41. GIBRAN

3.1K 192 12
                                    

Jangan lupa vote dan komen biar nggak sider:)

Share cerita ini ke teman-teman kalian oke?!

Happy reading.

****

Selama di perjalanan, Gibran maupun Nia sama-sama tidak ada yang membuka mulut.

Gibran yang sedang dalam mood tidak baik, dan Nia yang tidak ingin menganggu suasana hati Gibran.

Hanya suara deruman kendaraan-kendaraan yang memenuhi indera pendengaran keduanya.

Gibran menghentikan motornya di tepi jalan.

"Kenapa berhenti?" tanya Nia.

Gibran tetap bungkam. Ia merogoh saku celana abu-abu yang masih belum ia ganti sama sekali.

Tidak mendapatkan jawaban dari Gibran, Nia menekan kedua bibirnya dan memundurkan kepalanya dari kepala Gibran.

Tidak sampai lima menit, Gibran kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku.

"Pegangan."

"Hah?"

"Pegangan." ulang Gibran.

"Gak jelas banget sih!" gerutu Nia dari belakang.

Gibran menggas motornya tiba-tiba yang membuat Nia refleks memeluk tubuh cowok itu dari belakang. Gibran tersenyum tipis tanpa sepengetahuan Nia, melirik ke kaca spion sebentar, Gibran kembali melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

***

Gibran menatap nanar sebuah pamplek bertulisan 'Panti Asuhan Cinta Kasih'. Jadi, di sini ia dulu berada sebelum diadopsi oleh Gavin dan Diana?

Nia mendongak menatap Gibran dari samping, lalu ia menggenggam tangan cowok itu menguatkan. Nia tau sekarang, Panti ini pasti tempat tinggal Gibran sewaktu bayi.

Merasakan sesuatu yang hangat menyentuh tangannya, Gibran menunduk menatap Nia.

"Kalau nggak kuat lain kali aja, masih ada banyak waktu," ujar Nia.

Gibran menghembuskan nafasnya, meneguk ludahnya susah payah, Gibran menarik tangan Nia agar memasuki Panti.

Hati Gibran terasa memanas ketika melihat banyak sekali anak-anak bermain dan tertawa bahagia bersama. Semuanya, tampak begitu bahagia. Gibran juga berdoa, agar anak-anak ini bisa diadopsi oleh orang tua yang baik hati dan menyayanginya dengan tulus.

Pandangan Gibran dan Nia beralih pada seorang wanita paruh baya yang sedang mengikat rambut seorang anak perempuan yang kira-kira berumur 4 tahun.

"Permisi bu,"

Wanita itu menoleh ke arah Gibran, "eh ada tamu."

Gibran dan Nia mengulas senyum ramah.

"Kenalin, nama saya Sulastri."

Gibran menyalim tangan Sulastri, diikuti Nia.

"Saya Gibran bu, maaf ganggu waktu ibu."

"Oo enggak sama sekali. Maksud kedatangan kalian ini ada apa ya? Oh iya silahkan duduk." Sulastri mempersilahkan Gibran dan Nia duduk yang langsung dituruti mereka.

"Maksud kedatangan kami ke sini, cuma mau nanya sesuatu. Saya dulunya tinggal di sini bu, saya diadopsi,"

Sulastri mebelalakan matanya sedikit kaget, "pantesan aja ibu nggak asing lagi sama nama kamu. Astaga,"

GIBRAN [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang