Jangan diam seolah aku disini yang bersalah, Van. Kumohon bicaralah!".

"Aku tidak tau". Hanya itu yang keluar dari mulut Revan.

"Aku hanya bingung sama kamu, Van. Kamu bukan Revan yang dulu aku kenal. Perhatian kecil kamu yang dulu selalu ada sekarang hilang. Bahkan aku melihat tatapan hangat untukku darimu yang selalu kamu persembahkan kini sudah jadi tatapan hampa. Seakan kamu gak kenal aku. Kayak aku itu asing dikehidupan kamu terutama hati kamu". Sarah meneteskan air mata lalu pergi beranjak meninggalkan Revan yang masih diam membisu dengan rokok menyala terselip dijarinya.

"Maafkan aku Sarah. Aku juga bingung dengan keadaan ini". Gumam Revan menatap punggung Sarah yang makin menjauh. Lalu menghilang dari pandangannya.

Dalam sebuah hubungan akan muncul rasa bosan dan jenuh. Dimana disitulah titik terendah suatu hubungan. Karena akan muncul dua pilihan. Bertahan atau meninggalkan. Tapi ada satu hal yang akan menjadi sesuatu yang lebih sakit daripada ditinggalkan. Yaitu bertahan namun meninggalkan kesetiaan dalam sebuah hubungan. Dimana seseorang yang bosan akan cintanya lalu mencari cinta yang baru namun masih takut untuk meninggalkan cinta yang ia genggam.

"Mas boleh saya pinjam korek apinya?". Ujar wanita yang kemudian membuyarkan lamunan Revan.

Ia mengangguk lalu memberikan pemantik api kepada wanita yang ia taksir umurnya masih 17 tahun. 4 tahun dibawah Revan yang kini sudah berusia 21 tahun.

"Kau merokok?". Tanya Revan basa-basi padahal ia sudah tau wanita dihadapannya ini perokok terbukti karena ada satu bungkus rokok yang ia keluarkan dari saku celana jeansnya.

"Ya. Aku perokok!". Balas singkat wanita itu mengiyakan perkataan Revan. Ia duduk disamping Revan lalu bersandar.

"Kau sendirian disini sambil melamun? Sungguh menyedihkan!". Ejek wanita yang belum Revan ketahui namanya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Miracle in DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang