Hari ini hujan sangat lebat. Tapi tidak membuat Lev mengurungkan niatnya untuk memasuki cafe yang berada di depannya sekarang. Dengan perlahan ia buka pintu cafe itu, namun ternyata seorang gadis berambut abu-abu dengan tiba-tiba muncul dan menabrak tubuh Lev, dia Aira.
"Ah, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak sengaja." Ucap Aira dengan sedikit membungkukkan badannya.
Tanpa Aira sadari, Lev memasang seringai kecil di wajahnya.
'Bukankah dia sangat imut? Haha.' Lev segera menyembunyikan seringaian dan memasang senyum tampan yang bisa melelehkan apapun, bahkan saya juga.
"Aku tidak apa-apa, dibanding itu, apakah nona manis ini baik-baik saja?" Lev memegang bahu Aira agar ia berhenti membungkuk.
Saat Aira mengangkat tubuhnya, ia tertegun sejenak melihat senyum Lev. Perasaannya campur aduk, tidak karuan. Aira mengontrol perasaannya dan memasang senyum hangat sembari melepas tangan Lev dari bahunya dan berkata,
"aku baik-baik saja, terimakasih." Ucap Aira yang dibalas elusan halus di kepalanya oleh Lev.
"Syukurlah jika begitu, aku merasa tenang." Lev berjalan menjauh dari Aira menuju teman-temannya meninggalkan Aira yang berwajah merah, dan dada yang sakit setelah jantungnya berdetak begitu kencang.
'Dia tidak mendengarnya kan? Ah aku butuh bernafas huft. Tenang, dan pergi.' Aira berjalan pergi meninggalkan Cafe dan menerobos hujan tanpa menggunakan payung.
_
"Ah, kau gadis yang kemarin. Selamat siang!" Lev menyapa Aira dengan senyuman manis di wajahnya dan menghampiri Aira.
'Sial, apa bisa dia tidak memasang wajah seperti itu? Jantungku mau copot rasanya. Sadar Ai, sadar.' Aira tersenyum kecil
"Selamat siang. Aku benar-benar minta maaf soal kemarin."
"Tidak apa-apa, aku lebih tidak tenang melihat gadis cantik ini terluka karena aku. Ah, kalau masih merasa bersalah, maukah kau makan siang denganku hari ini?" Lev memasukkan tangannya ke dalam saku.
"Ehm hari ini ya? Sebentar." Aira mengeluarkan ponselnya untuk memastikan jadwal hari ini.
'Yup tidak ada les hari ini, mari kita pdkt. Ah, maksudku makan siang.' Aira memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Tentu saja, aku yang traktir sebagai permintaan ma—" Sebelum kalimat Aira habis, Lev memotongnya.
"Menemaniku makan siang saja sudah cukup. Dan aku tidak bisa membuat seorang lady membayarkan makananku." Ujar Lev, lalu ia memegang tangan Aira.
"Ehm, agar kau tidak jauh-jauh dariku. Boleh aku memegang tanganmu? Kita bergandengan ke cafe." Lev memandang Aira dengan tatapan penuh harapan. Layaknya anak kecil yang meminta dibelikan mainan.
Mana mungkin Aira bisa menolaknya, jantung Aira berdegup dua kali lipat untuk Lev. Aira sendiri sadar, bahwa ia sudah menyukai Lev dari awal bertemu di cafe itu. Klise memang. Jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Tentu saja, siapa yang bisa menolak hahaha.." Ucap Aira dengan tertawa kecil. Lev pun menggandeng tangan Aira, mereka berdua berjalan beriringan.
"Aku Lev Leonard, kau bisa memanggilku Lev."
"Aku Aira Rebecca, panggil saja Aira."
"Lev."
"Aira."
"Senang bertemu denganmu." Ujar mereka berdua bersamaan dan tertawa senang.
Saling menatap wajah masing-masing dan membiarkan perasaan mereka larut. Disinilah cerita mereka dimulai. Cerita yang entah menuju sebuah kebahagiaan abadi atau sebuah tragedi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest
Teen FictionCerita antara Lev dan Aira, apakah akan berujung happy ending untuk kali ini?